Kata Inspisari Terindah

Orang Malas Tidak Akan Menangkap Buruannya, Tetapi Orang Rajin Akan Memperoleh Harta Yang Berharga (Amsal 12 : 27) By : Bona Sumbayak
ff

Sunday 8 March 2015

NEDICTUS XVI



NEDICTUS XVI

PAUS dalam tatanan masyarakat Katolik adalah 'imam' tertinggi, yang dipilih oleh Tuhan, dan bersifat ma'shum. Karenanya, semua titah yang keluar darinya bagai wahyu yang tak bisa dikritik, apalagi ditolak.

Terhitung sejak tanggal 1 Maret 2013 Benediktus XVI menyatakan tidak akan menjabat sebagai paus lagi karena alasan kesehatan. Dalam pernyataan yang dikeluarkan tanggal 11 Februari 2013 disebutkan bahwa ia "tidak lagi memiliki kekuatan untuk menjalankan tugas-tugas kepausan". Pengunduran diri dimungkinkan dalam kepausan, sebagaimana tercantum dalam Canon nomor 332, paragraf kedua dari "Codex Iuris Canonici" (Hukum Kanonik Gereja Katolik).
Dengan keputusan ini, Benediktus XVI adalah paus ketiga dalam sejarah kepausan Katolik Roma yang mengundurkan diri. Paus pertama yang mengundurkan diri adalah Paus Selestinus V pada tahun 1284 karena alasan kesehatan dan yang kedua adalah Paus Gregorius XII pada tahun 1415 karena alasan politis.

Sudah pasti, pengunduran diri ini menggoncang keimanan Imperium Katolik dunia, dan jika memang menjadi paus adalah tugas suci. Maka, tidak pantas seorang paus mengundurkan diri. Karena itu adalah indikasi 'lemahnya' iman si paus, yang tidak sanggup lagi mengemban tugas 'mulia' nya.

RAHASIA PENGUNDURAN DIRI PAUS XVI

Penyebab pengunduran diri paus bisa diklasifikasikan menjadi dua; sebab resmi, dan tidak resmi.

PERTAMA: ALASAN RESMI.
Secara resmi Vatikan mengumumkan pengunduran diri Paus Benedictus karena alasan kesehatan. Kesehatan paus turun drastis setelah terdeteksi terkena kanker.
Tetapi, alasan ini tidak bisa diterima, karena Paus Paulus sebelumnya juga menderita penyakit yang jauh lebih parah, tetapi tetap mempertahankan 'kepausannya'.
Pasti juga, para missionaris pembawa 'pengobatan atas nama Yesus' akan malu tak kepalang.

KEDUA: ALASAN TIDAK RESMI
Setidaknya ada dua sebab yang tidak diumumkan secara resmi, namun diketahui oleh banyak orang.

1. Dekadensi dan krisis moral vatikan.
Puluhan, bahkan mungkin ratusan kasus pelecehan seksual oleh para Uskup dan Kardinal bawahan Paus telah terbongkar. Berbagai pihak melayangkan tuntutan bertubi-tubi, agar Paus sebagai pimpinan tertinggi Katolik bertanggung jawab atas skandal besar ini.

Selain itu, Vatikan juga tertuduh sebagai salah satu pusat terbesar pencucian uang haram. Ini artinya, Vatikan telah berubah dari tempat 'orang-orang suci', menjadi markas mafia dunia.
Dan sekali lagi. Kedua sebab ini tidak bisa menjadi alasan pengunduran diri. Sebab, skandal seksual dan mafia, juga menimpa paus-paus sebelumnya, dan tidak satupun dari mereka mengundurkan diri.

Mesti ada sebab utama, yang tersembunyi dan vatikan mati-matian merahasiakannya.

2. Lenyapnya salah satu naskah rahasia Injil dari Vatikan, dan 35 uskup masuk
Islam.
Inilah sebab utama pengunduran diri Paus Bendictus XVI dari tahtanya.

Vatikan menyimpan ratusan manuskrip Injil kuno, dalam berbagai bahasa. Setiap ditemukan manuskrip kuno lainnya, vatikan tidak segan-segan membeli naskah tersebut meski dengan harga yang super mahal.

Rahasia lainnya, adalah ada 35 orang uskup Vatikan masuk dan kembali ke agama fitrah; agama Islam. Sebagian mereka ditangkap dan dipenjara, dan sebagian lainnya lari ke luar negeri, termasuk ke Afrika. Tetapi, masi ada tiga orang lagi , yang belum diketahui, sedang ketiganya masih berada di Vatikan, dan mereka menyembunyikan keimanannya.

Masalah belum berhenti di sini. Mereka yang masuk Islam, mulai membocorkan naskah Injil kuno dari Injil Yohanna, yang mana di dalamnya tertulis NAMA NABI MUHAMMAD.
Tim intelijen Vatikan sudah mati-matian mencari naskah tersebut, namun sampai sekarang hasulnya nihil

SANKSI BERAT PENGHINA RASULULLAH

Pada tahun 2006, dalam salah satu pidatonya, Paus Benedictus XVI - dengan kebencian yang terpendam di dadanya terhadap Islam dan Nabinya-, dia menghina dan merendahkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan berkata: "Muhammad adalah orang buruk, yang tidak membawa kecuali keburukan". Bahkan, ia terlibat dalam kampanye 'sejuta orang memusuhi Muhammad'. Wal 'iyaazu billah.

