Kata Inspisari Terindah

Orang Malas Tidak Akan Menangkap Buruannya, Tetapi Orang Rajin Akan Memperoleh Harta Yang Berharga (Amsal 12 : 27) By : Bona Sumbayak
ff

Sunday 8 March 2015

Biara, Keuskupan, dan kepausan Gereja Romawi Katholik



Biara, Keuskupan, dan kepausan Gereja Romawi Katholik
I.                   Pendahuluan
            Dalam pertemuan sebelumnya kita telah membahas Bapa-bapa Gereja barat dan timur, dan Konsili-konsili Gerejawi. Dan pada sajian kali ini kita akan membahas tentang Biara, Keuskupan, dan Kepausan Gereja Roma Katholik, agar kita lebih mengerti lagi. Mari kita bahas sajian kami ini dengan sama-sama, semoga dapat menambah wawasan kita semua.
II         Pembahasan                                                   
            2.1       Pengertian Biara, Uskup, Paus
                        2.1.1    Pengertian Biara
Biara adalah gedung atau rumah tempat tinggal para biarawan. Disana para biarawan makan, bekerja, dan melakukan segala sesuatu bersama-sama. Mereka menyebutnya juga dengan sebutan rumah. Biara disebut pula Kloister.[1] Biara yang terdiri dari sejumlah unit yang dipagari, dimana setiap unit dibagi atas beberapa sel yang masing-masing di huni atas 3 orang.[2]Biara-biara pada masa paus digunaka sebagai pusat kebudayaan, politik, serta teologia.[3] Biara tempat tinggal biarawan, atau tempat tinggal orang yang berjanji setia.
Ada 3 syarat:
v  Tidak menikah
v  Hidup miskin
v  Taat pada atasan
Sebutan untuk pemimpian biarawan adalah Abas, sedang sebutan untuk pemimpin biarawati adalah Abes. Pendiri pertama biara adalah Pachomios(290-346) dimana Pachomios mengorganisasi sebuah komunitas bagi kaum awam untuk hidup bersama dipersatukan dalam doa dan kaul, kemiskinan dan kesederhanaan.[4]
                        2.1.2    Latar belakang biara
Pada abad ke-9 dan ke-10 Gereja benar-benar sakit. Pergumulan politik telah mencabik-cabik Eropa. Para pemimpin Gereja mulai merampas tanh dan kekuasaan. Mereka mulai menggunakan kekerasan dan penipuan, serentak bersikap amoral sama seperti panglima-panglima perang orang kafir. Pada abad pertengahanterjadi sesuatu reformasi kebiaraan yang dimulai di cluny, Prancis. Perkembangan kebiaraan pada awal abad ini dimana biara-biara mendapat kedudukan istimewa dalam masyarakat, memperoleh kuasa besar dibidang duniawi sehingga kebiaraan memperkuat posisinya sebagai salah satu struktur pendukung kehidupan Gerejani.[5]
                        2.2.1    Pengertian Uskup
Uskup merupakan jabatan dalam Gereja. Dalam Gereja katholik Roma, seorang uskup adalah pengganti pararasul dalam tugas pewartaan Injil. Uskup melayani sakramen-sakramen dan membimbing umat supaya hidup sebagai seorang Kristen.
Uskup terbagi 3 yaitu:
1.Uskup Agung
Pemimpin suatu provinsi Gerejawi, yaitu wilayah yang mencakup beberapa keuskupan yang disebut juga metropolitan. Ia berhak memanggil sinode provinsi. Ia menjalankan fungsi pengawasan dan bertugas pada pengadilan-pengadilan Gerejawi dalam Gereja Katholik Roma.
2. Uskup Pembantu
Petugas yang membantu uskup yang memimpin suatu keuskupan besar, khususnya untuk menerima akan sakramen-sakramen dan tahbisan-tahbisan yang hanya dapat dilaksanakan oleh seorang uskup.
3. Uskup Tituler
Gelar bagi seorang uskup Agung yang tidak memiliki wilayah keuskupan. Mereka adalah utusan-utusan paus atau uskup yang diperbantukan pada para uskup yang memiliki wilayah, yang disebut Ko,ajutor.[6]
                        2.2.1.1 Latar belakang Uskup
