Kata Inspisari Terindah

Orang Malas Tidak Akan Menangkap Buruannya, Tetapi Orang Rajin Akan Memperoleh Harta Yang Berharga (Amsal 12 : 27) By : Bona Sumbayak
ff

Sunday 8 March 2015

Religio Licito



Gereja Mula-mula Dalam Konteks Religio Licito
I.                   Pendahuluan
Berakhirnya masa Illicito , segala jenis penyiksaan dan penganiayaan berakhir juga. Ini ditandai dengan lahirnya masa Religio Licito dimana gereja sudah diakui sebagai gereja dan agama romawi. Dan dibeberapa tempat dibangun beberapa gereja-gereja besar. Ada juga 4 tokoh yang mempunyai peran besar pada masa Religio Licito ini, semua akan dibahas pada sajian ini dan semoga sajian ini menjadi bahan pembelajaran bagi kita.

II.                Pembahasan
2.1.            Latar belakang Religio Licito
Selama 250 tahun umat kristen mendapatkan perlakuan yang buruk dan sangat kejam dari pihak negara hanya karena umat kristiani tidak bersedia memuja dan mendewakan kaisar.[1] Tahun 312 merupakan awal yang baik bagi umat kristen dimana ketika itu Konstantinus berhasil merebut tahta dengan menaklukkan lawannya yaitu maxentius dan memerintah Roma bagian barat. Suatu ketika konstantinus bermimpi bahwa dengan Tahta salib dia akan menang. Di dalam mimpinya itu dia melihat sebuah salib dan ada tertulis “menanglah dalam perantaraan tanda ini”. Pada tahun 313 pemerintah Kontantinus Agung ketika itu ia bermimpi, didalam mimpinya itu juga ia diperintahkan untuk membuat sebuah tanda pada perisai sebelum melangsungkan perang dan ia melakukannya, dengan perantaraan itulah Konstantinus memenangkan pertempuran terhadap lawan-lawannya.[2] Pada tahun 313 “Edik” ( keputusan ) telah dicantumkan oleh Konstantinus yang isinya adalah bahwa gereja akan mendapatkan penuh kebebasan dan semua yang berkaitan dengan gereja yang telah dirampas selama masa penghambatan harus dikembalikan, akan tetapi pada saat itu  juga Konstantinus sendiri belum menjadi Kristen.
2.2.            Gereja pada masa Religio Licito
Setelah dikeluarkannya “ Edik Milano” (putusan)  pada tahun 313, dimana ditetapkan bahwa Gereja di tetapkan, gereja mendapat kebebasan sepenuhnya, mulai saat itulah ada perdamaian antara gereja dengan Negara[3]. Dengan demikian Gereja tidak lagi menjadi sasaran serangan, melainkan mendapat perlakuan istimewa.[4] Gereja pada saat itu dijadikan sebagai “anak emas” negara karena segala yang dibutuhkan dan diingini gereja pada saat itu telah dipenuhi dan dibiayai oleh negara.  Memang pada saat itu umat kristiani bertambah jumlahnya akan tetapi banyak orang orang yang dipaksa  masuk menjadi pengikut  agama kristen sehingga mereka tidak murni mengikuti ajaran kristen dengan hati mereka sendiri melainkan karena dipaksa mengikuti ajaran kristen, jika tidak mereka yang bukan agama kristen akan dikejar-kejar dan dibunuh .Walaupun Konstantinus membiarkan agama agama kafir terus beredar namun ia yakin bahwa mereka akan ikut masuk menjadi agama kristen.
2.2.1. Keadaan Ekonomi
Keadaan Ekonomi Gereja bukan saja dibiarkan,bahkan diberi berbagai  hak dan keuntungan (umpamanya hak menerima warisan,sokongan uang untuk membangun gedung- gedung Gereja,undang undang mengenai penyucian hari Minggu).[5] Berkat dukungan Negara, gereja menjadi kaya raya dan jumlah orang Kristen menjadi melonjak .Tetapi, banyak orang yang tidak merasa senang dan mereka menjauhinya, dan pergi hidup menyendiri,setelah menjadi jelas bahwa pemerintah memihak kepada kaum Kristen,maka berbondong- bondonglah kaum kafir datang meminta bapisan..Berkat besarnya sumbangan dari kaisar-kaisar, gereja sempat mendirikan gedung-gedung yang serba mewah untuk menerima anggota-anggota yang baru itu,dan orang-orang Kristen bersyukur atas keadaan yang sudah berubah itu, jadi perekonomian pada saat itu sangat baik.[6]


