Kata Inspisari Terindah

Orang Malas Tidak Akan Menangkap Buruannya, Tetapi Orang Rajin Akan Memperoleh Harta Yang Berharga (Amsal 12 : 27) By : Bona Sumbayak
ff

Wednesday 26 August 2015

Pengertian Hermeneutika



Pengertian Hermeneutika
I.     Pendahuluan
       Setiap orang Kristen harus mempelajari Alkitab karena Alkitab adalah Firman Allah yang diinspirasikan oleh Allah sendiri, yang berisi segala pengetahuan tentang Allah dan hubungannya dengan semua karya dan ciptaanNya. Namun demikian untuk mengerti isi Alkitab tidaklah selalu mudah karena ada gap komunikasi yang besar sehingga perlu dijembatani. Allah menyampaikan FirmanNya kepada seluruh manusia sepanjang sejarah melalui para penulis Alkitab. Untuk Firman itu sampai kepada manusia dengan baik, dan pada pertemuan kali ini kami para penyaji akan memaparkan apa dan bagaimana hermeneutika yang digunakan dalam Alkitab. Semoga sajian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita bersama.
II.     Isi
2.1.    Etimologi Kata Hermeneutika
Kata Hermeneutik dalam bahasa Ibrani adalah pathar , yang artinya adalah menafsir" (to interprete). Sedangkan kata bendanya adalah pithron, artinya "tafsiran" (interpretation). Kata ini paling umum digunakan dalam konotasi menafsirkan mimpi, karena mimpi berwujud simbol yang artinya tidak jelas (Kej. 41:8,12,15).[1]
Kata Hermeneutik dalam bahasa Yunani adalah hermeneutikos, berasal dari kata hermeneuo,  artinya "menafsir" (to interprete). Kata benda yang dipakai adalah hermeneia, artinya "tafsiran" (interpretation).  
2.2. Defenisi Hermeneutika
Menafsir adalah kegiatan yang biasa kita lakukan setiap hari didalam hidup kita pada saat kita mendengarkan pernyataan lisan atau membaca pernyataan tertulis dan berusaha untuk memahaminya kita sebenarnya telah melakukan penafsiaran eksegese. Istilah “eksegesis” berasal dari kata Yunani exegeomai yang dalam bentuk dasarnya berarti “membawa keluar” atau “mengeluarkan”. Apabila  dikenakan pada tulisan-tulisan, kata tersebut berarti “membaca atau menggali” arti tulisan-tulisan itu. Kata bendanya sendiri berarti “tafsiran” atau “penjelasan”. Jadi pada waktu kita membaca sebuah tulisan atau mendengar suatu pernyataan yang kita coba pahami dan tafsirkan, kita sebenarnya telah melakukan penafsiran atau eksegesis.[2]
2.3. Latar Belakang Hermeneutika
Beberapa dasar defenisi kata hermeneutika dikataan memiliki asal-usulnya didalam nama hermes. Dalam mitologi Yunani, dewa-dewa dipimpin oleh Zeus bersama Maia.Pasangan ini mempunyai anak bernama Hermes. Hermes inilah yang bertugas untuk menjadi perantara dewa dalam menyampaikan pesan-pesan mereka kepada manusia.Metode hermeneutika secara sederhana merupakan perpindahan fokuspenafsiran dari makna literal atau makna bawaan sebuah teks kepada maknalain yang lebih dalam. [3] hermeneutic tidak hanya merupakan semacam ilmu pengtahuan tetapi juga merupakan semacam kesenian. Sebagai ilmu pengetshusn hermeneutic menggunsksn cara-cara ilmiah dalam mencari arti sesungguhnya dari alkitab. Prinsi-prinsip yang digunakannya merupakan suatu system yang masuk akal, dapat diuji dan dipertahankan. Dilain pihak, sebagai semacam kesenian,hermeniutikpun harus menghasilkan sesuatu yang indah, harmonis, bahkan pada kasus tertentu, ia menuntut pendekatan yang berbeda dengan pendekatan ilmiah. Secara sederhana hermeneutic adalah suatu bagian teologi yang bersifat ilmiah dan seni, yang memperhatikan hukum tertentu bahkan melibatkan diri penafsir sepenuhnya, dengan tujuan mencari maksud yang disampaikan oleh penulis alkitab.[4]
2.4. Penerapan Hermeneutika
