Kata Inspisari Terindah

Orang Malas Tidak Akan Menangkap Buruannya, Tetapi Orang Rajin Akan Memperoleh Harta Yang Berharga (Amsal 12 : 27) By : Bona Sumbayak
ff

Sunday 13 September 2015

GELAR-GELAR KRISTUS YANG LAIN



GELAR-GELAR KRISTUS YANG LAIN
I.         Pendahuluan
Sebelumnya kita telah banyak mengetahui sebutan-sebutan Yesus kristus. Tetapi pada sajian kali ini kita akan mengenal lagi apa-apa saja sebutan yang diberikan oleh orang banyak kepada Yesus Kristus. Semoga sajian ini menambah wawasan bagi kita, saran dan kritik kami terima.

II.      Pembahasan
2.1  Arti Gelar
Di dalam KBBI gelar adalah sebutan untuk kehormatan, kebangsawanan, atau keilmuwan yang ditambahkan kepada orang yang biasanya disebut seperi raden, tengku, doktor, insinyur.[1]

2.2  Gelar-gelar Kristus yang lain
2.2.1        Yesus sebagai Nabi
Dalam kepercayaan orang Yahudi, terdapat gagasan yang kuat mengenai seorang nabi yang akan datang. Hal ini didasarkan kitab Ulangan 18:15 yang menyatakan bahwa nanti Tuhan akan membangkitkan seorang nabi seperti Musa. Dengan demikian tidaklah mengherankan bila di dalam kelompok tertentu nabi yang akan datang itu dianggap sebagai Musa yang hidup kembali. Dan ada juga tentang kepercayaan tentang  kembalinya Elia. Dalam kitab-kitab Injil terdapat gagasan-gagasan umum tentang Yesus yang didasarkan pada pemikiran di atas, serta suatu gagasan yang lain lagi mengenai nama nabi Yeremia. Dengan mengingat latarbelakang yang demikian, tidaklah mengherankan jika Yohanes pembaptis dianggap sebagai nabi, tetapi timbul pertanyaan apakah ia merupakan nabi yang akan datang pada zaman akhir itu?. Yesus sendiri menyebut Yohanes pembaptis sebagai Elia yang akan datang itu (Mat 11:7-8); jelaslah bahwa Ia mengangap Yohanes pembaptis sebagai nabi yang luar biasa. Dalam kasus ini, peranan Yohanes pembaptis bukan hanya untuk memberitakan kerajaan Allah, tetapi juga meliputi persiapan kedatangan Mesias.
Dalam membahas peranan Yesus sebagai nabi yang dinubuatkan itu, kita perlu memperhatikan beberapa hal yang mendukung pandangan bahwa Ia secara populer dianggap menggenapi peranan nabi itu. Dia pernah disamakan dengan Yohanes pembaptis, Elia, Yeremia, atau salah seorang nabi-nabi (Mrk 8:27-28= Mat 16:14-15=Luk 9:18-19). Dalam Luk 4:24 Yesus secara tidak langsung menerapkan gelar “nabi” pada diri-Nya. Ada banyak hal dalam pelayanan Yesus yang sesuai dengan peranan seorang nabi. Pengajaran-Nya berpusat pada penyataan kerajaan Allah. dalam pelayanan pengajaran-Nya, Ia bergerak lebih jauh, tidak hanya sekedar memproklamasikan Kerajaan seperti yang dilakukan oleh nabi-nabi terdahulu. Dia sendirilah nabi yang akan datang itu, seorang pembuka zaman baru. Ada banyak alasan mengapa konsep kenabian Yesus tidak lagi memegang peranan dalam perkembangan kristologi setelah kebangkitan-Nya. Konsep kenabian tersebut tidaklah merupakan dasar yang cukup untuk pengertian tentang siapa Dia.[2]   Bagi Yesus dan para pengikut-Nya “nabi” jelas-jelas sama artinya dengan “pembuat mujizat”. Karena itu, pantas Yesus melakukan banyak penyembuhan atas bermacam-macam penyakit khususnya sakit dirasuk setan. Ia adalah seorang suci pembuat mujizat. Yesus juga menunjukkan kepedulian-Nya yang khusus kepada orang-orang tersingkir, yang menderita, yang hina. Orang-orang yang diperhatikan Yesus disebut dalam Kitab-kitab Injil dengan bermacam-macam istilah: orang miskin, orang buta, orang timpang, orang lumpuh, orang berpenyakit kusta, orang yang lapar, orang yang sengsara, orang yang dirasuk setan, orang berdosa, para tuna susila, pemungut cukai, rakyat jelata, dll. Kepada merekalah Ysusu memberitakan kabar baik tentang kerajaan Allah.[3]