2.2.2. Keadaan Sosial Budaya
               Peran kekaisaran Romawi dalam bidang sosial budaya akhirnya dipindah tangankan kepada para biara, dimana sebenarnya yang menjadi tugas mereka dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Tetapi pada kenyataanya para biara-biara mengambil alih yaitu dengan mempertahankan dengan menyimpan kebudayaan romawi. Kehidupan manusia pada masa kekaisaran romawi adalah mereka hidup di tempat-tempat yang sunyi secara perseorangan atau bersama-sama dalam kelompok, sambil berpuasa bermeditasi dan berdoa. Tetapi kelompok-kelompok tersebut mulai hidup turut dengan peraturan yang ada pada abad ke-4.
2.2.3. Keadaan Politik
Sejak abad pertengahan abad ke-5, kuasa kekaisaran romawi di Eropa Barat hilang sehingga situasi politik menjadi tidak stabil. Saat itu Gereja tidak hanya sebagai lembaga rohani tetapi menjadi kuasa politik.[7] Pada masa peralihan, Gereja meletakkan dasar kuasanya yang semakin hari semakin kuat dan  kokoh. Uskup Roma mulai berkuasa atas segaka uskup serta dengan daerahnya.terutama di barat.akibat perpindahan pusat pemerintahan, kota Roma tidak lagi berkuasa  secara politik dan Uskup Romawi menggantikan kaisar sebagai tokoh yang tertinggi.Keadaan ini memberikan kesempatan pada uskup untuk memperkuat kedudukannya dan sejak abad ke-5 mereka digelari paus dan kira kira pada tahun 450,Leo I menjadi paus pertama.