Apa korelasinya ?
Paus Bendictus menghina Nabi Muhammad, sedang di dalam manuskrip2 Injil rahasia vatikan, terdapat Nabi Muhammad, dan bahwa Isa telah memberi kabar gembira akan datangnya nabi terakhir. Jika, manuskrip injil tersebut bocor dan sampai ke seluruh dunia, maka ini adalah 'pukulan telak' bagi si paus dan imperiumya.

Lantaran itu, dia mati-matian berusaha mencari manuskrip yang lenyap tersebut. Namun tidak berhasil, dan hal ini membuatnya stress. Maka, tidak ada jalan lain, selain mengundurkan diri demi menyelamatkan air muka.

Tapi insyaAllah, kepergian paus tidak lah semudah itu. Sebagian orang memprediksi, paus akan bunuh diri, atau dibunuh. Allahu Akbar, walillahil hamd.

JANJI ALLAH KEPADA NABI-NYA PASTI DITEPATI !

Allah Subhanau wa Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya Kami memelihara kamu (Muhammad) dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokan (kamu), (QS. Al-Hijir:95)

Allah juga berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (QS. Al-Kautsar:3)

Maka, siapa saja menghina dan merendahkan harga diri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, dia terkena ancaman Allah dalam ayat-ayat ini.

H A R A P A N

Sobat, dalam beberapa hari ke depan, Kristen Katolik dunia akan mengalami depresi mental tingkat tinggi, apalagi jika manuskrip injil yang mencantumkan nama Nabi Muhammad terungkap ke publik.

Ini adalah kesempatan emas bagi kita kaum muslimin, untuk mengkampanyekan 'Sirah mulia Muhammad' shallallahu 'alaihi wasallam kepada dunia. Maka kerahkanlah apa saja yang saudara mampu untuk mengenalkan Nabi Muhammad kepada dunia, khususnya non-muslim.

========================================
►►►MENYAMPAIKAN IALAH KEWAJIBAN KITA SEMUA◄◄◄
Qs.3:20 KEWAJIBAN kamu hanyalah menyampaikan

QS.3:20 Maukah kamu masuk Islam? … (kewajiban pada kafir)
Qs.42:48 KEWAJIBANMU tidak lain hanyalah menyampaikan

QS.8:38 KATAKANLAH PADA ORANG-ORANG KAFIR ITU…
Qs.16:82 KEWAJIBAN yg dibebankan atasmu hanya menyampaikan
Qs.5:92 KEWAJIBAN Rasul Kami, hanya menyampaikan dg terang
Qs.64:12 KEWAJIBAN Rasul Kami hanyalah menyampaikan dg terang
Qs.16:125 SERULAH pada jalan Tuhan-mu dg hikmah & pelajaran baik