2.2.2        Yesus sebagai Guru
“GURU” kawan dan lawan menyebut Yesus dengan gelar guru. Misalnya seorang ahli Taurat yang bertanya kepada Yesus, “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup kekal?” (Luk 10:25 dan 18:18). Yesus memang tampil sebagai guru, bukan guru sekolah melainkan seorang guru yang berkeliling dari desa ke desa, selalu diikuti oleh rombongan murid, yang sellau tinggal bersama dengan gurrunya. Memamng mengherankan bagaimana Yesus selalu memakai segala kesempatan untuk mengajar. Seringkali Yesus mengajar di lapangan terbuka pada suatu tempat yang datar (Luk 6:17), atau di atas bukit (Mat 5:1) atau dari sebuah perahu, seperti ketika Ia naik ke dalam perahu Simon Petrus dan menyuruhnya supaya menolakkan perahu sedikit jauh dari pantai, “lalu Ia  duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu”(Luk 5:3). Sebagai guru Yesus mempunyai kewibawaan yang besar. Hal itu disebabkan karena semua orang dapat melihat bahwa perkataan Yesus selalu sama denagn perbuatan-Nya. Yesus tampil sebagai guru yang menuntun, menguduskan, dan menyelamatkan; seorang guru yang membuat terharu, yang mnegur, menuduh, ttetapi juga mengampuni; yang menyertai orang dari hari ke hari di perjalanan hidupnya dan akhirnya akan datang kembali dengan kemuliaan.
Nabi: sebagai nabi Yesus hanya diakui oleh orang yang percaya kepada-Nya. Seorang nabi adalah orang yang dipanggil Tuhan dan diutus oleh-Nya untuk menyampaikan pesan dari Tuhan. Yesus juga di utus oleh Allah dan berbicara atas nama-Nya. Namun, lain daripada nabi yang lain, Yesus menyebut Allah sebagai bapa_nya dan diri—Nya sebagai Putra. Gaya pengajaran Yesus mirip dengan para nabi semasa PL. Ia menunjukkan dir sangat peka terhadap tanda-tanda zaman (Mat 16:2-3) serta memaklumkan keruntuhan kota Yerusalem dengan baitu sucinya serta akhir zaman (Mat 24-25). Yesus tidak segan-segan mengkritik penyakit-penyakit masyarakat pada zaman-Nya: kemunafikan, formalisme, rasa puas diri, serta penyalahgunaan kekuasaan oleh golongan pimpinan. Namun para nabi selalu meneguhkan pengajaran mereka dengan mengatakan “Demikianlah Firman Tuhan,” sedangkan Yesus berani mengatakan, “sesungguhnya Aku berkata kepadamu (Mat 5:18)”. Bagi orang banyak Yesus bukan hanya salah seorang nabi, melainkan sang nabi yang telah dijanjikan dan yang melebihi para nabi sebelumnya. Setelah Yesus melakukan mujizat besar dengan memberi makan kepada 5000 orang, mereka berseru, “dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia” (Yoh 6:14). Juga di Yerusalem, setelah mendengar pembicaraan Yesus, orang berseru, “Dia ini benar-benar nabi yang akan datang” (Yoh 7:40). [4]
2.2.3        Yesus sebagai Alfa dan Omega
Alfa adalah huruf pertama dari kata abjad Yunani sedangkan Omega adalah huruf terakhir. Alfa omega merupakan ungkapan kitabbiah yang menggambarkan tahap sejarah yang pertama dan yang terkemudian, awal dan akhir dari segala yang ada. Alfa-Omega juga menjadi sebutan atau simbol untuk Yesus Kristus. “Akulah Alfa dan Omega, yang pertama dan yang terkemudian, yang awal dan yang akhir”.(Why.22:13). [5] Dalam suatu percakapan dengan orang-orang Yahudi, dengan tegas Yesus menjelaskan asal usul-Nya. kataNya : “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini”(Yoh.8:23). Kepada nikodemus ia menjelaskan : “tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga yaitu Anak manusia” (Yoh.3:13). Kalimat ini tentu saja membuat Nikodemus harus menafsir ulang seluruh pemahamannya tentang kitab suci, Yesus juga menyatakan kehadirannya di segala tempat dan waktu. kataNya:“Jika ada dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, disitu Aku ada ditengah-tengah mereka”(Mat.18:20). Ucapan ini menunjukkan keilahian-Nya yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal yang sama Dia sampaikan kepada Yohanes di pulau patmos tentang kekuasan-Nya yang tak terbatas. “Aku adalah Alfa dan Omega firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, yang Mahakuasa,” kata-Nya (Why.1:8).[6]
Bagi Yohanes apa yang menjadi hak Allah adalah hak Yesus Kristus. Pertama-tama harus dikatakan bahwa gelar Alfa dan Omega, awal dan akhir adalah khas gelar Allah. Yesaya mendengar seruan ilahi itu demikian (41:4; 44:6; 48:12). Tetapi kemudian Yesus juga disejajarkan dengan Allah. dan kedua Alfabet ini menunjukkan keutuhan dan kelengkapan. Alfa dan Omega merupakan kesinambungan tidak ada pemotongan dan gangguan. hidup Yesus, karya dan kuasa-Nya adalah kesinambungan karya kuasa ilahi. Ia berkarya dulu, kini dan selanjutnya. Ia abadi. Hidup Yesus dan pertolongan-Nya trus-menerus dalam hidup kita. Tak ada momon hidup kita yang terpisahkan dari-Nya. Gelar Alfa dan Omega untuk Yesus bukan hanya sekedar gelar terhormat bagi-Nya, melainkan juga mengandung dinamika hidup yang amat mendalam bagi kita. Dengan demikian gelar itu bukan hanya sekedar pemikiran teologi yang tinggi, melainkan juga mengembangkan sikap ibadah yang asasi. Gelar itu adalah gelar penyembahan, seperti yang diserukan Thomas, “Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28).[7]