2.3.            Gereja Negara
Dunia Dimasehikan. Maksud Contantinus ialah supaya Gereja dan Negara diperhubungkan dengan erat-erat.Sebab itu ia berusaha membasmi semua Gereja sekta di luar gereja katolik,seperti sekta Marcion , Montanus, novatianus,dan lain-lain.tetapi Agama kafir di biarkannya dulu,sebab ia yakin bahwa agama itu akan lenyap dengan sendirinya oleh pengaruh agama Kristen.lain sekali tindakan ketiga anaknya yang menggantikan dia.dan merka menyuruh tutup segala rumah berhala smbil melarang orang menyembah dewa-dewa. Akan tetapi agama kafir belum mati sama sekali. Kaisar Julianus yang murtad(361-363) mau mengembangkan pula ajaran kafir dari plato (Neo-platonisme).karena ia telah mempelajari kesusasteraan filsapat,maka ia membuang iman Kristen.ia ingin memperbaiki kebudayaan dan agama kafir.Akan tetapi segala usaha Julianus untuk membentuk Suatu  Gereja Kafir yang dapat menggantikan Gereja Kristen sama sekali tidak berhasil.Ia tewas dalam perang melawan orang Persia,dan ucapan terakhirnya adalah:”engkaulah yang menang,hai orang galilea”.[8]
Theodosius Agung seorang yang berkuasa untuk mempersatukan kekaisaran romawi yang terpecah-pecah setelah pemerintahan kaisar konstantinus. Ia berusaha mengembalikan kejayaan Gereja katolik yang terancam oleh bermacam–macam bidat dan skisma.dia juga melarang semua ibadah orang kafir didalam wilayah kekaisarannya, serta menjadikan agama Kristen sebagai agama kekaisaran Romawi pada tahun 380.
Keputusan Theodosius untuk menjadikan agama Kristen sebagai agama Kekaisaran Romawi haruslah dilihat sebagai keputusan politis. Keputusan politis ini membawa dampak yang sangat besar bagi gereja dan kekristenan baik yang bersifat positif maupun negatif. Para pejabat gerejawi mendapat kehormatan yang luar biasa mereka diberi hak- hak yang istimewa serta diberi kekuasaan duniawi.Gedung-Gereja yang megah dibangun atas biaya kekaisaran. Ibadah menjadi sangat meriah. Disamping hal- hal yang positif di atas terdapat juga dampak negatif, yaitu mutu kekristenan merosot sama sekali. Orang menjadi Kristen bukan lagi di dasarkan pada pertobatan pribadi atau keputusan yang dewasa yang bertanggung jawab.[9]
Perkembangan di gereja membawa dampak positif dan negatif. Gereja sebagai lembaga rohani juga menjadi kuasa politik, khususnya di kota- kota besar. Uskup bukan tidak hanya sebagai tokoh rohani tetapi juga diberi peran politik. Hal itu menyebabkan mereka memakai cara politik untuk menyelesaikan persoalan dalam gereja. Dan anggota gereja semakin bertambah besar.[10]
Berkat besarnya sumbangan dari kaisar, gereja sempat mendirikan gedung – gedung yang serba mewah untuk menerima anggota yang baru. Akan tetapi ada yang menyayangkan hilangnya semangat yang dulu terdapat dalam gereja. Dulu untuk menjadi Kristen orang – orang rela mati dan terhina. Namun sekarang, mereka hanya datang untuk mencari hormat dan pangkat. Orang – orang yang berpikir demikian menarik diri dari orang Kristen. Mereka menjalani Askese berpuasa, berjaga , menjauhi wanita, mengadakan perenungan yang lama. Dari mereka inilah nantinya akan muncul para biarawan dan biawati. [11]
Faktor – faktor  yang menyebabkan gereja semakin berkembang di seluruh kekaisaran Romawi:
1. Merosotnya keyahudian baik sebagai agama maupun ideologi terutama sejak kekaisran romawi menghabisi riwayat negeri Yudea dan mencerai beraiakan orang Yahudi sejak gagalnya pemberongtakan Simon bar Kochba.
2. Merosotnya kekuatan dan daya tarik agama Romawi baik yang berpusat pada penyembahan  kepada dewa- dewi maupun kaisar.
3. Keberhasilan gereja mengungkapkan dirinya dengan budaya , bahasa dan pola piker masyarakat Yunani-Romawi, tanpa menghilangkian inti Iman Kristiani.
4. kurang efektif dan kurang padunya penanaman kekuasaan kaisar di seluruh wilayah kekaisaran sehingga banyak kawasan tertentu yang kekuasaan atayu pemerintah lokalnya cukup kuat dan otonom, sehingga ketiuka gereja atau kekristenen diterima disitu, kekuasaan pemerintah pusat tida cukup efektif untu7k mencegah atauy menghambatnya.[12]

