Kata Inspisari Terindah

Orang Malas Tidak Akan Menangkap Buruannya, Tetapi Orang Rajin Akan Memperoleh Harta Yang Berharga (Amsal 12 : 27) By : Bona Sumbayak
ff

Sunday 8 March 2015

SKISMA BARAT



                                                SKISMA BARAT
I.                   Pendahuluan
Pada sajian-sajian sebelumnya kita telah membahas banyak mengenai Sejarah Gereja, mulai Gereja Mula-mula sampai pada abad pertengahan yaitu Teolog Gereja Roma Katholik , Tetapi pada abad pertengahan ini kita masih membahas mengenai Skisma Barat. Pada sajian kami ini, kami akan menjelaskan mengenai Skisma Barat dan dampaknya bagi Gereja. Semoga sajian kami ini dapat menambah wawasan kita tentang Sejarah Gereja Umum, dan kami para penyaji menerima kritik dan masukan dari teman-teman sekalian.

II.                Pembahasan
2.1. Pengertian Skisma
Kata Skisma yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti perpecahan, yang biasa terjadi dalam sebuah organisasi atau gerakan. Pengertian Skisma adalah suatu peradaban keyakinan dalam suatu kelompok atau lembaga yang menghantar pada golongan –golongan  dan pemisahan.[1]
Skisma juga dapat di artikan sebagai pemisahan diri dari persamaan umat beriman tanpa menyangkal ajaran Gereja. Alasan perpeecahan biasanya bercorak politik , pribadi atau kebudayaan.[2]



2.2.Latar Belakang
 Pada saat agama Kristen diakui oleh kekaisaran Romawi (313) dan gereja memperoleh kedudukan yang terhormat dalam masyarakat, kedudukan uskup Roma diperkuat. Ia menjadi mitra bicara pertama dengan pemerintah. Ketika ibukota kekaisaran di pindahkan ke Konstantinopel uskup Roma menjadi seakan-akan oknum yang terkemuka di Eropa Barat, suatu peranan yang dimainkan paus dengan cara yang mengesankan pada saat kekaisaran Romawi mulai dibanjiri oleh suku-suku Jerman dan paus di panggil untuk mendamaikan raja-raja yang saling berperang. Ketika kekaisaran lenyap di Barat, paus telah berkedudukan kuat sebagai pemimpin dunia Barat.
Pada awal abad pertengahan paus berusaha keras untuk memainkan peranan dalam masyarakat Eropa yang sesuai dengan kedudukan yang dituntutnya. Paus Gregorius I Agung (590-604) sangat berjasa, karena ia menentukan pola-pola pekabaran injil di tengah-tengah suku-suku Jerman. Gereja yang didirikan disana secara structural dikaitkan dengan Roma dan di organisasikan menurut pola organisasi yang seragam. Akan tetapi ketika raja-raja Jerman masuk Kristen dan melihat tugas memajukan gereja sebagai tugas mereka sendiri, kuasa paus mulai berkurang dan sekitar tahun 1000 paus pun diangkat oleh penguasa politik, dalam hal ini kaisar Jerman.
Dengan demikian paus kehilangan hak mengatur gereja di wilayah raja-raja Kristen. Akan tetapi sesudah tahun 1000 paus mencoba memperoleh kembali kedudukannya sebagai pemimpin Kekristenan di dunia Barat. Dapat di bayangkan bahwa kaisar Jerman dan raja-raja Kristen tidak senang dengan usaha ini, sehingga terjadi ketegangan. Setelah paus membebaskan diri dari pengaruh kaisar Jerman (akhir abad XI), ia mencoba menjadi pemimpin seluruh masyarakat Eropa yang mengatur kaisar dan semua raja. Sekitar tahun 1200 paus (Innocentius III, 1198-1216) memang begitu berkuasa sehingga ia dapat dianggap pemimpin masyarakat Eropa. Seluruh masyarakat di atur di bidang rohani oleh Gereja Katolok Roma, sedangkan para penguasa politik menopang gereja ini. Akan tetapi sekitar tahun 1300 para penguasa politik telah berhasil untuk memperkuat kedudukan mereka. Sejak itu paus lama-kelamaan kehilangan kuasa di bidang politik tetapi kedudukannya sebagai kepala Gereja Katolik Roma tidak dapat di goyahkan lagi.