Dalam setiap jemaat terdapat sejumlah penatua (Presbiteroi) yang dari antara merekalah dipilih penilik-penilik (episkopoi) yang dibantu oleh diaken-diaken (diakonoi) yang dimana penilik-penilik ini mengurusi soal keuangan dan administrasi dan kebaktian. Pada abad kedua terjadilah perubahan dalam hubungan antara pejabat-pejabat sau sama lain. Dalam Gereja mula-mula tidak ada perbedaan pangkat antara mereka, tetapi sekitar tahun 100, para penilik mulai menganggap pelayan-pelayan lainnya sebagai bawahannya. Sehingga uskuplah yang berkuasa dalam jemaat sebagai seorang bapa dalam keluarganya, dimana jika muncul persoalan-persoalan yang menyangkut beberapa hal yaitu: Penilik, penatuan diaken. Kemudian berlangsung juga perubahan lainnyakarena emang lebih praktis bahwa pimpinan oleh 1 orang maka mulai lazim ada 1 penilik untuk seluruh jemaat. Sekitar tahun 150 mereka menjadi “Klerus” yang berkuasa atas kaum awam, mulai dari sinilah istilah Yunani “Episkopos” jemaat secara serentak, maka hal itu diputuskan pada suatu sidang para uskup, atau sinode.[7]
                        2.2.1.2 Tokoh-tokoh Uskup
1.      Ambrosius
            Ambrosius dilahirkan di Treves, daerah Rhein pada tahun 340. Ayahnya Aurelius Ambrosius, prefek di gaul (Perancis Selatan). Ambrosius belajar ilmu hukum di Roma dan Sirnium. Di Milano ada seseorang uskup yang bernama Auxentius. Tahun 373, Auxentius meninggal. Dan umat harus memilih seorang uskup baru. Di kalangan umat tidak tercapai suatu kesepakatan siapa yang mereka pilih menjadi uskup. Pada suatu hari di Gereja terjadi pertengakaran besar dalam hal pemilihan uskup. Untuk mereduhkan pertengkaran tersebut, Ambrosius dengan terpogoh-pogoh memasuki Gereja. Umat percaya bahwa Roh Kudus lah yang berbicara lewat anak kecil sehingga secara aklamasi mereka meemilih Ambrosius sebagai uskup Milano. Namun Ambrosius tidak dibersiapkan untuk memangku jabatan Gereja yang kudus dan mulia itu, terlebih juga dia belum dibaptis. Persetujuan kaisar diperlukan supaya dia bisa menjadi uskup. Kaisar Valentinianus tidak keberatan sehingga Ambrosius dapat ditahbiskan menjadi uskup Milano pada 7 Desember 374. Pada abad ke-4, Milano menjadi tempat kediaman kaisar Romawi Barat. Karena itu, Ambrosius bukan saja uskup metropolitan Milano, melainkan juga sebagai penasehat keluarga kaisar.   
2.      Ireneus
Ireneus adalah seorang Yunani, yang lahir dari Asia kecil dari keluarga Kristen. Ireneus lahir diduga sekitar tahun 115-125.[8] Waktu kecil ia mendengarkan polycarpus, uskup Smirna(salah satu bapa rasuli) yang pernah mengenal Rasul Yohanes. Sebagai pemuda, dia pindah ke Lyon di Galilea(Perancis), tempat pertama-tama dia menjadi Presbiter. Pada tahun 177, ia menggatikan uskup disana yang mati syahid. Dia bukan saja menjadi uskup di Lyon, tetapi juga di Wina serta beberapa paroki di gaul selatan.[9]
                        2.3.1    Pengertian Paus
                        2.3.1.1 Latar belakang Paus
                        2.3.1.2 Proses pemilihan dan pegangkatan Paus
                        2.3.1.3 Hak Dan kewajiban Paus
                        2.3.1.4 Tokoh-tokoh Paus
III        Kesimpulan
IV        Daftar Pustaka


[1]F.D. WELLEM, Kamus sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM,2011), 46
[2] G.Van Schie, Rangkuman sejarah Gerejadalam konteks sejarah Gereja Agama-agama lain, (Jakarta: OBOR, 1994), 38
[3] C, de Jonge, Pembimbing ke dalam sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM,2011), 63
[4] Winda Apriantri, Rekaman catatan SGU I Berthalyna Tarigan, Dikelas I-B, pada tanggal 8 maret 2013
[5] C, de Jone, Pembimbing kedalam sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 1993), 64
[6] F.D.WELLEM, Kamus sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM,2011), 464-465
[7] Th, van den end, Harta dalam bejana, (Jakarta: BPK-GM, 1995), 26-27
[8] F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat, (Jakarta: BPk-GM, 2011), 107
[9] Rick. Cornish, 5 Menit Sejarah Gereja, (Bandung: Pioner Jaya, 2007), 33-36

No comments:

Post a Comment