2.4              Oganisasi Gereja
Gereja harus menjadi pembantu Negara ,jadi sangat diperlukan adanya  pemimpin yang dapat mengatur dengan baik. Pada waktu itu kuasa uskup sama besarnya dengan kaisar, tetapi kaisar menjadi kepala Gereja. Dialah hakim dan pengatur undang-undang yang tertinggi. Kaisar menjadi ketua  dan ia menjaga supaya segala keputusan dilaksanakan,Sinode–sinode daerahpun dimasa dulu merupakan suatu majelis yang terdiri dari wakil- wakil jemaat, berubah menjadi badan-badan pengurus dan pelaksana saja. Dengan demikian Gereja Negara disusun selaku badan hukum yang berpusatkan istana kaisar.Bagian Barat Uskup Roma memperkokoh kuasanya di bagian Timur Uskup besar atau “patriarch” dari kota-kota besar tampil ke muka selaku pemimpin gereja.Karena pada tahun 424 Gereja di Timur berpisah dari Gereja dikerajaan Romawi dengan menyatakan kemerdekaan penuh. Keputusan itu dapat dimengerti, dengan mengingat keloyalan orang kristen yang berada di Persia telah bercabang yaitu mereka cenderung memihak pada kaisar Romawi, Karena ia kristen, tetapi di pihak lain mereka mendapat tekanan dari masyarakat Persia [13]. Pada awal abad ke-6 di Eropa  Barat Biara-biara berkumpul menjadi satu “ordo”, dimana setiap biara mendapat dan mengikuti peraturan yang sama. Demikianlah ordo tersebut menjadi suatu struktur organisasi gereja,  mereka tidak berfungsi sebagai lembaga iman saja tetapi ikut menjadi pusat pendidikan,ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.[14] Biara adalah Gedung atau tempat tinggal para biarawan, disana para biarawan makan, bekerja dan melakukan segala sesuatu secara bersama-sama.[15]

2.5              Pertumbuhan dan Perkembangan Gereja pada Masa Riligio Licito
Pada masa Riligio Licito, gereja sudah diresmikan menjadi gereja Negara, dengan dikeluarkannya edikt oleh Konstantinus Agung, yang memerintahkan supaya hari minggu umum dirayakan, dimana semua hakim penduduk kota dan tukang-tukang harus beristirahat pada hari minggu yang harus dihormati itu. Tetapi para petani boleh menggarap lahan pertaniannya, sebab pada hari itu biasanya saat yang paling tepat untuk menaburkan benih gandum atau menanam pokok anggur. Lalu disusul oleh Surat kaisar Konstantius kepada Uskup Karthago yang isinya mengenai pemberian sumbangan oleh kekaisaran kepada Uskup untuk menutup biaya mereka dan untuk dibagi-bagikan.[16] Dengan dikeluarkannya edikt Milano tentang diakuinya Agama Kristen di Negara Romawi, serta warga Romawi diberi kebebasan untuk memeluk agama Kristen oleh Konstatinus Agung, gereja dapat berkembang dan menikmati hak yang sama dengan agama-agama lain di negra Romawi. Seiring berjalannya waktu, gereja mulai mendapat perlakuan yang istimewa, ditandai dengan perolehan hak-hak untuk pembangunan gedung-gedung yang dirusak pada waktu penghambatan dengan menggunakan uang Negara. Dengan demikian, agama Kristen mendapat posisi istimewa. Pada tahun 380, Theodosius Agung mengeluarkan edikt yang menyatakan bahwa semua warga Romawi diwajibkan menjadi anggota gereja Katolik(=am) dan Ortodoks(=benar). Keadaan ini membawa membawa dampak positif dan negatif. Dimana dalam hal positif, geraja bertumbuh karena diberi kebebasan yang terarah, dan hal negatif yaitu adanya kesempatan Negara dalam hal pengelolaan Gerejani.[17] Dimana orang menjadi Kristen bukan karena pertobatan pribadi, namun karena pertobatan pribadi, namun karena peraturan pemerintahan.[18] Kemudian banyak terdapat perubahan-perubahan yang terjadi di dalam ibadah gereja, seperti kebaktian dan upacara yang makin indah dan megah, jubah pejabat yang berwarna-warni, lilin, kemenyan, gedung, gereja yang besar dan elok, bermacam-macam arakan dan sebagainya. Pada abad ke-4 itu orang Kristen mulai menghormati orang-orang kudus, segala hari raya dewa-dewa diganti dengan hari raya Gereja untuk memuja orang kudus.