2.2.4        Yesus sebagai roti Hidup
Dalam suatu kesempatan ketika sejumlah orang mencari Dia untuk mendapatkan roti, Yesus menjelaskan kepada halayak, bahwa yang mereka perlukan sebenarnya adalah makanan yang mampu bertahan samapi kepada hidup kekal, bukan makanan yang dapat binasa. Oleh karena itu, pernyataan pertama yang diucapkan Yesus adalah : “Akulah roti hidup; barang siapa yang datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barang siapa yang percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi”(Yoh.6:38). Yesus menyampaikan pernyataan ini kara Dia mengetahui motifasi orang-orang yang mencari-Nya salah yakni semata-mata hanya untuk memperoleh kemudahan mendapatkan roti. Roti yang hanya mampu mengenyangkan perut. Meskipun urusan perut itu penting, nmun Yesus ingin mengubah  paradigma berpikir mereka untuk tidak melulu berpikir tentang urusan perut semata-mata. Mukjizat memang menarik banyak orang, tapi jarang mendorong pertobatan dan iman jangka panjang. Yesus menegaskan, bahwa tujuanNya datang kedunia ini bukan untuk memberikan makanan yang hanya dapat mengenyangkan tubuh jasmani yang bersifat sementara, melainkan makanan yang memelihara kehidupan rohani dan memberi kehidupan yang kekal. Dengan mentransformasikan diri-Nya menjadi roti hidup, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai pusat dan pemilik kehidupan universal. Sebab siapapun yang memakan daging-Nya dan meminum darah-Nya, pasti mendapatkan hidup yang kekal, bahkan dibangkitkan pada akhir zaman (Yoh.6:54).[8]
Pernyataan Yesus sebagai roti hidup berkaitan dengan peristiwa di gurun, ketika manna, “roti sehari-hari”, disediakan bagi Musa dan umat Israel dalam perjalan mereka di padang gurun. Yesus mengetahui bahwa kebanyakan orang-orang itu, jika tidak seluruhnya mengenal kisah tersebut (orang-orang Yahudi yang saleh pasti mengetahuinya). “Janganlah bingung katanya.” Apa yang kamu semua alami kemarin dilereng gunung ketika 5.000 orang makan janganlah bingung oleh akrena peristiwa itu. Bukan musa yang member kamu roti dari surge. Bapa-Ku yang memberimu roti sejati. Sebab roti dari Allah turun dari surge dan member hidup pada dunia. Jadi, tidaklah mengherankan kalau mereka berkata kepada-Nya : “Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa”. Kemudian, datanglah pernyataan : “Aku-lah roti hidup : Barang siapa dating kepada-Ku ia tidak akan lapar lagi. Dan barang siapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi”. [9]
Dalam Injil Yohanes masih diegskan bahwa pemberi manna bukan Musa, melainkan Allah (6:32). Merupakan bagian kepercayaan Yahudi bahwa manna diberikan karena berkat Musa. Maka sesudah Musa wafat, manna juga berhenti. Yesus menolak keyakinan itu dan menegaskan bahwa Allahlah yang menganugerahkan manna. Oleh karena itu, bila Yesus menegaskan roti hidup, Ia mewahyukan diri sebagai utusan Allah yang menjadi roti hidup.[10]