Penerapan Hermeneutika yang cukup luas pada ilmu – ilmu kemanusiaan, sejarah, hukum, agama, filsafat, seni, kesusastraan, maupun ilmu pengetahuan tentang kehidupan ( life sciences ). Jika pengalaman manusia yang di ungkapkan dalam bentuk bahasa tampak asing bagi pembaca berikutnya maka perlulah di tafsirkan secara benar. Disiplin ilmu yang pertama yang banyak menggunakan hermeneutik adalah ilmu tafsir kitab suci. Sebab semua karya yang mendapatkan inspirasi ilahi seperti Al-Quran, kitab Taurat, kitab kitab Veda dan Upanishad supya dapat dimengerti memerlukan interpretasi atau hermeneutik, karena banyak istilah istilah sulit yang di gunakan dan sulit untuk di mengerti.[5]
2.5.
Hubungan – Hubungan Dari Hermeneutika
Hermenuetik sangat penting dan sangat dibutuhkan, oleh sebab itu hampir semua orang Kristen menyetujuinya.karena Alkitab merupakan sumber utama umat Tuhan mengenal Allah dan Alkitab perlu dipelajari dengan penafsiran. Namun, fakta menunjukan bahwa gereja tidak selalu sepaham dalam penafsiran alkitab.[6] Kepentingan dari hermeneutika untuk dapat mempelajari Alkitab lebih dalam  lagi dalam mengenal Allah, maka kita perlu mengetahui hubungan-hubungan hermeneutika.[7]
Hermeneutic berhubungan erat dengan alkitab-firman Allah yang menyelamatkan manusia yang tersesat.
a.       Hermeneutic berhubungan erat dengan Alkitab sebagai makanan Rohani orang Kristen.
b.      Hermeneutic berhubungan erat dengan Alkitab sebagai petunjuk Allah bagi orang Kristen.
c.       Hermeneutic berhubungan erat denagan Alkitab sebagai senjata Rohani orang Kristen
d.      Hermeneutic berhubungan erat deanagn Alkitab sebagai dasar teologi Agama Kristen
e.       Hermeneutuk berhubungan erat dengan Alkitab sebagai dasar ajaran dan pelayanan berkhotbah dalam jemaat Allah
f.       Hermeneutic berhububgan erat dengan Alkitab sebagai dasar harapan orang Kristen
g.      Hermeneutic berhubungan erat dengan alkitab sebagai wahyu Allah tentang jemaat dan universal
h.      Hermeneutic berhubungan erat dengan Alkitab sebagai kita yang sangat terkenal
2.6. Cara Kerja Hermeneutika
Untuk dapat membuat interpretasi orang lebih dulu harus mengerti atau memahami. Namun keadaan lebih dahulu mengerti ini bukan didasarkan atas penentuan waktu, melainkan bersifat alamiah. Sebab menurut kenyataannya bila seseorang menegerti ia sebenarnya telah melakukan interpretasi, dan juga sebaliknya. Ada kesertamertaan antara mengerti dan membuat interpretasi. Keduanya bukan moment dalam satu proses. Mengerti dan interpretasi menimbulkan lingkaran hermeneutic.  Ia juga harus merumuskan sebuah meteodologi yang akan dipergunakan untuk mengukur seberapa jauh kemungkinan masuknya pengaruh subjektivitas interpretasi objektif yang diharapkan. Dan Ia harus mengenal pesan atau kecondongan sebuah teks, lalu ia harus meresapi isi teks. Jadi seorang penafsir tidak boleh bersikap pasif, ia harus merekonstruksi makna.[8]
III.     Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, penyajin ( "Bona Sogi Sumbayak" dan temen teraneh yg pernah ada yaitu Irma Sari Damanik dan Erna Wati Pasaribu) menyimpulkan bahwa hermeneutic berasal dari bahasa Yunani () yang mempunyai arti menyampaikan (suatu pikiran atau keinginan), menjelaskan (suatu ucapan), dan menerjemahkan  sesuatu dari satu basah ke bahasa lain. Hermeneutic adalah suatu bagian theology yang bersifat ilmiah dan seni, yang memperhatikan hukum tertentu bahkan melibatkan diri penafsir sepenuhnya dengan tujuan mencari maksud yang ingin di sampaikan oleh penafsir Alkitab. 
  IV.     Daftar Pustaka
http://learning.sabda.org/baca.php?b=hermeneutik
John H. Hayes. Dan Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, ( Jakarta: PT BPK 1996), 1
Henry A.Virkler and Karelynne G. Ayayo, hermeneutics principles and processes of biblical interpretation, (America:baker books house company 2008), 15-16
Hasan Susanto, hermeneutic prinsip dan metode Penafsiran Alkitab,(Malang:Departemen Literatur SAAT, 2007), 2-3
Ferguson, Biblical hermeneutics: An Introductio,
Hasan Susanto,Hermeneutik Prinsip dan Metode Pena