2.3.Skisma Barat
Perkembangan kepausan dan pertikaian antara paus dan kaisar tercermin dalam uraian-uraian eklesiologis dan keputusan-keputusan yang di keluarkan oleh paus-paus. Puncak eklesiologi kepausan adalah bulla (surat) unam sanctam yang di tulis Paus Bonifatius VIII (1294-1303) pada tahun 1302. Walaupun paus ini gagal mengendalikan raja Perancis yang tidak mau mendengarkannya.[3] Dimana saat itu terjadi pertentangan antara Bonifatius VII yang melarang Philip IV yang elok, raja Perancis, memungut pajak untuk Negara dari Klerus dan biara-biara serta segala milik Gereja yang lain. Larangan ini tidak diperdulikan oleh Philip.[4]
Dalam Bulla ini Bonifatius VIII menuntut kemahakuasaan di dunia. Sebagai wakil Kristus, paus diberi kuasa tertinggi di dunia ini. Ia sekaligus bertanggung jawab atas politik, sebab yang rohani dianggap lebih tinggi dari yang jasmani. Tugas Paus di bidang politik di percayakannya kepada para raja, yang boleh memerintah selama mereka rela menaati paus. Di sini Bonifatius VIII mempergunakan ajaran mengenai kedua pedang (Luk 22: 35- 38). Menurut ajaran ini, kedua kuasa di dunia ini (rohani dan politik) di lambangkan oleh kedua pedang yang disebut oleh Lukas. Kedua pedang ini diberikan Kristus kepada Petrus dan pengganti-penggantinya, Yang kemudian meminjamkan kuasa politik kepada raja dan selalu berhak mengambilnya kembali kalau raja tidak taat kepada paus.[5]
Setelah Bonifatius VIII di kesampingkan, kepausan mulai dikuasai oleh Perancis. Tidak lama kemudian malah paus pindah ke Avignon di wilayah Perancis. Dengan demikian mulailah apa yang disebut “Pembuangan Paus ke Babel”, yang berlangsung dari tahun 1309 sampai 1377. Karena kuasa paus antara lain dikaitkan dengan kuburan Petrus, diupayakan untuk membawa kepausan kembali ke Roma. Akan tetapi satu tahun setalah upaya ini berhasil para kardinal Perancis, yang tidak puas dengan paus yang ada di Roma, memilih paus yang baru yang ada di Avignon.

Dengan demikian gereja di Eropa Barat terpecah dan dikepalai dua orang paus, yang di dukung oleh Negara-negara masing-masing.[6] Selama bertahun-tahun perancis telah mendominasi tahta paus sedemikian rupan sehingga paus pindah ke Avigno di Prancis. Meskipun hal ini menyenangkan orang-orang prancis, tidak ada orang lain yang menyukai ide ini, dan selama bertahun-tahun pula para paus berpikir untuk kembali ke Roma. Seperti seorang gadis yang bernama Catherina percaya bahwa Paus harus berada di Roma agar ia tidak berhadapan dengan dominasi Prancis. Ia mendorong paus Gregorius XI kembali ke Roma namun paus itu meninggal pada tahun 1376 kemudian digantikan oleh Paus Urbanus VI. Para cardinal.[7]

2.4.Perdamaian Skisma Barat.
a)      Catharina Dari Sienna
Seorang gadis kelahiran than 1347, si bungsu dari 23 bersaudara, dalam keluarga yang taat pada agama di Siena. Meskipun masih berusia muda, Catherina telah menunjukkan pengabdian yang tinggi, dan ia beriklar akan menjadi mempelai wanita Kristus. catherina juga banyak menulis surat, memberikan konseling spiritual pada setiap orang, dari orang awam sampai paus. Salah satu kebutuhan besar untuk perdamaian abad ini pada kepausan. Selama bertahun-tahun Perancis telah mendominasi tahta paus sedemikian ruopa sehingga paus pindah ke Ovignon di Perancis. Ia mendorong paus Gregorius XI kembali ketika ia mengunjunginya di Avignon pada tahun 1376. Paus pindah kesana namun meninggal tidak lama kemudin. Ketika mereka tidak puas atas dirinya, mereka memilih Clemen VII yang kembali ke Avignon. Catherina berpihak kepada paus Roma dan menulis surat yang menyengat para cardinal Perancis tentang pemilihan mereka. Pada tahun 1378 ia pergi ke Roma dengan berharap dapat memperbaiki perpecahan. Ia mengumpulkan orang-orang di sekeliling Urbanus, tetapi juga mengecamnya atas beberapa tindakan  yang kurang bijaksana. Urbanus tidak tersinggung, sebaliknya ia mengagumi wanita saleh ini dan sebaliknya ia meminta petunjuk darinya.[8]



