Kata Inspisari Terindah

Orang Malas Tidak Akan Menangkap Buruannya, Tetapi Orang Rajin Akan Memperoleh Harta Yang Berharga (Amsal 12 : 27) By : Bona Sumbayak
ff

Tuesday 10 March 2015

Pergi beribadah tetapi bukan untuk beribadah



Nama                           : Bona Sogi Sumbayak
Tingkat/jurusan           : I-B/Theologia
Mata Kuliah                : English Theologi
Dosen                          :
 
Pergi Beribadah Tetapi Bukan Untuk Beribadah
I.                   Pendahuluan
Pada tulisan saya kali ini yang berjudul Beribadah tapi bukan untuk beribadah, judul yang unik bukan ? yah tepat sekali, judul ini saya ambil ketika saya memperhatikan proses peribadahan di beberapa gereja dan merenungkan apa yang saya lihat. Di dalam paper ini saya akan memaparkan apa itu ibadah, bagaimana beribadah, dan apa yang jadi konfliknya.
II.               Pembahasan
1.1.                       Pengertian Beribadah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan beribadah adalah menjalankan ibadah menunaikan segala kewajibannya yang diperintahkan oleh Allah. Namun apabila kita melihat dari bahasa asli kata ibadah yaitu dalam bahasa Ibrani mengunakan kata Abodah yang memberikan pengertian sikap membungkukan badan tanda hormat seorang hamba dihadapan tuannya.
1.2.                       Masalah yang di hadapi
Setiap hari minggu adalah hari dimana orang kristen melakuakan peribadahan kepada Tuhannya. Namun kenyataannya banyak ditemui jemaat pada saat beribadah dia tidak fokus, menggosip, main game, facebook, twiter, Bbm, sms dan lain sebagainya. Jadi melihat kenyataan itu saya bertanya tanya Apa tujuan kita beribadah? Kita datang ke gereja setiap Minggu, hadir di ibadah tengah minggu, belum lagi ibadah-ibadah khusus seperti ibadah khusus wanita interdenominasi, ibadah khusus pria, ibadah KKR pemulihan ekonomi, dan begitu banyak lagi ibadah, ditambah dengan berbagai jenis ibadah doa; doa puasa, doa semalaman mungkin, dan banyak lainnya.
Jangan terjebak dengan rutinitas, karena Tuhan yang kita sembah bukan Tuhan yang senang dengan ritual, bukan Tuhan yang butuh rutinitas agamawi atau liturgi, tapi Tuhan yang senang melihat pertumbuhan dalam setiap hidup anak-anaknya. Bukan ibadah “ini dan itu” yang Dia cari tapi pertumbuhan kerohanian, pertumbuhan iman, pertumbuhan pengetahuan akan Firman di dalam setiap ibadah kita, yang akan membawa kita hari demi hari semakin mengenal-Nya dan bertumbuh semakin serupa dengan-Nya.
Hari-hari ini ironi yang terbesar di dalam ibadah adalah melupakan esensi ibadah itu sendiri. Ibadah yang seharusnya merupakan persembahan hidup kita buat Tuhan, dirubah sedemikian rupa menjadi mencari keuntungan organisasi. Sadar atau tidak sadar, di banyak gereja besar jemaat digiring untuk hanya menjadi audiens, menjadi penonton yang setia hadir untuk menikmati pertunjukan rohani.
Banyak kali gereja karena tuntutan zaman terus berusaha membuat program demi program agar setiap hari di dalam gereja sebisa mungkin ada event atau acara agar gedung gereja yang sudah disewa atau dibangun dengan mahal bisa menjadi maksimal dalam penggunaannya. Ini seolah menjadi seperti jerat yang mengikat.
Gereja terobsesi membangun gedung-gedung besar nan megah sebagai bukti “perkenanan Tuhan” dengan biaya yang luar biasa besar, kemudian setelah mati-matian membangun gereja besar atau MEGA CHURCH, mereka terpaksa harus memaksimalkan gedung itu untuk berbagai kegiatan, karena berkorelasi dengan pemasukan. Itu harus, karena gedung besar butuh banyak biaya perawatan, dan event besar berhubungan dengan income gereja.