[1]http://learning.sabda.org/baca.php?b=hermeneutik
[2] John H. Hayes. Dan Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, ( Jakarta: PT BPK 1996), 1
[3] Henry A.Virkler and Karelynne G. Ayayo, hermeneutics principles and processes of biblical interpretation, (America:baker books house company 2008), 15-16
[4] Hasan Susanto, hermeneutic prinsip dan metode Penafsiran Alkitab,(Malang:Departemen Literatur SAAT, 2007), 2-3
[5] E.Sumaryono, Hermeneutik, (Yogyakarta:Kanisius 1999), 28
[6] Ferguson, Biblical hermeneutics: An Introductio,
[7] Hasan Susanto,Hermeneutik Prinsip dan Metode PenafsitanAlkitab, (Malang: departemen literature SAAT, 2007), 4-11
[8] E.Sumaryono, Hermeneutik, (Yogyakarta:Kanisius 1999), 30

Tuesday 25 August 2015

Pengertian Hermeneutika



HERMENEUTIKA


1.    Konsep Dasar Hermeneutika
Pada dasarnya, hermeneutika berusaha memahami apa yang dikatakan dengan kembali pada motivasinya atau kepada konteksnya, diperlukan konsep kuno yang bernama “kata batin” – inner word.

Hermenetika, yang dalam bahasa Inggrisnya adalah hermeneutics, berasal dari kata Yunani hermeneutine dan  hermeneia yang masing – masing berarti “menafsirkan dan “ penafsiran”.  Istilah  did dapat dari sebuah risalah yang berjudul Peri Hermeneias (Tentang Penafsiran). Hermeneutica juga bermuatan pandangan hidup dari penggagasnya.

Dalam tradisi Yunani, istilah hermeneutika diasosiasikan dengan Hermes (Hermeios), seorang utusan dewa dalam mitologi Yunani kuno yang bertugas menyampaikan dan menerjemahkan pesan dewa ke dalam bahasa manusia. Menurut mitos itu, Hermes bertugas menafsirkan kehendak dewata (Orakel) dengan bantuan kata-kata manusia.

Tiga makna hermeneutis yang mendasar yaitu :
a).  Mengungkapkan sesuatu yang tadinya masih dalam pikiran melalui kata-kata sebagai medium penyampaian.
b).  Menjelaskan secara rasional sesuatu sebelum masih samar- samar sehingga maknanya dapat dimengerti
c).   Menerjemahkan suatu bahasa yang asing ke dalam bahasa lain.
Tiga  pengertian tersebut terangkum dalam pengertian ”menafsirkan” – interpreting, understanding.


Dengan demikian hermeneutika merupakan proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti. Definisi lain, hermeneutika metode atau cara untuk menafsirkan simbol berupa teks untuk dicari arti dan maknanya, metode ini mensyaratkan adanya kemampuan untuk menafsirkan masa lampau yang tidak dialami, kemudia di bawa ke masa depan.

Menurut Carl Braathen hermeneutika adalah ilmu yang merefleksikan bagaimana satu kata atau satu peristiwa di masa dan kondisi yang lalu bisa dipahami dan menjadi bermakna di masa sekarang sekaligus mengandung aturan – aturan metodologis untuk diaplikasikan dalam penafsiran dan asumsi-asumsi metodologis dari aktivitas pemahaman.