III. Refleksi Teologis
Di dalam kehidupan Yesus di dunia, Ia memiliki banyak gelar dari orang-orang yang melihat bagaimana karya-karya Yesus. Sehingga Yesus memiliki banyak sebutan seperti hal nya pembahasan di atas yaitu Yesus sebagai nabi, guru, roti hidup dan sebagai Alfa dan Omega. Yesus adalah seorang tokoh yang memberikan motivasi kepada banyak orang melalui karya-karya-Nya di dunia. Kita yang mengimaninya sebagai sang jurus’lamat harus bisa meneladaninya di dalam setiap ruang lingkup kehidupan kita. Agar setiap orang yang melihat tingkah laku kita dapat melihat ceriminan Kristus yang meninggalkan banyak karya kepada umat manusia. Seperti halnya yang tertulis di dalam 1 Petrus 2 : 21 “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya”. Ayat ini mengajak kita untuk tetap mengikuti jejak-Nya melalui bentuk-bentuk gelar yang diberikan kepada-Nya.

III.             Kesimpulan
Banyak gelar-gelar yang diberikan oleh setiap orang kepada Yesus Kristus dan pemberian gelar itu diberikan sesuai pekerjaan yang sudah dilakukan Yesus di tengah-tengah masyarakat. Sekarang yang paling penting ialah bagaimana kita mengimani hal tersebut dan dapat kita aplikasikan dalam hidup kita sehari-hari.

IV.             Daftar Pustaka
..., KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 1991
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta: BPK-GM, 2012
Dunnan,Maxie Akulah, Jakarta : BPK-GM,2001
A. Roy Eckardt, Menggali Ulang Yesus Sejarah, Jakarta: BPK-GM. 2000
Pankat Kas, Ikutilah Aku, Yogyakarta: KANISIUS, 1986
Ernest Maranto, Kamus Liturgi Sederhana, (Yogyakarta: KANSIUS, 2004), 12
Elisa B.Surbakti, Benarkah Yesus Juru selamat Universal, Jakarta: BPK-GM, 2005
Darmawijaya, Gelar-gelar Yesus, Yogyakarta: KANISIUS, 1987