Di MOHON UNTUK KLIK SHARE/BAGIKAN
ari Paus Roma (yang umumnya dikenal sebagai Sri Paus), tahta keuskupan nomor satu dalam Gereja Katolik, dan merupakan pusat pemerintahan Gereja Katolik. Dengan demikian, dalam diplomasi, dan dalam bidang-bidang lainnya Tahta Suci bertindak dan berbicara atas nama seluruh Gereja Katolik. Tahta Suci juga diakui oleh subyek-subyek hukum internasional lainnya sebagai sebuah entitas berdaulat, dikepalai oleh Sri Paus, yang dengannya dapat dijalin hubungan-hubungan diplomatik.[1]
Meskipun kerap disebut "Vatikan", Tahta Suci tidaklah sama dengan Negara Kota Vatikan, yang baru ada sejak 1929, sedangkan Tahta Suci sudah ada sejak masa-masa permulaan Agama Kristen. Secara resmi para duta besar bukan ditunjuk bagi Negara Kota Vatikan melainkan bagi "Tahta Suci", dan wakil-wakil kepausan untuk negara-negara dan organisasi-organisasi internasional disambut sebagai perwakilan dari Tahta Suci, bukan sebagai perwakilan dari Negara Kota Vatikan.
Semua tahta keuskupan itu "suci", namun istilah "Tahta Suci" (tanpa spesifikasi lebih lanjut) biasanya digunakan dalam hubungan-hubungan internasional, sebagai sebuah metonim, (begitu juga dalam hukum kanon Gereja Katolik)[2] untuk menyebut Tahta Keuskupan Roma sebagai pusat pemerintahan Gereja Katolik.
Situs web resmi Kantor Persemakmuran dan Luar Negeri Britania Raya menyebut Vatikan sebagai "ibu kota" Tahta Suci, meskipun kantor ini membandingkan personalitas hukum Tahta Suci dengan Mahkota dalam monarki-monarki Kristen dan menyatakan bahwa Tahta Suci dan Vatikan sebagai dua identitas internasional. Kantor ini juga membedakan antara para pegawai Tahta Suci (2.750 orang bekerja di dalam Kuria Romawi, dengan 333 orang lainnya bekerja dalam misi diplomatik di luar negeri) dan 1.909 bekerja untuk negara.[3] Duta Besar Britania Raya untuk Tahta Suci menggunakan bahasa yang lebih tepat, dengan mengatakan bahwa Tahta Suci "tidak sama dengan Vatikan ... (Ia) adalah pemerintah universal Gereja Katolik dan dijalankan dari Vatikan".[4] Ungkapan ini tepat sama dengan pernyataan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, dalam memberikan keterangan mengenai Tahta Suci dan Vatikan: ia juga mengatakan bahwa Tahta Suci "dijalankan dari Vatikan".[5]
Daftar isi
Organisasi
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kuria Romawi
Sri Paus menjalankan pemerintahan Gereja Katolik melalui Kuria Romawi. Kuria Romawi terdiri atas sejumlah jawatan yang menangani urusan-urusan Gereja pada tingkat tertinggi, mencakup Sekretariat Negara, sembilan Kongregasi, tiga Pengadilan Gereja, sebelas Dewan Kepausan, dan sebelas Komisi Kepausan. Sekretariat Negara, di bawah pimpinan Kardinal Sekretaris Negara, mengarahkan dan mengkoordinasi Kuria. Sekretaris Negara saat ini, Kardinal Tarcisio Bertone, adalah padanan Tahta Suci untuk seorang perdana menteri. Uskup Agung Dominique Mamberti, Sekretaris Bagian Hubungan Antarnegara dari Sekretariat Negara, bertindak selaku menteri luar negeri Tahta Suci. Bertone dan Mamberti ditunjuk untuk menjabat posisinya masing-masing oleh Paus Benediktus XVI pada bulan September 2006.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0f/Vatican_City_OSM_20110615.png/220px-Vatican_City_OSM_20110615.png
http://bits.wikimedia.org/static-1.23wmf16/skins/common/images/magnify-clip.png
Vatikan
Sekretariat Negara adalah satu-satunya badan Kuria yang berlokasi di dalam Kota Vatikan. Jawatan lainnya menempati sejumlah gedung di beberapa lokasi berbeda di Roma yang memiliki hak-hak ekstrateritorial seperti kedutaan-kedutaan besar.
Lembaga-lembaga Kuria yang paling aktif di antaranya Kongregasi bagi Doktrin Iman, yang mengawasi doktrin Gereja-Katolik; Kongregasi bagi Para Uskup, yang mengkoordinasi penunjukan uskup-uskup di seluruh dunia; Kongregasi bagi Penginjilan, yang memantau seluruh karya misi; dan Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, yang berhubungan dengan isu-isu sosial dan perdamaian internasional.
Tiga pengadilan menjalankan kekuasaan peradilan. Sacra Rota Romana menangani peradilan banding normal, yang terbanyak adalah yang terkait dengan tuduhan ketidaksahan pernikahan.[6] Signatura Apostolik adalah pengadilan banding tertinggi dan pengadilan administratif yang berfokus pada keputusan Sacra Rota Romana dan keputusan administratif kepala biara gerejawi (uskup dan kepala biara ordo keagamaan), seperti penutupan paroki atau pemberhentian seseorang dari tugas. Signatura Apostolik juga mengawal kinerja pengadilan gerejawi pada semua tingkatan.[7] Lembaga Pengampunan Dosa Apostolik tidak berurusan dengan penilaian atau keputusan dari pihak luar, melainkan dengan hati nurani, memberikan pengampunan atas dosa dengan cara menghentikan kecaman, ekskomunikasi (pengucilan) dan interdiksi (larangan keikutsertaan dalam ibadah); dispensasi, peringanan hukuman, pengesahan, pembenaran, dan berkat-berkat lainnya; lembaga ini juga memberikan indulgensi.[8]