Kemudian gereja harus memutar otak bagaimana membuat event yang menarik yang mampu mendatangkan jemaat, dan mulailah konsep dunia dibawa masuk ke dalam gereja selama itu bisa mendatangkan jemaat dalam jumlah besar dan dianggap sukses memutar roda bisnis.
Ini fenomena riil yang ada di sekitar kekristenan kita saat ini. Tujuan persekutuan dan ibadah yang semula mulai menjadi bias. Karena jemaat hanya disuguhi kesaksian pengalaman, nyanyian yang merdu dari artis papan atas, tapi tak ada lagi yang peduli dengan pertumbuhan iman dan pengetahuan akan kebenarannya, malah menjadi lahan yang subur buat berkembangnya teologi kemakmuran yang menyesatkan. Tak ada lagi yang membimbing mereka kepada pengetahuan yang benar akan Kristus. Tak ada lagi yang memberitakan Injil yang murni, padahal Injil itu adalah “kekuatan Allah”.
Dimanakah posisi kita? Masihkah kita haus akan hiburan atau entertainment rohani? Terkadang malah dagelan rohani karena apa yang dikonsumsi jemaat itu hanyalah “junk food” yang akan menyebabkan sakit rohani. Hanya ibadah yang sejati yang akan membawa kita ke Langit Baru dan Bumi Baru, bukan kesaksian orang lain, bukan penampilan artis, bukan pengalaman mujizat atau pernah naik turun Surga atau Neraka.
1.3.                       Solusi
Ada banyak jalan menuju Roma, Ada banyak cara juga untuk melewati masalah. Namun disini saya hanya berfokus dengan cara Bagaimana jemaat agar, mengerti dengan apa itu ibdah dan ibadah yang sejati dan menanamkan di dalam benaknya. D mana Paulus menegaskan bahwa ibadah yang sejati adalah hidup yang dipersembahkan kepada Allah. Ketika orang kristen sampai kepada pemahaman ini bahwa ibadah menyangkut hidup yang dipersembahkan kepada Allah yang teraplikasi dalam sikap tunduk, hormat dan kasih kita kepada Tuhan, maka dimanapun dan kapanpun kita tetap dalam ibadah sebab dimanapun, kapanpun dan dalam siatuasi apapun hidup kita tetap milik Tuhan karena telah dipersembahkan kepada Tuhan. Oleh sebab itu orang kristen harus menjaga hidupnya terus untuk tetap mempermuliakan Tuhan dimanapun, kapanpun dan dalam situasi apapun, sehingga kita dapat menjadi garam dan terang bagi dunia dimana kita berada. Dan yang paling utama adalah orang kristen sadar akan ibdah yang sebenarnya dan mulai menghargai peribadhan itu dan tidak mempermainkan dan menjadikan ibadah hanya sebagai rutinitas saja.
III.            Kesimpulan
Ketika saudara ingin beribadah silahkan pikirkan apa tujuan utama saudara beribadah karena ketika tujuan anda benar maka hasil nya pun benar. Ketika tujuan anda beribadah salah maka akan sia sia di hadapan Allah.
IV.             Refleksi theologis
Roma 12:1 ’’Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati”. Paulus menekankan bahwa esensi ibadah tidak sempit, dimana Paulus menegaskan bahwa ibadah yang sejati adalah hidup yang dipersembahkan kepada Allah. Selanjutnya Paulus menekankan bahwa hidup yang dipersembahkan adalah hidup yang kudus itulah yang berkenan kepada Allah. Pertanyaan yang muncul adalah apakah orang kristen hanya mempersembahkan hidupnya kepada Allah sebagai tanda hormat, tunduk dan kasihnya hanya dibatasi dalam ruang kebaktian dan dalam ibadah-ibadah tertentu? setelah selesai kebaktian-kebaktian tersebut apakah orang kristen tidak lagi mempersembahkan hidup kepada Allah? Jawabannya tidak. Dimanapun, kapanpun dan dalam situasi apapun orang Kristen terus mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan. Sebab ketika kita telah mengalami kelahiran kembali maka secara simultan hidup kita sudah milik Tuhan maka Paulus berkata hidupku bukannya aku lagi tapi Kristus yang hidup didalamku. Selanjutnya Paulus memiliki sebuah statement bahwa Hidup adalah Kristus (Fil 1:21).

No comments:

Post a Comment