[1]..., KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), 301
[2] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, (Jakarta: BPK-GM, 2012), 361-363
[3] A. Roy Eckardt, Menggali Ulang Yesus Sejarah, (Jakarta: BPK-GM. 2000), 28
[4] Pankat Kas, Ikutilah Aku, (Yogyakarta: KANISIUS, 1986), 46-48
[5]  Ernest Maryanto, Kamus Liturgi Sederhana, (Yogyakarta: KANSIUS, 2004), 12
[6] Elisa B.Surbakti, Benarkah Yesus Juru selamat Universal, (Jakarta: BPK-GM, 2005),78
[7] Darmawijaya, Gelar-gelar Yesus, (Yogyakarta: KANISIUS, 1987),  237-239
[8]  Elisa B.Surbakti, Benarkah Yesus Juru selamat Universal, 47
[9] Maxie Dunnan, Akulah, (Jakarta : BPK-GM,2001),6
[10] Darmawijaya, Gelar-gelar Yesus, (Yogyakarta: KANISIUS, 1987), 163

Partisipasi Umat Kristen Dalam Pembangunan Nasional



Partisipasi Umat Kristen Dalam Pembangunan Nasional
       I.            Pendahuluan
Negara Indonesia adalah Negara yang berkembang sehingga banyak sekali pertumbuhan-pertumbuhan yang terjadi hususnya ddalam bidang pembangunan.Agar terciptanya Negara yang teratur dan sejahtera.untuk mendukung hal itu gereja juga harus ikut serta berpartisipasi didalam membangun Negara yang aman dan sejahtera. Apa dan bagaimana partisipasi umat Kristen dalam Pembangunan Nasional maka pada sajian kali ini kita akan mebahasnya. Seoga sajian kali ini dapat menambah wawasan bagi kita semua.
    II.            Pembahasan
2.1. Pengertian Pembangunan Nasional
Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperhatikan tantangan perkembangan global (Tap. MPR No.IV/MPR/1999).[1]Pembangunan Nasional merupakan cerminan kehendak terus-menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila.[2]

2.2. Tujuan Pembangunan Nasional
Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan kehidupan masyarakat Indonesia yang sejahtera, lahiriah maupun batiniah.Untuk mewujudkan hal tersebut, maka pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia merupakan pembangunan yang berkesinambungan, yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.Agar pembangunan yang dilaksanakan lebih terarah dan memberikan hasil dan daya guna yang efektif bagi kehidupan seluruh bangsa Indonesia maka pembangunan yang dilaksanakan mengacu pada perencanaan yang terprogram secara bertahap dengan memperhatikan perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.Oleh karena itu pemerintah merancang suatu perencanaan pembangunan yang tersusun dalam suatu Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun), dan mulai Repelita VII diuraikan dalam suatu Repeta (Rencana Pembangunan Tahunan).[3]