Pengawas Urusan Ekonomi Tahta Suci mengkoordinasikan keuangan semua departemen di dalam Tahta Suci dan mengawal administrasi semua kantor, tanpa memandang derajat keotonoman mereka. Yang terpenting dari semua ini adalah Administrasi Warisan Tahta Suci.
Pengawas Rumah Tangga Kepausan bertanggung jawab bagi organisasi rumah tangga, jemaat, dan upacara kepausan (terpisah dari bagian liturgi yang ketat).
Tahta Suci tidak bubar apabila Paus mengundurkan diri atau mangkat. Sebagai gantinya, Tahta Suci masih berfungsi berdasarkan ketentuan sede vacante. Selama masa interregnum, para kepala departemen (dicastery) Kuria Romawi (seperti para pengawas jemaat) segera berhenti dari jabatan masing-masing, satu-satunya perkecualian adalah Lembaga Pengampunan Dosa Apostolik, yang melanjutkan peran pentingnya terkait absolusi dan dispensasi, dan Camerlengo, yang mengurusi temporalitas (hal keduniawian; seperti tanah, rumah, dan keuangan) Tahta Santo Petrus pada periode ini. Maka Pemerintah Tahta, dan oleh karenanya pula Gereja Katolik, menjadi tanggungan Dewan Kardinal. Hukum Kanonik melarang Dewan Kardinal dan Camerlengo memperkenalkan sembarang perbaruan atau kebaruan di dalam pemerintah Gereja pada periode ini.
Pada tahun 2001, Tahta Suci meraih pendapatan sebesar 422,098 miliar lira (atau sekira 202 juta dolar Amerika Serikat pada waktu itu), dan pemasukan bersih sebesar 17,720 miliar lira (kira-kira 8 juta dolar Amerika Serikat).[9]
Status dalam hukum internasional
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Status hukum Tahta Suci
Tahta Suci telah diakui, baik itu dalam hal praktis kenegaraan maupun dalam tulisan para sarjana hukum modern, sebagai subjek hukum publik internasional, dengan hak dan kewajiban yang analog dengan negara berdaulat. Meskipun Tahta Suci, karena berbeda dengan Vatikan, tidak memenuhi kriteria mapan dalam hukum kenegaraan internasional[10]—yakni memiliki penduduk permanen, wilayah yang pasti, pemerintah yang stabil, dan kapasitas untuk berhubungan dengan negara lain—kepemilikannya akan personalitas hukum penuh dalam hukum internasional ditunjukkan oleh fakta bahwa Tahta Suci memelihara hubungan diplomatik dengan 178 negara, bahwa Tahta Suci merupakan negara anggota dalam berbagai macam organisasi internasional antarpemerintah, dan bahwa Tahta Suci: "dihormati oleh komunitas internasional negara-negara berdaulat dan diperlakukan sebagai subjek hukum internasional yang memiliki kapasitas untuk terlibat dalam hubungan diplomatik dan untuk memasuki perjanjian-perjanjian yang mengikat dengan satu, beberapa, atau banyak negara di bawah hukum internasional yang digulirkan untuk membangun dan memelihara perdamaian di dunia".[11]
Diplomasi
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Hubungan luar negeri Tahta Suci
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/9b/Vatican_relations.svg/500px-Vatican_relations.svg.png
http://bits.wikimedia.org/static-1.23wmf16/skins/common/images/magnify-clip.png
Hubungan internasional dengan Tahta Suci.
  Hubungan diplomatik
  Hubungan lain
  Tidak memiliki hubungan
Sejak zaman pertengahan tahta keuskupan di Roma telah diakui sebagai sebuah entitas yang berdaulat. Tahta Suci (bukan Vatikan) memelihara hubungan diplomatik formal dengan 179 negara berdaulat,[12] dan juga dengan Uni Eropa, dan Ordo Militer Berdaulat Malta, juga memiliki hubungan berkarakter khusus dengan Organisasi Pembebasan Palestina;[13][14] 69 dari semua misi diplomatik yang diakreditasi untuk Tahta Suci bertempat di Roma. Tahta Suci memelihara 180 misi diplomatik permanen di berbagai negara, 74 di antaranya bersifat non-residensial, sehingga sebagian besar dari 106 misi konkret ini diakreditasi untuk dua atau lebih negara atau organisasi internasional. Kegiatan diplomatik Tahta Suci diatur/diarahkan oleh Sekretariat Negara (yang dikepalai oleh Kardinal Sekretaris Negara), melalui Bagian Hubungan dengan Negara. Terdapat 15 negara yang diakui secara internasional yang tidak menjalin hubungan dengan Tahta Suci.[15] Tahta Suci adalah satu-satunya subjek hukum internasional Eropa yang memiliki hubungan diplomatik dengan Republik Cina (Taiwan).