III.             Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan kami diatas, kami menyimpulkan bahwa gereja mula-mula dalam konteks Religio Licito, keberadaan Kristen dan gereja telah diakui oleh Negara, sementara sebelumnya gereja mendapat tekanan dan hambatan dari pemerintah kekaisaran romawi. Konstantinus mengeluarkan edikt Milano pada tahun 313. Kemerdekaan Kristen dan gereja dimasa ini didukung oleh kaisar Theodosius agung yang nantinya akan mengeluarkan edikt yang menyatakan bahwa Kristen dijadikan sebagai agama Negara. Oleh sebab itu seluruh rakyat diwajibkan mengikrarkan agama katolik ( 380 ). Disini terlihat bahwa Negara sangat menganakemaskan agama Kristen, sehingga perkembangan agama Kristen dan gerejapun semakin pesat, namun gereja sendiri dalam hal ini memperoleh dampak positif dan negatif. Gereja mengalami peningkatan kuantitas dan penurunan kualitas. Orang Kristen pada masa ini berbeda dengan orang Kristen pada masa Religio Illicito sebab orang Kristen pada masa itu menjadi Kristen karena imannya, tetapi pada masa ini banyak orang menjadi Kristen bukan karena iman dan kepercayaannya melainkan karena harta dan jabatan.

IV.             Daftar Pustaka
Berkhof H & I.H. Enklaar,Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung mulia,2013
Curtis .A. Kenneth,dkk,100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Gereja,Jakarta: BPK Gunung Mulia,2007 
C. DE.jonge, Pembimbing Kedalam Sejarah Gereja,Jakarta BPK-GM, 2011
End Van Den ,Harta Dalam Bejana, Jakarta:Gunung Mulia,2010
Heuken,Ensiklopedi Gereja Jilid A-G, Jakarta:Cipta Loka Caraka,1991
Ira C, Semakin Dibabat Semakin Merambat, Jakarta:BPK-GM, 2009
Jan S Aritonang, Belajar Memahami Sejarah di Tengah Realitas, Bandung: Jurnal Info Media, 2007
Lane, Tony, Runtut Pijar, Sejarah pemikiran kristiani, Jakarta: BPK-GM 2007
Wellem, F.D, Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2011
Wellem F.D,Riwayat Hidup Singkat Tokoh-To­koh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2011



[1] A. Heuken,Ensiklopedi Gereja Jilid A-G, (Jakarta: Cipta Loka Caraka, 1991),352
[2] A. Kenneth Curtis, dkk, 100 peristiwa penting dalam sejarah gereja, (Jakarta : BPK-GM,2011), 18

[3] H.Berkhof & I.H. Enklaar,Sejarah Gereja, (Jakarta:Gunung mulia,2013),48-49
[4] A. Kenneth Curtis,dkk,100 Peristiwa Penting dalam sejara
[5] H.Berkhof & I.H.Enklaar,Sejarah Gereja,(Jakarta:Gunung Mulia,2013),49
[6] Van Den End,Harta Dalam Bejana, (Jakarta:Gunung Mulia,2010),52-53
[7] C.De Jonge,Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja, (Jakarta : Gunung Mulia),58
[8] H.Berkhof & I.H. enklaar,Sejarah Gereja, (Jakarta:Gunung Mulia,2013),49-50
[9] Dr. F.D Wellem, Mth. Riwayat Hidup Singkat Tokoh- Tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2011) 180 -182
[10] DR. C. DE.jonge, Pembimbing ke Dalam Sejarah Gereja 58- 59
[11] Van Den End, Harta dalam Bejana 52-53
[12] Jan S Aritonang, Belajar Memahami Sejarah di Tengah Realitas, (Bandung: jurnal Info Media, 2007), 86-87
[13] Ira C, Semakin Dibabat Semakin Merambat,(Jakarta:BPK-GM, 2009),94
[14] C.de Jonge, Pembimbing kedalam Sejarah Gereja,59
[15] F.D.Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 46
[16] Th. Van den End, Harta Dalam Bejana- Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK- GM, 2010), 57
[17] C. De Jonge, Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja, 57-58
[18] F.D Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja,182

No comments:

Post a Comment