Kata Inspisari Terindah

Orang Malas Tidak Akan Menangkap Buruannya, Tetapi Orang Rajin Akan Memperoleh Harta Yang Berharga (Amsal 12 : 27) By : Bona Sumbayak
ff

Monday 23 February 2015

Psikologi Analisis



Psikologi Analisis
I.     Pendahuluan
Pada abad 19 psikologi muncul sebagai disiplin ilmu yang dipelajari. Pada awalnya ilmu ini belum dipelajari karena psikologi ini masih tergabung dalam filsafat. Terpisahnya psikologi dari filsafat dapat diidentifikasikan dengan adanya aliran pertama dalam psikologi yang strukturalisme, yaitu tentang keadaan mental. Sehingga psikologi terus berkembang dengan munculnya aliran-aliran modern dalam psikologi, salah satunya ialah psikologi analisis. Pada kesempatan ini para penyaji akan membahas tentang psikoanalisis tersebut. Semoga dengan sajian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita.

II.  Pembahasan
2.1     Pengertian Psikologi
Istilah psikologi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Psychology” yang sekarang ini telah menjadi kata Indonesia dan merupakan istilah yang menunjukkan kepada suatu disiplin ilmu tertentu yang sebelumnya dikenal dengan istilah Ilmu Jiwa. Baik istilah “Ilmu Jiwa” maupun “Psikologi” secara etimologis berasal dari sumber yang sama, yaitu dari kata Yunani.[1] Psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan kata “logos” yang berarti ilmu. Dengan gabungan kedua kata itu, psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari jiwa. Tetapi mengartikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari jiwa sebenarnya kurang tepat, karena dalam kaitannya psikologi tidak mengkaji jiwa sebagai objeknya karena jiwa merupakan sesuatu yang tidak dapat diamati secara konkrit. Jiwa hanyalah merupakan salah satu aspek saja dari kehidupan individu secara keseluruhan. Psikologi mempelajari perilaku sebagai manifestasi jiwa.[2] Jiwa itu tidak menampak, maka yang dapat dilihat atau diobservasi ialah perilaku atau aktivitas-aktivitas yang merupakan manifestasi atau penjelmaan kehidupan jiwa itu. Karena itu psikologi merupakan suatu ilmu yang meneliti serta mempelajari tentang perilaku atau aktivitas-aktivitas, dan perilaku atau aktivitas-aktivitas itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan. Perilaku atau aktivitas-aktivitas di sini adalah dalam pengertian yang luas, yaitu meliputi perilaku yang menampak (overt behavior) dan juga perilaku yang tidak menampak (innert behavior) atau kalau yang dikemukakan oleh Woodworth dan Marquis ialah baik aktivitas motorik, aktivitas kognitif, maupun aktivitas emosional.[3]

2.2     Pengertian Psikologi Analisis
Istilah ini diciptakan oleh Freud sendiri dan muncul untuk pertama kalinya pada tahun 1896. Secara umum boleh dikatakan bahwa psikoanalisis merupakan suatu pandangan baru tentang manusia, di mana ketidaksadaran memainkan peranan sentral. Pandangan ini mempunyai relevansi praktis, karena dapat digunakan dalam mengobati pasien-pasien yang mengalami gangguan psikis. Freud tidak mulai dengan menyusun suatu ajaran. Teori psikoanalisis lahir dari praktek dan tidak sebaliknya. Psikoanalisis ditemukan dalam usaha untuk menyembuhkan pasien-pasien histeria. Baru kemudian Freud menarik kesimpulan-kesimpulan teoritis dari penemuannya di bidang praktis.[4]
Freud sendiri beberapa kali menjelaskan arti istilah psikoanalisis, tetapi cara menjelaskannya tidak selalu sama. Salah satu cara yang terkenal berasal dari tahun 1923 dan terdapat dalam suatu artikel yang dia tulis bagi sebuah kamus ilmiah Jerman. Di situ ia membedakan tiga arti. Pertama istilah “psikoanalisis” dipakai untuk menunjukkan suatu metode penelitian terhadap proses-proses psikis (seperti misalnya mimpi) yang sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah. Kedua, istilah ini menunjukkan juga suatu teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis yang dialami pasien neurosis.[5] Ketiga, istilah yang sama dipakai juga dalam arti lebih luas lagi, untuk menunjukkan sebuah pengetahuan psikologis yang diperoleh melaui metode dan teknik tersebut di atas. Dalam arti terakhir ini kata “psikoanalisis” mengacu pada suatu ilmu yang di mata Freud betul-betul baru. Boleh dicatat lagi bahwa istilah psikoanalisis mula-mula hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga “psikoanalisis” dan “psikoanalisis Freud” sama artinya.[6]
Nilai terbesar dari psikoanalisis ialah penemuan macam-macam gejala dalam ketidaksadaran, kaitan pendesakan dorongan-dorongan dengan neurosa, pentingnya kehidupan affekt/ emosi dan kemauan, serta psikologi tentang mimpi. Psikoanalisis itu merupakan aliran modern, yaitu: psikologi totalitas, yang menitik beratkan kesatuan kehidupan psikis, yaitu kehidupan kesadaran dan ketidaksadaran saling pengaruh-mempengaruhi. Psikoanalisa disebut pula sebagai “psikologi verstehen” (pemahaman), karena adanya pemahaman mengenai kehidupan psikis yang disadari dalam kaitannya yang lebih tinggi dengan “kehidupan psikis yang tidak disadari”. Jika pada psikologi lama refleks dan perangsang yang menjadi unsur/ elemen terkecil, maka Freud menyebutkan dorongan sebagai elemen terpenting. Selanjutnya, orientasi psikoanalisis adalah evolusionistis-naturalistis, karena menganggap manusia sebagai makhluk dorongan, yaitu dorongan das Es sebagai unsur asal, dan das Ich dan Uber-Ich yang muncul secara evolusionistis dari unsur das Es.[7]