Militer dan kepolisian
Hubungan dengan Vatikan dan teritorial lain
Meskipun Tahta Suci terasosiasi dekat dengan Vatika, teritorial merdeka yang meliputi Tahta Suci adalah berdaulat, kedua-dua entitas ini saling terpisah dan berbeda. Setelah Italia mengambil alih negara-negara kepausan pada tahun 1870, Tahta Suci tidak memiliki kedaulatan teritorial. Meskipun terdapat beberapa ketaksepahaman di antara para ahli hukum, tentang apakah Tahta Suci dapat terus bertindak sebagai personalitas yang merdeka dalam urusan internasional, faktanya Tahta Suci tetap menjalankan haknya untuk mengirim dan menerima perwakilan diplomatik, memelihara hubungan dengan negara kekuatan utama Rusia, Prussia, dan Austria-Hungaria. Di mana, sesuai dengan keputusan Kongres Wina tahun 1815, Nuncio Apostolik bukan hanya anggota Korps Diplomatik melainkan dekannya, ketentuan ini tetap diterima oleh para duta besar lainnya. Berkenaan dengan 59 tahun Tahta Suci tidak memiliki kedaulatan teritorial, jumlah negara yang berhubungan diplomatik dengannya, yang sebelumnya berkurang 16 negara, sebenarnya bertambah sebanyak 29 negara.[16]
Negara Vatikan didirikan berdasarkan Perjanjian Lateran pada tahun 1929 "untuk memastikan kemerdekaan Tahta Suci yang mutlak dan kasat mata" dan "untuk menjaminnya sebagai negara berdaulat yang taktersengketakan dalam urusan internasional" (kutipan dari Perjanjian Lateran). Uskup Agung Jean-Louis Tauran, mantan Sekretaris Tahta Suci untuk Hubungan dengan Negara Lain, berkata bahwa Vatikan adalah "negara mungil penyokong yang menjamin kebebasan rohani Paus dengan teritorial minimum".[17]
Tahta Suci, bukan Vatikan, memelihara hubungan diplomatik dengan negara lain.[18] Kedutaan asing diperuntukan bagi Tahta Suci, bukan Vatikan, dan adalah Tahta Suci yang membuat perjanjian dan konkordat dengan entitas berdaulat lainnya. Jika dirasa perlu, Tahta Suci akan turut serta dalam suatu perjanjian atas nama Vatikan.
Di bawah pasal-pasal Perjanjian Lateran, Tahta Suci memiliki otoritas ekstrateritorial pada 23 situs di Roma dan lima situs Italia di luar Roma, termasuk Istana Kepausan di Castel Gandolfo. Otoritas yang sama berdasarkan hukum internasional juga dipelihara terhadap Nuncio Apostolik Tahta Suci yang berada di luar negeri.
"Tahta Suci" dan "Tahta Apostolik"
Tiap-tiap tahta keuskupan dipandang suci. Dalam bahasa Yunani, kata sifat "suci" atau "sakral" (ἱερά) yang berlaku bagi tiap-tiap tahta itu merupakan hal yang biasa. Di Barat, kata sifat tidaklah lazim disertakan, tetapi ia membentuk bagian gelar resmi dua tahta: seperti halnya Roma, Keuskupan Mainz (bekas Keuskupan Agung Mainz), yang juga merupakan pangkat pemilih dan primat, menyandang gelar "Tahta Suci Mainz" (bahasa Latin: Sancta Sedes Moguntina).
Istilah see (tahta) berasal dari kata Latin "sedes", yang berarti "kedudukan", yang merujuk pada tahta Keuskupan (katedra). Istilah "tahta apostolik" dapat merujuk pada sembarang tahta yang didirikan oleh salah seorang rasul, kecuali jika disertai kata sandang pasti, ia digunakan dalam Gereja Katolik untuk secara spesifik merujuk pada tahta Uskup Roma, di mana tahta Gereja tersebut berperan sebagai pengganti Simon Petrus, pemimpin para rasul.
Referensi
1.      ^ Kedaulatan Tahta Suci telah diakui secara terbuka dalam banyak kesepakatan internasional dan secara khusus ditegaskan dalam butir ke-2 dari Perjanjian Lateran pada 11 Februari 1929, yang di dalamnya "Italia mengakui kedaulatan Tahta Suci dalam ruang lingkup internasional sebagai atribut yang tak terpisahkan dari hakikatnya, selaras dengan tradisinya, dan kebutuhan-kebutuhan akan misinya di dunia."
3.      ^ Kantor Persemakmuran dan Luar Negeri: Bepergian dan tinggal di luar negeri. Diakses pada tanggal 8 Januari 2011
5.      ^ Catatan Latar Belakang: Tahta Suci. State.gov (8 Maret 2011). Diakses pada tanggal 11 September 2011.
6.      ^ Kitab Hukum Kanonik, nomor 1443–1444. Vatican.va. Diakses pada tanggal 11 September 2011.
7.      ^ Kitab Hukum Kanonik, nomor 1445. Vatican.va. Diakses pada tanggal 11 September 2011.
8.      ^ ''Bonus pastor'', artikel 117–120. The Vatican. (28 Juni 1988). Diakses pada tanggal 11 September 2011.
9.      ^ "Economic Report of the Holy See for 2000" Zenit 6 Juli 2001
10.  ^ Kriteria kenegaraan kali pertama dinyatakan dengan penuh kewibawaan di dalam Konvensi Montevideo tentang Hak dan Kewajiban Negara, ditandatangani pada tanggal 26 Desember 1933.