Semula hermeneutika berkembang di kalangan gereja dan dikenal sebagai gerakan eksegegis (penafsiran teks-teks agama) dan kemudia berkembang menjadi filsafat penafsiran.

Sebagai sebuah metode penafsiran, hermeneutika memperhatikan tiga hal  sebagai komponen pokok dalam kegiatan penafsiran yakni teks, konteks dan kontekstualisasi.

Dengan demikian setidaknya terdapat tiga pemahaman mengenai hermeneutika yakni :
1.    Sebagai teknik praksis pemahaman atau penafsiran, dekat dengan eksegegis, yakni kegiatan memberi pemahaman tentang sesuatu atau kegiatan untuk mengungkapkan makna tentang sesuatu agar dapat dipahami.
2.    Sebagai sebuah metode penafsiran, tentang the conditions of possibility sebuah penafsiran. Hal – hal apa yang dibutuhkan atau langkah-langkah bagaimana harus dilakukan untuk menghindari pemahaman yang keliru terhadap teks.
3.    Sebagai penafsiran fisafat.

2.    Cara Kerja Hermeneutika
Pada dasarnya semua objek itu netral, sebab objek adalah objek. Arti atau makna diberikan kepada objek oleh subjek, sesuai dengan cara pandang subjek.

Untuk dapat membuat interpretasi, lebih dahulu harus memahami atau mengerti.  Mengerti dan interpretasi menimbulkan lingkaran hermeneutik. Mengerti secara sungguh-sungguh hanya akan dapat berkembang bila didasarkan atas pengetahuan yang benar.

Hukum Betti tentang interpretasi”Sensus non est inferendus sed efferendus” makna bukan diambil dari kesimpulan tetapi harus diturunkan. Penafsir tidak boleh bersifat pasif tetapi merekonstruksi makna. Alatnya adalah cakrawala intelektual penafsir. Penagalam masa lalu, hidupnya saat ini, latar belakang kebudayaan dan sejarah yang dimiliki.


3.    Bahasa Sebagai Pusat Kajian
Karena objek utama hermeneutika adalah teks dan teks adalah hasil atau produk praksis berbahasa, maka antara hermeneutika dengan bahasa akan terjalin hubungan sangat dekat.

Dalam Gadamer’s Philoshopical hermeneutics dinyatakan, Gadamer places language at the core of understanding.

Menurut folosof bahasa Wittgenstein “ Batas bahasaku adalah batas duniaku”.

Menurut Gadamer, asal mula bahasa adalah bahasa tutur, yang kemudian disusl bahasa tulis untuk efektivitas dan kelestarian bahasa tutur.

4.    Hermeneutika Dalam Pandangan Filosofi
a).  Friedrich Ernst Daniel Schleiermarcher
Hermeneutika sebagai metode interpretasi dan menganggap semua teks dapat menjadi objek kajian hermeneutka.

Hermeneutika adalah sebuah teori tentang penjabaran dan interpretasi teks mengani konsep-konsep tradisional kitab suci dan dogma.

Makna bukan sekedar isyarat yang dibawa oleh bahasa, sebab bahasa dapat mengungkakan sebuah realitas dengan jelas, tetapi pada saat yang sama dapat menyembunyikan rapat-rapat.

Schleiermacher menawarkan sebuah metode rekonstruksi histories, objektif dan subjektif terhadap sebuah pernyataan, membahas dengan bahasa secara keseluruhan.

Tugas utama hermeneutika adalah memahami teks sebaik atau bahkan lebih baik daripada pengarangnya sendiri dan memahami pengarang teks lebih baik daripada memahami diri sendiri.

Model hermeneutika Schleiermacher meliputi dua hal :
1.    Pemahaman teks melalui penguasaan terhadap aturan-aturan sintaksis bahasa pengarang sehingga menggunakan pendekatan linguistic.
2.    Penangkapan muatan emosional dan batiniah pengarang secara intuitif dengan menempatkan diri penafsir ke dalam dunia batin pengarang.