2.3. Partisipasi Umat Kristen dalam Pembangunan Nasional
Dalam GBHN telah dirumuskan bahwa agama-agama bertugas dalam memberi kerangka landasan moral, etik danspritual bagi pembangunan Nasional sebagai pengamalan pancasila.Demikan juga dalam GBHN 1999, secara tegas dikatakan bahwa fungsi dan peran dan kedudukan agama adalah sebagai landasan moral, spritual dan etika dalam penyelenggaraan negara serta mengupayakan agar segala peraturan perundang-undangan tidak bertentengan dengan moral agama-agama.[4]
Agama Akan dapat mengembangkan peranan yang positif, kreatif, kritis dan realitas dalam pembangunan atau tidak jika agama mendapat dukungan.Peranan agama dalam pembangunan hanya dapat berkembang secara positif, kreatis dan realistis, apabila perenan itu didukung dan didorong serta diarahkan oleh pemikiran theologi dari agama yang bersangkutan.[5]
Gereja-gereja di indonesia berpartisipasi dan melayani dalam pembangunan nasional berdasarkan panggilanNya yang bersumber pada injil Yesus Kristus. Gereja-gereja di Indonesia dengan sikap sebagai hamba dan pelayan menurut teladan Yesus, mengambil bagian penuh secara positif, kreatif, kristis dan realistis dalam pelaksanaan pembangunan sebagai pengalaman pancasila. Positif artinya terbuka bagi yang baik, kreatif artinya dalam kuat dan kuasa roh kudus menggantikan yang lama yang tidak berguna bagi yang baru, atau menambahkan yang baru kepada yang sudah ada; kritis artinya melihat segala sesuatu dalam terang firman Tuhan; realistis artinya sadar akan waktu dan batas-batas kenyataan dan tidak terbawa oleh impian kosong. Tugas tersebut tidak hanya memberikan ruang bagi gereja-gereja untuk berpartisipasi dan melayani dalam pembangunan nasional, tetapi juga untuk mengajak dan mengharapkan partisipasi secara bertanggung jawab dari semua warga Negara dan semua golongan, dalam pembangunan nasional berdasarkan hak dan kewajiban yang sama. Factor terpenting dalam kegagalan atau keberhasilan mencapai tinggal landas pada pelita VI adalah sumber daya manusia.Masalah pengangguran yang diperkirakan bertambah berat ditahun-tahun yang datang, masalah kemiskinan dan pemerataan harus ditanggulangi secara bersama-sama sebagai partisipasi gereja dalam pembangunan sebagai pengalaman pancasila. Hasil musyawarah nasional pertisipasi gereja dalam pembangunan PGI, tanggal 13-18 Oktober 1993 di Bali merupakan pelengkap bagi PTPB ini.[6]
Gereja tidak dapat diidentikkan dengan kekuatan sosial politik, tetapi gereja senantiasa terpanggil untuk mengupayakan agar semua kekuatan social politik berjuang bagi terwujudnya keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan dalam kehidupan bangsa.[7]
2.4.Tujuan Berpartisipasi Dan Melayani Dalam Pembangunan Nasional
Kita berpartisipasi dan melayani pembangunan nasional dengan tujuan agar kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara, Negara pancasila yang sedang melaksanakan pembangnan nasional sebagaimana pengalaman pancasila dapat menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah yaitu kesejahteraan, keadilan, kebebasan, persaudaraan, perdamaian, dan kemanusiaan yang dikehendaki oleh Tuhan untuk dunia ini dengan kedatangan kerajaannya. Dalam menghadapi tantangan berprtisipasi dan melayani dalam pembangunan nasional secara bersam-sama dengan melihat seluruh nusntara sebagai satu wilayah bagi kesaksian dan pelayanan bersama, kita sekaligus membaharui, membangun, dan mempersatukan gereja dan ,mengusahan kemandirian di bidang teologi daya dan dana. Pembangun nasioanl bertjuan untuk membangun masyarakat industry modern yang adil, makmur, dan lestari berdasarkan pancasila.