11.  ^ Robert Araujo dan John Lucal, Diplomasi dan Penelusuran Perdamaian Kepausan, Vatikan dan Organisasi Internasional sejak tahun-tahun permulaan hingga Liga Bangsa-Bangsa, Sapienza Press (2004), ISBN 1-932589-01-5, hal. 16. Lihat pula James Crawford, Pembentukan Negara dalam Hukum Internasional, (1979) hal. 154.
13.  ^ Hubungan Bilateral dan Multilateral Tahta Suci. The Vatican. (31 Mei 2007). Diakses pada tanggal 11 September 2011.
14.  ^ "Tahta Suci dan Botswana Merajut Hubungan". Kantor Berita Zenit. 11 January 2010. Diakses 14 January 2010.
15.  ^ Afghanistan, Bhutan, Brunei, Komoro, Laos, Maladewa, Mauritania, Myanmar, Korea Utara, Oman, Republik Rakyat Cina, Arab Saudi, Somalia, Tuvalu, dan Vietnam. Lihatlah: "Misi Mustahil: Mengeluarkan Tahta Suci dari Perserikatan Bangsa-Bangsa". chiesa:Berita, analisis, dan dokumen tentang Gereja Katolik, oleh Sandro Magister. 21 August 2007. Diakses 3 October 2007.
16.  ^ Kuliah oleh Uskup Agung Giovanni Lajolo, 16 Februari 2006. 30giorni.it. Diakses pada tanggal 11 September 2011.
17.  ^ Kuliah oleh Uskup Agung Jean-Louis Tauran, 22 April 2002. Vatican.va. Diakses pada tanggal 11 September 2011.
18.  ^ Hubungan Bilateral dan Multilateral Tahta Suci. Vatican.va. Diakses pada tanggal 11 September 2011.
Pustaka lanjutan
Buku
  • La Due, William J. The Chair of Saint Peter: A History of the Papacy. (ISBN 1-57075-249-4)
  • Heribert Franz Koeck, Die völkerrechtliche Stellung des Heiligen Stuhls. Dargestellt an seinen Beziehungen zu Staaten und internationalen Organisationen, Berlin 1975
  • Heribert Franz Koeck, Holy See, dalam: Encyclopedia of Public International Law, Bd. 2, Oxford etc. 1995
Pranala luar
aus Yohana adalah nama dari seorang paus perempuan yang diduga menjabat sejak tahun 853 hingga 855, yang berdasarkan sebuah legenda yang tersebar pada Abad Pertengahan. Paus Yohana menurut kebanyakan sejarawan adalah tokoh fiktif, yang mungkin lahir sebagai sebuah satir anti kepausan.
Legenda
Kisah Paus Yohana dikenal terutama berasal dari seorang penulis kronik Polandia pada abad ke-13 Martin dari Opava (Jerman: Martin von Troppau, juga dikenal sebagai Martin Polonus, "Martin si Galah"). Dalam karyanya, Chronicon Pontificum et Imperatum, ia menulis:
"John Anglicus, kelahiran Mainz, adalah paus selama dua tahun, tujuh bulan, dan empat hari, dan meninggal di Roma, yang setelahnya jabatan kepausan lowong selama satu bulan. Dinyatakan bahwa John ini adalah seorang perempuan, yang sebagai seorang gadis dibawa ke Athena dengan berpakaian laki-laki oleh seorang kekasihnya. Di sana ia mempelajari beragam cabang pengetahuan, hingga kepintarannya tidak ada yang dapat menandingi, dan setelahnya di Roma, ia mengajar kesenian bebas dan di antara para murid dan pendengarnya adalah termasuk para seniman besar. Hidup dan ajarannya sangat dihargai di kota itu, dan ia terpilih sebagai paus. Akan tetapi, ketika menjabat, ia hamil. Tanpa menyadari kapan waktu tepatnya kelahiran akan terjadi, ia melahirkan ketika sedang dalam sebuah prosesi dari Basilika Santo Petrus menuju Lateran, di sebuah jalan kecil yang sempit di antara Colosseum dan gereja St Clement. Setelah kematiannya, ia dimakamkan di tempat yang sama. Para Paus setelahnya tidak pernah melalui jalan itu lagi dan dipercaya bahwa hal ini disebabkan oleh karena kejadian itu. Namanya pun tidak dimasukkan dalam daftar para Paus yang kudus, dikarenakan ia adalah seorang perempuan dan karena kekacauan itu." (Martin of Opava, Chronicon Pontificum et Imperatum).
Peristiwa Paus Yohana diperkirakan terjadi di antara masa kepausan Paus Benediktus III dan Paus Nikolas I pada tahun 850-an. Berbagai versi kisahnya muncul di sumber-sumber yang lebih dahulu dari Martin; di antaranya yang paling umum disebut adalah Anastasius Bibliothecarius (meninggal 886 penyusun Liber Ponfificalis, yang kemungkinan sejaman dengan sang Paus perempuan. Namun demikian, kisah ini tidak ditemukan di manuskrip asli dari Anastasius melainkan di sebuah salinannya. Faktanya, hanya satu manuskrip Anastasius Liber Pontificalis yang memiliki referensi mengenai sang Paus perempuan. Manuskrip ini, terletak di Perpustakaan Vatikan, berisikan sebuah bagian yang disisipkan sebagai sebuah catatan kaki di salah satu halaman, tidak berurutan, dengan tulisan tangan yang berbeda, catatan kaki yang pasti bertanggalkan dari masa setelah Martin von Trappau. Dengan kata lain, "saksi" akan sang Paus perempuan ini menulis dengan dasar cerita Martin, dan pastinya bukan sumber utama bagi Martin. Hal yang sama juga berlaku dalam karya Marianus Scotus Chronicle of the Popes (Kisah Para Paus), sebuah naskah yang ditulis pada abad ke-11. Naskah-naskahnya menyebutkan secara isngkat mengenai seorang Paus perempuan bernama Joanna (sumber paling kuno yang menyebutkan nama ini), tapi semua naskah ini, sekali lagi, merupakan karya-karya yang lebih baru ketimbang karya Martin. Naskah-naskah yang lebih kuno tidak menyebutkan legenda itu.