Dengan demikian, terdapat makna autentik dari sebuah teks, sebua teks tidak mungkin bertujuan  (telos).

b).  Wilhelm Dilthey
Hermeneutika pada dasarnya bersifat menyejarah, makna tidak pernah berhenti pada satu masa, tetapi selalu berubah menurut modifikasi sejarah.

c).   Martin Heidgger
Pemikiran filsafat Heidgger meliputi dua periode sebagai berikut :
1.    Periode 1 meliputi hakikat tentang “ada” dan “waktu”. Manusia adalah satu-satunya makhluk  yang menanyakan tentang “ada”. Sebab, manusia pada hakikatnya”ada” tetapi tidak begitu saja ada, melainkan senantiasa secara erat berkaitan dengan “adanya” sendiri.
2.    Periode 2 Menjelaskan pengertian”kehre” yang berarti “pembalikan”. Ketidaktersembunyian ”ada” merupakan kejadian asli. Berpikir pada hakikatnya adalah terikat pada arti. Oleh karena itu, manusia bukanlah pengauasa atas apa yang ”ada” melainkan sebagai penjaga padanya.

Bahasa bukan sekedar alat untuk menyampaikan dan memperoleh informasi. Bahas pada hakikatnya adalah”bahasa hakikat” artinya berpikir adalah suatu jawaban, tanggapan atau respons dan bukan manipulasi ide yang hakikatnya telah terkandung dalam proses penuturan bahasa dan bukan hanya sebagai alat belaka.  Dalam realitas, bahasa lebih menentukan daripada fakta atau perbuatan. Bahasa adalah tempat tinggal ” sang ada”.  Bahasa merupakan ruang bagi pengalaman yang bermakna. Pengalaman yang telah diungkapkan adalah pengalaman yang telah mengkristal, sehingga menjadi semacam substansi dan pengaaman menjadi tak bermakna jika tidak menemukan rumahnya dalam bahasa. Sebaliknya, tanpa pengalaman nyata, bahasa adalah ibarat ruang kosong tanpa kehidupan.

Pemahaman teks terletak pada kegiatan mendengarkan lewat bahasa manusia perihal apa yang dikatakan dalam ungkapan bahasa.

Bahasa adalah suatu proses, suatu dinamika, atau suatu gerakan.

d).  Hans-Georg Gadamer
Konsep Gadamer yang menonjol dalam hermeneutika adalah menekankan apa yang dimaksud ”mengerti”. Lingkaran hermeneutika – hermeneutic circle , bagian teks disa dipahami lewat keseluruhan teks hanya bisa dipahami lewat bagian- bagiannya.

Setiap pemahaman merupakan sesuatu yang bersifat historis, dialetik dan peristiwa kabahasaan. Hermeneutika adalah ontologi dan fenomologi pemahaman.

e).  Jurgen Habermas
Hermeneutika bertujuan untuk memahami proses pemahaman – understanding the process of understanding.

Pemahaman adalah suatu kegiatan pengalaman dan pnegertian teoritis berpadu menjadi satu.

Tidak mungkin dapat memahami sepenuhnya makna sesuatu fakta, sebab selalu ada juga fakta yang tidak dapat diinterpretasikan.

Bahasa sebagai unsur fundamental dalam hermeneutika. Sebab, analisis suatu fakta dilakukan melalui hubungan simbol-simbol dan simbol-simbol tersebut sebagai simbol dari fakta.



f).    Paul Ricoeur
Teks adalah otonom atau berdiri sendiri dan tidak bergantung pada maksud pengarang. Otonomi teks ada tiga macam sebagai berikut :
a).  Intensi atau maksud pengarang.
b).  Situasi kultural dan kondisi sosial pengadaan teks.
c).   Untuk siapa teks dimaksud.

Tugas hermeneutika mengarahkan perhatiannya kepada makna objektif dari teks itu sendiri, terlepas dari maksud subjektif pengarang ataupub orang lain.

Interpretasi dianggap telah berhasil mencapai tujuannya jika ”dunia teks” dan ” dunia interpreter” telah berbaur menjadi satu.

g).  Bona Sogi Sumbayak

Dalam filsafat bahasa – dalam kaitan dengan hermeneutika, membedakan antara ”tanda” dan ”simbol”. Setiap tanda bersifat arbitrer.  Bahasa menurut kodartnya adalah ”tulis”Objek timbul dalam jaringan tanda, dan jaringan atau rajutan tanda ini disebut ”teks”. Segala sesuatu yang ada selalui ditandai dengan tekstualitas. Tidak ada makna yang melebihi teks. Makna senantiasa tertenun dalam teks.