b)      Konsili di Pisa (Italia) 1409
Kedua paus di roma dan Avignon di pecat dan seorang paus baru dipilih, tetapi oleh kartena kedua paus yang tersebut tadi tidak sudi meletakkan jabatannya, keadaan Gereja malah bertambah kacau sebab sekarang adatiga paus.[9] Konsili ini dipanggil oleh dewan cardinal pada tahun 1409 untuk mengakhiri Skisma besar yang telah memisahkan kekristenan Barat sejak tahun 1378. Meskipun kedua paus masing-masing mengadakan konsili sendiri-sendiri sebagai konsili tandingan, konsili Pisa tetap dipandang sebagai konsili yang sah. Paus Benedsictus XIII mengadakan konsili ini di Perpignan dan paus Gregorius XII mengadakan konsili di Cividale. Konsili Pisa memutuskan bahwa kedua Paus adala skismatik dan mereka berdua dipecat. Konsili memilih cardinal Petrus dari Philarghi sebagai paus dengan memakai gelar Aleksander V. ia berjanji akan bekerja keras untuk perbaharuan Gereja. Gereja katolik Roma tidak mengakui konsili ini sebagai konsili oikumenis karena konsili ini tidak di panggil oleh paus. Skisma tidak dapat di akhiri, malah semakin diperburuk, karena ada tiga orang paus sekaligus. Konsili ini penting karena konsili ini mempersiapkan jalan bagi konsili Konstan yang berhasil mengakhiri skisma besar dala tubuh gereja Barat.[10]

c)      Konsili Constanz (pada batas Jerman dan Swiss) 1414-1418
Raja Sigmun dari Jerman mengusahakan konsili ini. Maksudnya yang terpenting adalah untuk menghentikan Skisma itu dan akan memperbaharui gereja. Mula-mula konsili Konstanz berhasil baik. Skisma diselesaikan dan seorang paus baru dipilih, yaitu Martinus V. pun ditetapkan selaku asas resmi, bahwa konsili yuang sah mendapat hak dan kuasanya langsung dari Kristus, sehingga tiap-tiap orang yang percaya, sampai paus sekalipun, wajib takluk kepada keputusan tentang iman dan kebajikan yang di ambil oleh konsili itu. Maksudnya adalah supaya konsili-konsili harus bersidang pada waktu yang tertentu. Tetapi sayang, segala ikhtiar pembaruan yang lain menjadi gagal oleh karena Negara-negara kurang setuju. Paus Martinus V mempergunakan keadaan ini, dengan mengatur konkordat dengan setiap Negara, dimana ia menjanjikan beberapa pembaharuan gereja untuk tiap-tiap negeri tersendiri. Dengan itu konsili di Konstanz tidak berdaya lagi. Berhubung dengan huru-hara, yang terjadi oleh karena pengikut-pengikut Hus, paus terpaksa memanggil konsili lagi. Konsili ini bersidang di Basel (Swiss) 1431-1449, tetapi kurang berhasil karena anggota-anggotanya tidak bersatu. .[11]

2.5.Dampak Skisma Barat bagi Gereja.
a)      Dampak Negatif
Setelah skisma selesai peranan  paus dalam politik internasional tidak lagi seperti sebelumnya. Kuasa politiknya terbatas pada Negara gereja, sehingga paus-paus akhir Abad Pertengahan begitu sibuk mengurus Negara merek sendiri sehingga tidak mampu untuk mengatasi krisis gereja yang memecah dalam reformasi.[12]

b)      Dampak Positif
Runtuhnya kekuasaan paus atas dunia disebabkan oleh berbagai faktor, namun atas akibat itu sendiri menyebabkan beberapa Negara-negara Eropa Barat senakin mantap dan kuat , baik dalam prekonomian, pemerintahan dan sebagainya. Dimana Negara-negara bagian Eropa Barat sudah mampu memimpin pemerintahnya. Artinya Negara sudah tidak dipimpin oleh paus tetapi mereka dipimpin oleh kaisar mereka sendiri. Dengan begitu para kaisar atau pemimpin Negara lainnya dan dapat memimpin Negara dengan leluasa tanpa ada tekanan dari paus. Dan kini Raja sadar bahwa kedudukan kaisaran atau pemerintahab bukan di bawah paus, melainkan hidup saling berdampingan. Dan usaha untuk mengadakan reformasi timbul dari kalangan Gereja sendiri yang diperjuangkan adalah bahwa para rohaniawan  berhenti memikirkan status dan uang, bila hal itu terlaksana maka kehidupan akan kembali terarah kepada Allah.[13]