Legenda ini juga disebutkan dalam buku Sign of the Cross yang ditulis Chris Kuzneski. Dalam buku ini dikisahkan bahwa Paus Yohana meninggal saat melahirkan di jalan kota Roma.
Hanya ada satu sumber mengenai Paus perempuan yang mendahului karya Martin of Opava, yakni dalam tulisan Jean de Mailly, yang menulis sedikit lebih awal pada abad ke-13. Dalam kisah-kisah mengenai Metz, Chronica Universalis Mettensis, ia menyebutkan bahwa skandal itu terjadi bukan pada tahun 850-an, tapi pada 1099:
"Pertanyaan. Mengenai seorang Paus perempuan, yang tidak termasuk dalam daftar para Paus atau Uskup Roma karena ia adalah seorang perempuan yang menyamarkan dirinya sebagai seorang lelaki dan menjadi, berkat karakter dan bakatnya, seorang pejabat Kuria, kemudian menjadi seorang Kardinal, dan akhirnya menjadi Paus. Suatu hari, ketika sedang menunggangi seekor kuda, ia melahirkan seorang anak. Segera, atas hukum Roma, ia diikatkan ke seekor kuda, diseret dan dirajam oleh sekelompok orang. Ia kemudian dikuburkan di tempat ia tewas, dan di tempat itu dituliskan: "Petre, Pater Patrum, Papisse Prodito Partum" (Oh Petrus, Bapa di atas para Bapa, Menyingkapkan paus perempuan yang melahirkan itu). Pada saat yang sama, puasa empat hari yang disebut juga "puasa paus perempuan" untuk pertama kalinya diadakan." (Jean de Mailly, Chronica Universalis Mettensis).
Dimulai sejak pertengahan abad ke-13, legenda itu tersebar dan dipercaya secara meluas. Bartolomeo Platina, seorang sarjana yang menjadi prefek Perpustakaan Vatikan, menuliskan buku Vitæ Pontificum Platinæ historici liber de vita Christi ac omnium pontificum qui hactenus ducenti fuere et XX pada tahun 1479 di bawah otoritas pelindungnya, Paus Siktus IV. Buku itu berisikan sebuah catatan mengenai sang Paus perempuan, sebagai berikut:
"Paus Yohanes VIII: John, seorang keturunan Inggris, lahir di Mentz (Mainz) dan diceritakan datang di Kepausan dengan niat jahat; dengan menyamarkan dirinya menjadi seorang laki-laki, padahal ia adalah seorang perempuan, ia pergi ketika muda bersama kekasihnya, seorang lelaki terpelajar, ke Athena, dan mengalami kemajuan dalam pelajarannya di bawah para cendekia di sana, kemudian pergi ke Roma, di mana tidak banyak yang sepandai dirinya, hanya sedikit yang melampaui dirinya, bahkan dalam pengetahuan akan Kitab Suci; dan karena bakatnya dalam bacaan dan perdebatan, ia mendapatkan respek yang besar dan otoritas, sehingga pada waktu kematian [Paus] Leo [IV] (sebagaimana menurut Martin) ia terpilih sebagai Paus oleh suara [rakyat] banyak. Ketika ia sedang dalam perjalanan menuju Gereja Lateran di antara Panggung Colossean dan St. Clement, ia mengalami kesakitan hebat, dan ia meninggal di tempat itu, setelah bertahta selama dua tahun, satu bulan, dan empat hari, dan dikuburkan di sana tanpa kemegahan. Kisah ini dikisahkan secara vulgair, tapi oleh para pengarang yang meragukan dan tak jelas, dan karenanya saya telah menceritakannya secara singkat saja, ketimbang saya sekedar mengakui apa yang telah dibicarakan secara meluas; saya malah bersalah terhadap seluruh dunia; walaupun sudah pasti, apa yang saya ceritakan ini sudah bukan sesuatu yang luar biasa lagi." (Bartolomeo Platina, Vitæ Pontificum Platinæ historici liber de vita Christi ac omnium pontificum qui hactenus ducenti fuere et XX)