5.    Beberapa Kaidah Hermeneutika
a).  Dibutuhkan keterlibatan dan atau partisipasi
b).  Setiap usaha penafsiran, tidak bisa dihindari adanya akibat ikutan dari partisipasi dan latar belakang penafsi.
c).   Upaya penafsiran harus dilihat sebagao proses pendekatan – approximation kepada makna sejati.



d).  Walaupun ada wilayah perbedaan karena partisipasi dan latar belakang penafsir, niscaya ada pula wilayah yang mempertemukan atar penafsir, pamahaman bersama – shared understanding, mutual understanding yang melahirkan cross cutting affiiation.

6.    Peran Hermeneutika Terhadap Martabat Manusia
Manusia selain sebagai makhluk yang berpikir – hayawan al-natiq, hewan yang berpikir, disebut juga sebagai animalsymbolicum, makhluk yang senantiasa bergulat dengan simbol.

Hermeneutika memilki tanggungjawab utama dalam menyingkap dan menampilkan makna yang ada di balik simbol-simbol yang menjadi objeknya.

Filsafat hermeneutika berkembang dengan dua aliran pemikiran yang berlawanan yakni pragmatika intensionalisme dan hermeneutika gadamerian.

Intensionalisme memandang bahwa makna sudah ada karena dibawa oleh penyusun teks – pengarang sehingga tinggal menunggu interpretasi penafsir dan makna berada di beakang teks – behind the teks.

Hermeneutika gadamerian memandang bahwa makna harus dikonstruksi dan direkonstruksi oleh penafsir itu sendiri sesuai konteksnya, sehingga makna berada di depan teks – in front of the text.
                                   
7.    Beberapa Varian Hermeneutika
a).  Hermeunitka Romantis
§  Dengan tokoh Friedrich Ernst Daniel Schleiermacher, bapak hermeneutka
§  Makna hermeuneutika berubah dari sekedar kajian teleologis – teks bible menjadi metode memahami dalam pengertian filsafat.

§  Bagaimana pemahaman manusia dan bagaimana ia terjadi.
§  Dua teori pemahaman pertama pemahaman ketatabahasaan – grammayical understanding, terhadap semua ekspresi, kedua pemahaman psikologis terhadap pengarang – dikembangkan menjadi intuitive understanding yang operasionalisasi merupakan rekonstruksi – merekonstruksi pikiran pengarang.
§  Tujuan pemahaman lebih merupakan makna yang muncul dalam pandangan pengarang yang telah direkonstruksi.
§  Tidak hanya melibatkan pemahaman konteks kesejarahan dan budaya pengarang tetapi juga pemahaman terhadap subjektivitas pengarang.
§  Ada lima unsur dalam pemahaman penafsir, teks, ,aksud pengarang, konteks historis dan konteks kultural.Hasil interpretasi akan lebih baik jika penafsir mengatahui latar belakang sejarah pengarang teks.

Bagan Hermeneutika Romantisme

Konteksi Historis








 


                        Penafsir                       Teks                                         Maksud Pengarang









 


                                                            Konteks Kultural


b).  Hermeneutika Metodis
§  Tokoh Wilhem DiltheyManusia sebagai makhluk eksestensial.
§  Manusia adalah makhluk yang memahami dan menafsirkan dalam setiap aspek kehidupan.
§  Makna teks harus ditelusuri dari subjek tif pengarangnya.
§  Merupakan metode pemahaman – interpretative methode.
§  Hermeneutika adalah teknik memahami ekspresi tentang kehidupan yang tersusun dalam bentuk tulisan.
§  Hermeneutika historis.