2.3     Latar Belakang dan Tokoh Lahirnya Psikologi Analisis
2.3.1          Sigmund Freud (1856-1939)
a.    Riwayat Hidup Sigmund Freud
Ketika aliran-aliran penting dalam psikologi sedang berkembang dengan pesatnya mengadakan penelitian-penelitian psikologis secara eksperimental (Strukturalisme dan Fungsionalisme) di saat itu pula muncul pandangan psikologi yang dikembangkan melalui dasar-dasar tinjauan klinis-psikiatris oleh aliran Psikoanalisa yang dipelopori oleh Sigmund Freud, seorang Psikiater Austria.[8] Sigmund Freud lahir dalam sebuah keluarga Yahudi pada tanggal 6 Mei tahun 1856 di Freiburg, Moravia, dan meninggal dunia di London, Inggris. Ia adalah anak tertua dari tujuh bersaudara, di antaranya tiga pria dan empat wanita. Ayahnya Jacob Freud, adalah pedagang wol dan ibunya bernama Amelie Nathanson yang adalah istri ketiga dari Jacob. Ketika ia berumur empat tahun, keluarganya pindah  ke Wina tempat Freud hidup dan bekerja sampai tahun 1938. Meskipun ia selalu mengeluh tentang gerahnya kehidupan di Wina, Freud tidak hanya tinggal di sana hampir seluruh masa hidupnya, tetapi ia degan seluruh keluarganya hidup di alamat yang sama hampir selama lima puluh tahun. Freud adalah seorang murid yang cemerlang, setiap tahun selalu nomor satu di antara teman-temannya di Gymnasium, dan lulus dengan pujian pada tahun 1873.[9] Ia masuk sekolah kedokteran di Universitas Wina. Di sini Freud menaruh perhatian pada bidang biologi, ilmu hewan dan ilmu faal, sehingga tahun 1876 ia sudah membuat penelitian di laboratorium ilmu faal dan kemudian ia diberi tugas sebagai demonstrator (asisten) oleh Ernst Bruke. Pada tahun 1881 ia mendapatkan gelar dokternya di Universitas Wina, dan terus bekerja di situ selama 15 tahun. Pada tahun 1885 memenangkan beasiswa untuk melanjutkan studi di Paris. Di sana ia belajar di bawah pengawasan Jean Martin Charcot di Salpetriere.[10] Pada tahun 1886 ketika berumur tiga puluh tahun, tepatnya pada tanggal 13 September 1886, ia menikah dengan Martha Bernays yang memberinya tiga putra dan tiga putri. Salah satu putrinya yang terkenal sebagai psikoanalisis anak adalah Anna Freud. Dan karena alasan ekonomis ia mengurangi penelitian ilmiah, serta membuka praktek sebagai dokter saraf.[11]
b.   Karya-Karya Sigmund Freud
Sigmund Freud sebagai bapak pasikoanalisis mempunyai  banyak karya. Pada tahun 1895 Freud dan Breuer mempublikasikan “Studies on Hysteria” (Studi-studi tentang Histeria). Buku ini melaporkan tentang permulaan penemuan Freud, sebab ia menemukan psikoanalisis waktu mengobati pasien-pasien histeria dengan metode Breuer. Berdasarkan metode katarsis itu, telah terbukt adanya kaitan antara ingatan-ingatan yang dilupakan dengan gejala-gejala histeria, sebab arti gejala-gejala itu dapat dinyatakan setelah pasien dimasukkan ke dalam keadaan hipnotis.[12] Tidak hanya sebatas karya itu saja, dalam perjalanan kerjanya mendapatkan bahwa impian dari pasiennya dapat memberikan sumber mengenai emotional material yang bermakna. Freud kemudian mempublikasikan bukunya “The Interpretation of Dreams” pada tahun 1900 yang dianggap sebagai kerja besar dari Freud. Selama kehidupan Freud buku tersebut telah ke luar delapan edisi.