2.5. Tugas Umat Kristen dalam Pembangunan Nasional
Tugas gereja-gerja dalam berpartisipasi dan melayani dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari beberapa segi yang saling memperkuat dan saling memperkaya:
a.       Dari segi tanggung jawab untuk mengelola, memelihara dan melestarikan ciptaan Allah (kej 1:26-28; Mazmur 8)
b.      Dari segi pemberitaan injil, untuk menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah yang telah datang, telah berada diantara kita dan sedang dinantikan kegenapannya dalam  “langit yang baru dan bumi yang baru, dimana terdapat kebenaran ” (2 Petrus 3:13). Dalam hubungan ini sidang raya VII DGI pematang siantar (1971) menyatakan “gereja disuruh kedalam dunia untuk memberitakan injil yesus kristus” dan konsultasi pekabaran injil tanggal 6-8 Juni 1944 di Sukabumi menyatakan bahwa PI merupakan bagian dari misi gereja yang bertujuan memanusiakan manusia berlandaskan misi Allah dalam Yesus Kristus.
c.       Dari segi tanggung jawab untuk mengusahakan agar kehidupan masyrakat didasarkan atas keadilan dan kesejahteraan bagi semua orang tanpa membedakan suku, ras, agama, budaya sebagai wujud kasih Allah bagi dunia (Yer. 22:23; Amos 5:15-24). [8]
Ajakan dan harapan dari negara pancasila agar semua warga Negara dan semua golongan dan berpartisipasi secara bertanggungjawab dalam pembangunan nasional atas dasar hak dan kewajiban yang sama, antara lain diungkapkan dalam hal-hal lain :
a.       Pembukaan UUD 1945, berbicara mengenai mengantarkan raktyat Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat , adil dan makmur.
b.      Pasal 1:2 UUD 1945 mengatakan bahwa: kedaulatan adalah ditangan rakyat…”
c.       Pasal 27 UUD 1945:
1.      “segala warga Negara bersamaaan kedudukannya didalam hokum dan pemerintahaan dan wajib menjungjung hokum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”
2.      Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan .
d.      GBHN 1993 menegaskan bahwa “berhasilnay pembanguna nasional sebagai pengalaman pancasila tergantung pada peran aktf masyarakat serta pada sikap mental, tekad dan semangat serta keadilan dan disiplin para penyelenggara Negara serta seluruh rakyat Indonesia. sehubungan dengan itu, semua kekuatan politik organisasi kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan lainnya perlu menyususn program menurut fungsi dan kemapuan masing-masing dalam rangka melaksanakan GBHN ini”.[9]
2.6.Tantangan yang dihadapi Umat Kristen dalam Pembangunan Nasional[10]
I.       Tantangan internal
a.       Penyediaan SDM dikalangan gereja/ pendidikan Kristen
Gereja/ pendidikan Kristen semakin disadarkan bahwa penyiapan SDM adalah sangat penting.Saat ini kita merasakan bahwa kita masih kekurangan SDM. Misalnya, gereja/PGI memberikan beasiswa tapi ajab kali beasiswa itu belum dikaitkan dengan antisipasi kebutuhan sati budang studi dimasa depan dalam rangka kesaksian dan pelayanan.
b.      Pengorganisasian
Pentingnya yayasan pendidikan Kristen memiliki relasi yang secara jelas kepada gereja, karena gereja akan memberikan visi teologis atau pandangan teologisnya. Disamping itu, perlu diperbuat profesionalisme mengurus yayasan , kepala sekolah atau guru-guru.
c.       Keragaman/ kemajemukan denominasi aliran gereja di Indonesia
Belum adanya kesatuan visi teologis, misalnya tentang visi tentang sekolah Kristen.Ada yang mengatakan bahwa visi sekolah Kristen adalah Alat pekabaran injil.PGI memahami sekolah Kristen atau rumah sakit Kristen/ rumah sakit Kristen merupakan sarana kesaksian dan pelayanan serta bentuk pelibatan gereja dalam pembangunan nasional sebagai pengalaman pancasila.
d.      sikap minority complex atau merasa diri sebagai minoritas dalam segala hal menjadi suatu beban psikologis yang dapat menghambat perkembangan.

II.    Tantangan Eksternal
a.       Kehidupan social keagamaan yang makin semarak/ masa kebangkitan agama.
b.      Iklim kehidupan politik
c.       Kemajemukan tingkat persepsi tentang kekristenan
d.      Ketentuan peraturan dan perundang-undangan, meskipun UUD 1945, pancasila, GBHN sangat memberikan tempat terhadap kemajemukan itu, namun yang menjadi kendala atau tantangan adalah aras operasionalnya.

2.7   Jenis-jenis Partisipasi Umat Kristen dalam Pembangunan Nasional
a.      Bidang ekonomi
Dibidang perekonomian, gereja-gereja di Indonesia memberikan perhatiannya pada keuangan gereja dan usaha-usaha pelayanan pengasihan.Mengenai keuangan, gereja sudah terlatih pada pendudukan Jepang.Jemaat-jemaat diatur sedemikian rupa sehingga kiranya mampu membiayai jemaat sendiri.Gereja ikut serta dalam pembangunan desa, perburuhan, pendidikan, koperasi, pertanian, menaggulangi kemelaratan masyarakat serta keuangan gereja sambil memperhatikan latar belakang dari golongan agama dan aliran berbeda.[11]
b.      Bidang pendidikan
Pelayanan gereja dalam bidang pendidikan diarahkan pada usaha pembangunan SDM yang mencakup dua hal yakni pendidikan nilai (pembinaan spiritual, moral, etik) dan pembinaan keterampilan dan professional.Pendidikan nilai adalah peningkatan kualitas pribadi yang bertujuan membina citra diri, karakter, etos dan etika.Pendidikan keterampilan dan profesi adalah pembinaan yang bertujuan memampukan warga gereja dalam masyarakat pada umumnya untuk memiliki keterampilan-keterampilan dasar, pengetahuan dasar dan profesionalisme dalam segala bidang.[12]
III. Kesimpulan
Jadi dari pemaparan di atas dapat kami simpulkan bahwasanya gereja harus ikut berperan di dalam pembangunan Nasional untuk mensejahterakan bangsa dan Negara Indonesia.Umat Kristen tidak hanya berjuang untuk mendapatkan kekuasaan politik tetapi juga melaksanakan terjadinya revolusi intelektual agar seluruh masyarakat Indonesia bisa memiliki kemampuan intelektual dalam semua disiplin ilmu.