c).   Hermeneutika Fenomologis
§  Tokoh Edmund Husserl.
§  Pengetahuan dunia objektif bersifat tidak pasti.
§  Proses pemikiran harus kembali pada data, bukan pada pemikiran, yakni pada halnya sendiri harus menanmpakan diri.
§  Pengetahuan sejati adalah kehadiran data dalam kesadaran budi, bukan rekayasa pikiran untuk membentuk teori.
§  Membebaskan diri dari prasangka, yakni membiarkan teks berbicara sendiri.
§  Teks merefleksikan kerangka mentalnya sendiri dan penafsir harus netral dan menjauhkan diri dari unsur-unsur subjektifnya atas objek.
§  Menafsirkan teks berarti secara metodologis mengisolasi teks dari semua hal yang tak ada hubungannya – termasuk bias –bias subjek penafsir dan membiarkannnya mengkomunikasikan maknanya sendiri pada subjek.
§  Ada tiga langkah yang harus dilakukan :
1.    Reduksi fenomologis, dengan menempatkan dunia dalam tanda kurung.
2.    Reduksi eiditik yang dikerjakan dengan memusatkan perhatian dan pengamatan pada esensi sesuatu yang coba dipahami.
3.    Rekonstruksi dengan menghubungkan hasil reduksi fenomologis dengan hasil reduksi eidetik.

d).  Hermeneutika Dialektis
§  Dengan eksemplar Martin Heidegger.
§  Prasangka historis atas objek merupakan sumber pemahaman, karena prasangka adalah bagian dari eksistensi yang harus dipahami.
§  Pemahaman adalah sesuatu yang muncul dan sudah ada mendahului kognisi.
§  Keragaman makna dan dinamika eksistensial.
§  Memahami teks yang sama secara baru dengan makna baru.

e).  Hermeneutika Dialogis
§  Dengan eksemplar Hans-Georg Gadamer.
§  Pemahaman dimuai dengan pra-penilaian – pre-judgement.
§  Pemahaman yang benar adaah pemahaman yang mengarah pada tingkat ontologis.
§  Kebenaran dapat dicapai melalui dialektika  denga mengajukan beberapa pertanyaan.
§  Bahasa menjadi medium pendting bagi terjadinya dialog.
§  Pembangkitan kembali makna teks.
§  Proses pemahaman adalah proses peleburan horizon-horizon.

f).    Hermeneutika Kritis
§  Dengan tokoh Jurgen Habermas.
§  Merupakan teori kritis, menemukan kesalahan dan kekurangan pada kondisi yang ada.
§  Mempertautkan antara beragam domain realitas, antara partikular dan universal, antara kulit dan isi dan antara teori dan praktek.
§  Pemahaman didahului kepentingan, kepentingan sosial dan kepentingan kekuasaan.
§  Merupakan refleksi kritis penafsir.
§  Penafsir mengambil jarak atau melangkah keluar dari tradisi dan prasangka.
§  Setiap penafsiran dipastikan ada bias-bias dan unsur-unsur kepentingan politik, ekonomi, sosial termasuk bias strata kelas, suku dan gender.

g).  Hermeneutika Integrasi Dialektis
§  Integrasi daliketis antara penjelasan – explanatory dan pemahaman – understanding.
§  Merupakan perbedaan fundamental antara paradigma interpretasi teks tertulis dan wacana – discourse dan percakapan – dialogue.
§  Berbagai interpretasi yang dapat diterima menjadi mungkin.

h).  Hermeneutika Dekonstruksionis
§  Dengan eksemplar Jacques Derrida.
§  Bahasa merupakan sistem yang tidak stabil.
§  Makna tulisan – teks, selalu mengami perubahan, tergantung pada konteks pembacanya.
§  Menolak makna esensial yang tunggal dan utuh.
§  Lebih menekankan pencarian makna eksistensial.

Perkembangan hermenetika dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Scheleiermacher, mengubah makna hermenetika dari sekedar kajian teks keagamaan – bible menjadi kajian pemikiran filsafat.
2.    Wilhelm Dilthey,  makna herneneutika menjadi kajian sejarah.
3.    Edmund Husserl, pengetahuan dunia objektif bersifat tak pasti, karena pengetahuan sesungguhnya diperoleh dari apparatus sensor yang tak sempurna.
4.    Martin Heidegger, Hermeneutika sebagai kajian ontologis.
5.    Hans –Georg Gadamer, Menekankan dialektika – dialogis.
6.    Jurgen Habermas, Menggeser makan hermeneutika kepada pemahaman yang diwarnai oeh kepentingan.
7.    Paul Ricoeur, Aspek pandangan hidup interpreter sebagai faktor utama.