Referensi mengenai sang paus perempuan diceritakan secara meluas pada akhir abad pertengahan dan masa Renaissance. Pada abad ke-14 Giovanni Boccaccio menuliskan tentang sang Paus dalam De mulieribus claris. Chronicon karangan Adam dari Usk (1404) menyebutkan sang Paus dengan nama Agnes, dan lebih jauh menyebutkan sebuah patung di Roma yang merupakan gambaran sang Paus. Mengenai patung ini tidak pernah dibicarakan penulis mana pun sebelumnya, dan mungkin hanya sekedar asumsi saja. Sebuah buku pedoman bagi para peziarah ke Roma, Mirabilia Urbis Romae edisi akhir abad ke-14, menuliskan bahwa jenazah sang Paus perempuan telah dikuburkan di Basilika Santo Petrus. Pada masa yang sama, serangkaian patung dada para Paus yang telah meninggal dibuat untuk Duomo di Siena. Di antara patung-patung itu terdapat patung sang Paus perempuan, yang dilabeli "Johannes VIII, Foemina de Anglia" dan diletakkan di antara Leo IV dan Benediktus III. Dalam pengadilan pada tahun 1415, Jan Hus berargumen bahwa Gereja sebetulnya tidak memerlukan seorang Paus, apalagi dalam masa "Paus Agnes" (demikian Hus menyebut namanya), Gereja berjalan dengan cukup baik. Para penentang Hus dalam pengadilan ini bersikeras bahwa argumen Hus tidak membuktikan apa pun mengenai independensi Gereja, tapi mereka tidak membantah sama sekali bahwa pernah ada seorang Paus perempuan.
Dalam seri Kartu Tarot yang muncul pada pertengahan abad ke-15, terdapat kartu Papesse (paus perempuan) yang berpasangan dengan Pape (paus laki-laki). Sejak akhir abad ke-19, keduanya disebut sebagai High Priestess (Pendeta Tinggi Perempuan) dan Hierophant dalam bahasa Inggris). Sering disebutkan, walau tanpa bukti nyata, bahwa gambaran Papesse ini diinspirasikan oleh legenda sang Paus perempuan.
Ada beberapa legenda yang dikaitkan dengan legenda Paus perempuan ini. Pada tahun 1290-an, Robert dari Uzès seorang dari Ordo Dominikan, menceritakan sebuah penglihatan di mana ia melihat sebuah kursi "di mana, dinyatakan, sang Paus terbukti adalah seorang laki-laki". Pada abad ke-14, dipercaya bahwa dua kursi marmer kuno, yang disebut sedia stercoraria, yang digunakan dalam pentahtaan para Paus baru di Basilika Yohanes Lateran memiliki lubang di masing-masing kursinya yang digunakan untuk memastikan jenis kelamin Paus yang baru terpilih. Diceritakan bahwa Paus harus duduk di salah satu kursi tersebut telanjang, dan sekelompok Kardinal harus memastikan ke lubang itu melalui bawah kursi, dan setelahnya menyatakan, "Testiculos habet et bene pendentes" — "Ia memiliki testikel, yang bergantung dengan baik." Praktek yang aneh ini dilakukan hingga akhir abad ke-15, yang diadakan sebagai respon terhadap skandal Paus perempuan pada abad ke-9.
Dalam penelitian yang lain, pernyataan ini adalah "Mas nobis nominus est" — "sang calon adalah seorang laki-laki".
Pada tahun 1601, Paus Klemens VIII mengumumkan bahwa legenda Paus perempuan itu adalah cerita bohong. Patung dada sang Paus perempuan di Duomo di Siena yang telah ada sejak tahun 1400-an dan dicatat oleh para pengunjung, telah dihancurkan atau dipahat dan dilabel ulang, digantikan dengan sebuah patung Paus Zakarias (Stanford 1999; J.N.D. Kelly, Oxford Dictionary of Popes).
Sebuah legenda lain menyatakan bahwa Yohana adalah seorang putri dari salah satu Paus pendahulunya dan mendapatkan penglihatan dari Tuhan bahwa ia harus mengikuti jejak ayahnya dan menjadi seorang Paus. Legenda lainnya mengatakan bahwa salah satu jalan di Italia dinamai menurut namanya dan jenazahnya dikuburkan di sana. Dalam beberapa legenda, Paus Yohana tidak dibunuh setelah ditemukan sebagai perempuan. Ia diberhentikan, dan menghabiskan hidupnya dalam sebuah biara, dan putranya dijadikan sebagai Uskup Ostia.
Sejak abad ke-14, figur Paus Yohana telah dianggap sebagai semacam figur "Santo/Santa". Muncul berbagai cerita mengenai kemunculan dirinya di beberapa tempat dan melakukan keajaiban. Franceso Petrarch (1304-1374) menulis dalam Chronica de le Vite de Pontefici et Imperadori Romani bahwa setelah Paus Yohana ditemukan sebagai seorang perempuan:
"...di Brescia turunlah hujan darah selama tiga hari dan tiga malam. Di Perancis muncullah belalang-belalang yang mengagumkan dengan enam sayapp dan gigi yang sangat kuat. Mereka terbang dengan ajaib di udara, dan semuanya menghilang di Lautan Inggris. Tubuh keemasan mereka ditolak oleh gelombang laut dan merusak udara, sehingga banyak orang tewas." (Francesco Petrarch Chronica de le Vite de Pontefici et Imperadori Romani).
Pada tahun 1675, sebuah buku dalam bahasa Inggris terbit dengan judul Hadiah bagi seorang Paus: atau Kehidupan dan Kematian Paus Yohana. Buku ini menggambarkan di antaranya kisah di mana Paus Yohana melahirkan seorang anak laki-laki di tengah-tengah kerumunan khalayak, yang disertai dengan sebuah lukisan yang menggambarkan seorang bayi yang tampak keheranan keluar dari jubah sang Paus. Dalam buku itu juga dinyatakan "Oleh seorang yang MENCINTAI KEBENARAN, Menolak Infabilitas Manusia." Dalam kata pengantarnya dinyatakan bahwa penulis buku itu telah bertahun-tahun meninggal pada waktu buku itu terbit.


No comments:

Post a Comment