IV. Refleksi
Kita percaya bahwa Tuhan telah menempatkan gerejanya di Indonesia dengan tujuan agar gereja itu menjadi berkat bagi semua orang, dan kita percaya bahwa Roh Kudus terus bekerja untuk membaharui, membangun dan mempersatukan.Sehingga gereja diharapkan berpartisipasi dalam pembangunan Nasional demi kesejahteraan bangsa dan Negara.Selain itu juga kita diharapkan untuk senantiasa  bertanggung jawab untuk mengelola, memelihara dan melestarikan ciptaan Allah (kej 1:26-28; Mazm.8). Dalam hal partisipasi gereja terhadap pembangunan nasional kita jangan melihat hanya sebelah mata, dan hanya salah satu bidang pembangunan saja melainkan kita harus  melihat dari berbagai bidang pembangunan.
V.    Daftar Pustaka
Ali,  Mohammad, Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional, Jakarta: GRASINDO
Arief,  Sritua, Teori Dan Kebijaksanaan Pembangunan, Jakarta: Cides, 1998
Sairin,  Weynata,Identitas dan ciri khas pendidikan Kristen di Indonesia antara konseptual dan operasional, Jakarta: BPK-GM, 2006
 Sairin, Weynata, Iman Kristen dan pergumulan kekinian, Jakarta: BPK-GM, 1996
Sairin, Weynata, Lima Dokumen keesaan gereja, Jayapura: Keputusan Sidang Raya XII PGI, 1994
Sairin, Weynata, Lima Dokumen keesaan gereja, Jayapura: Keputusan Sidang Raya XII PGI, 1994
Sidjabat,  W. B., Partisipasi Kristen dalam Nation Building di Indonesia, Jakarta: BPK-GM, 1968
Sihombing, Tunggul S., Pelayanan Kontemporer dalam MasyarakatMajemuk, Clergy, 2002
Yewangoe,  A.A., Agama dan Kerukunan, Jakarta: BPK-GM, 2009
Sumber lain:
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-pembangunan-nasional-definisi.html.



[2]Sritua Arief, Teori Dan Kebijaksanaan Pembangunan, (Jakarta: Cides, 1998),  148,149
[3]Mohammad Ali, Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional, (Jakarta: GRASINDO), 2-5
[4] A.A.Yewangoe, Agama dan Kerukunan, (Jakarta: BPK-GM, 2009), 1-2
[5]  Tunggul S. Sihombing, Pelayanan Kontemporer dalam MasyarakatMajemuk, (Clergy, 2002), 164
[6] Weynata Sairin, Lima Dokumen keesaan gereja, (Jayapura: Keputusan Sidang Raya XII PGI, 1994), 29-31
[7] Weynata Sairin, Iman Kristen dan pergumulan kekinian, (Jakarta: BPK-GM, 1996), 135 
[8] Weynata Sairin, Lima Dokumen keesaan gereja, (Jayapura: Keputusan Sidang Raya XII PGI, 1994), 29-30
[9] Weynata Sairin, Lima Dokumen keesaan gereja, 31
[10]Weynata Sairin,Identitas dan ciri khas pendidikan Kristen di Indonesia antara konseptual dan operasional, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 116-117
[11] W. B. Sidjabat, Partisipasi Kristen dalam Nation Building di Indonesia, (Jakarta: BPK-GM, 1968), 181
[12] Weynata Sairin, Lima Dokumen keesaan gereja,, 37