8.    Interpretasi
Interpretasi adaah proses memperantarai dan menyampaikan pesan yang secara eksplisit dan implisit termuat dalam realitas. Interpretator  ádalah jurubahasa, penerjemah pesan realitas, pesan yang tidak segera jelas, tidak segera dapat diartikulasikan, yang sering diliputi misteri, yang dapat diungkap hanya sekelumit demi sekelumit, tahap demi tahap.

Proses memperantarai dan menyampaikan pesan agar dapat dipahami mencakup tiga arti yang terungkap di dalam tiga kata Kerja yang saling berkaitan satu  dengan yang lain :
§  Mengkatakan,
§  Menerangkan
§  Menerjemahkan (dalam arti membawa dari tepi satu ke tepi yang lain.

8.1. Interpretasi adalah mengkatakan
Interpretasi berfungsi menunjuk arti, mengkatakan, menuturkan, mengungkapkan, membiarkan tampak, membukakan sesuatu yang merupakan pesan realitas.

Metode yang digunakan adalah yang memungkinkan realitas memberita, mengkatakan dirinya, jauh dari segala distorsi dan disonansi.

Ukuran kebenaran interpretasi adalah manakala interpretasi bertumbuh, berasuh pada evidensi-evidensi objektif, pada hal-hal yang memang sesungguhnya dapat diidentifikasi merupakan kata realitas, terbukti dapat dikenali terdapat di dalam realitas itu sendiri.




Dengan demikian berpikir yang benar-benar berpikir dan semua serta setaip berpikir adalah interperatsi, bukanlah monolog, melainkan dialog. Dan dialog adalah proses, maka kejernihan pandangan yang dicapai, kebenaran yang diperoleh, pesan realitas yang terartikulasikan, memberitakan realitas tidak seketika fina, tidakseketika habis selesai, tetapi juga sesuatu proses. Maka interpretasi bercirikan senantiasa siap dikoreksi lagi dan lagi dikoreksi dan senantiasa merukuskan kembali segalanya yang memang harus dirumuskan kembali.

8,2. Interpretasi sebagai menerangkan.
Dimensi ”menerangkan” dari interpretasi adalah sesuatu dibuat terang. Kegiatan interpretasi dilaksanakan dengan memasukkan faktor luar, seperti misalnya menunjuk arti teks yang lebih tua, menunjuk peristiwa yang de facto meliputi, menggelimangi bukan sekedar melatarbelakangi teks.

Hal ini tidak berarti bahwa suatu teks senantiasa dijelaskan lewat data diluar teks. Data dari luar hanya relevan manakala dan sejauh pengaruh data tersebut dikenali sebagai terdapat dalam teks. Pengetahuan tentang data dapat membantu memahami teks secara lebih baik.

Dimensi interpretasi ini menunjukkan bahwa arti adalah masalah konteks. Karenanya, seluruh kegiatan ditujukan untuk menyediakan ruang pemahaman. Teks tidak begitu saja dpat dipahami, dibutuhkan siatuasi pemahaman agar dua cakrawala bertemu, yakni bilamana interpretator dapat melangkah masuk ke dalam lingkaran interpretasi dan cakrawala teks yang ada.






8.3. Interpretasi sebagai menerjemahkan
Di dalam bahasa Jerman dipakai istilah Ubersetzen yang berarti menyebrangi sungai dari tepi satu ke tepi yang lain dengan ferry. Tugas interpretasi sebagai ”memindahkan” arti seperti memindahkan arti teks kuno ke dalam kehidupan manusia modern sehingga yang terlihat bukan lagi comedia errorum atau macam-macam hal yang tidak cocok bagi telinga sezaman.  Dua cakrawala berhadapan.  Menerjemahkan bukan sekedar mengganti yang ada, tanpa menangkap inti isinya, pesan yang disampaikan. Sedangkan menangkap pesan adalah masalah memasuki cakrawala, fusi cakrawala.