III.             Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahawa Skisma Barat dimulai pada tahun 1378-1417 ketika kematian paus Gregorius XI tahun 1378. Diawali dari pertikaian paus Bonifatius VIII dengan raja Prancis yaitu raja Philip IV, pertikain yang terjadi diawali dari raja Philips dilarang oleh Bonifasius VIII untuk memungut pajak dari gereja dan klerus dan dari para biara-biara serta segala hal yang berurusan dengan gereja.
Tetapi raja Philip tidak mengidahkan larangan dari paus tersebut. Dan inilah awal skisma barat yang panjang  ( sekitar 39 tahun), banyak jalan yang telah ditempuh untuk menyelesaikan skisma ini,  Catharina Dari Sienna, konsili Pisa yang dipanggil oleh cardinal tidak bisah diselesaikan malah tambah memperburuk keadaan, dimana telah ada tiga paus. Dan akhirnya Konsili Konstan pada tahun 1414 oleh paus  Yohanes XXIII. Dan akhirnya konsili Konstan berhasil menyelesaikan pertikaian skisma barat dengan Gregorius XII melepas kedudukannya secara sukarela, paus Benediktus VII dan paus Yohanes XIII di pecat sebagai paus.. konsili ini memilih dan mengakui Martinus V sebagai paus yang sah. Maka berakhirlah Skisma Barat Pada tahun 1417.


IV.              Daftar Pustaka
Bagus, Lorand, kamus Filsafa,(IV PH-TO), Jakarta: Cipta Loka Caraka, 1994
Chr. De Jonge & Jan S. Aritonang, Pengantar Sejarah Eklesiologi, Jakarta : Gunung Mulia, 1995
Enklaar, H.Berkhof & H, Sejarah Gereja, Jakarta Gunung Mulia, 2010
Enklaar, I.H Sejarah Gereja,, Jakarta : Gunung Mulia, 2013
Helwing, W. L., Sejarah Gereja Kristus, Yogyakarta: Kanisius, 1992
Jonge, Chr. De, Kapaita Selekta Sejarah Gereja, Jakarta : Gunung Mulia, 1993
Jongke, C. De., Pembimbing Kedalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK GM, 1996
Kenneth, A. ¸100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja Kristen, Jakarta: BPK GM. 2012
O’ Collins, Gerald, Kamus Teologi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000
Wellen, F. D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK GM. 2011


[1] Lorand Bagus, kamus Filsafa,(IV PH-TO), (Jakarta: Cipta Loka Caraka, 1994),1027
[2] Gerald O’collins, Kamus Teologi,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), 249
[3]Chr. De Jonge & Jan S. Aritonang, Pengantar Sejarah Eklesiologi, (Jakarta : Gunung Mulia, 1995), 25-27
[4]I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta : Gunung Mulia, 2013), 93
[5]Chr. De Jonge & Jan S. Aritonang, Pengantar Sejarah Eklesiologi, (Jakarta : Gunung Mulia, 1995), 27
[6]Chr. De Jonge, Kapaita Selekta Sejarah Gereja, (Jakarta : Gunung Mulia, 1993), 19-20
[7]W. L. Helwing, Sejarah Gereja Kristus, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 235
[8]A. Kenneth¸100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja Kristen, (Jakarta: BPK GM. 2012), 65
[9] H.Berkhof & H.Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta Gunung Mulia, 2010), 95
[10]F. D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK GM. 2011), 429
[11] H.Berkhof & H.Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta Gunung Mulia, 2010), 95
[12]C. De Jonge, Kapita Selekta Sejarah Gereja, 20
[13]C. De. Jonge, Pembimbing Kedalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK GM, 1996), 68-69

No comments:

Post a Comment