Selanjutnya, pada tahun 1901 Freud mempublikasikan bukunya “The Psychopathology of Everyday Life”, yang berisi deskripsi yang sekarang dikenal dengan Freudian slip. Menurut Freud dalam kehidupan sehari-hari baik orang yang normal maupun orang yang neurotik keadaan tidak sadar (unconcious ideas) bergelut untuk mengekspresikan dan dapat memodifikasi pemikiran ataupun perilaku, yang terlihat pada slips of the tongue. Buku lain dari Freud adalah “Three Essays on the Theory of Sexuality” yang diterbitkan pada tahun 1905.[13] Begitu banyak penilaian terhadap freud, akan tetapi pemikirannya tidak dapat dilupakan. Banyak karya-karyanya yang masih dibaca banyak orang. Terlihat bahwa banyak edisi murah, seperti paperback dan pocketbook, tersedia di pasaran buku di Eropadan Amerika; di samping tentu edisi-edisilebih mahal yang menyajikan karya-karya klengkap Sigmund Freud. Sangat banyak karya-karya dari seorang tokoh psikoanalisis Sigmund Freud dan masih dibaca banyak orang. Secara pendidikan Freud adalah dokter, tetapi ketertarikannya pada bidang filsafat sudah dimiliki sejak remaja.[14]
c.    Pandangan Sigmund Freud
Pada permulaan Freud berpendapat bahwa kehidupan psikis mengandung dua bagian, yaitu kesadaran (the conscious) dan ketidaksadaran (the unconcious). Bagian kesadaran bagaikan permukaan gunung es yang nampak, merupakan bagian kecil dari kepribadian, sedangkan bagian ketidaksadaran (yang ada di bawah permukaan air) mengandung insting-insting yang mendorong semua perilaku manusia. Bagi Freud pengaruh-pengaruh ketidaksadaran ini memainkan peranan yang besar sekali. Bagian terbesar dari kehidupan psikis itu tidak disadari dan hanya bagian kecil saja yang muncul dalam kesadaran.[15]   
Melalui analisa terhadap jiwa, yaitu via psikoanalisa, Freud berusaha menembus kedalaman dari ketidaksadaran, lalu mengenali macam-macam dorongan dan isi-isi lainnya dalam ketidaksadaran. Dalam ketidaksadaran itu beroperasilah dorongan-dorongan dan tenaga asal, semuanya merupakan penampilan dari libido-seksualis atau dorongan kelamin. Freud berkeyakinan behwa kehidupan seks itu tidak muncul pada usia puber (seperti yang dinyatakan oleh psikologi lama), akan tetapi sudah muncul sejak usia kanak-kanak yang masih muda sekali, yang disebutnya sebagai seksualitas infantil.[16] Misalnya, bayi yang menyusu adalah salah satu penampilan dorongan seksual.[17]
Freud membedakan tiga sistem dalam hidup psikis, yaitu Id, Ego, dan Superego.[18] Dalam peristilahan psikoanalisis, tiga faktor ini juga dikenal sebagai tiga “instansi” yang menandai hidup psikis.

2.3.2             Ruang Lingkup
Freud percaya bahwa kepribadian terdiri dari tiga subsistem utama yang berinteraksi guna mengatur prilaku manusia yaitu :
a)   Id
Istilah Id diambil Freud dari Georg Groddeck (1922), seorang dokter yang tertarik pada psikoanalisis. Dilihat dari perkembangannya, Id adalah bagian tertua dari kepribadian. Id adalah bagian kepribadian yang sangat primitif yang sudah beroperasi sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar, maka ia mengandung semua dorongan bawaan yang tidak dipelajari yang di dalam psikoanalisis disebut insting-insting.[19] Id berkaitan dengan pengertian ketidaksadaran dan kekuatan yang berkaitan dengan Id mencakup insting seksual dan insting agresif. Id membutuhkan satisfaction dengan segera tanpa memperhatikan lingkungan realitas secara objektif, yang oleh Freud disebutnya sebagai prinsip kenimatan (pleasure principle).[20]
b)   Ego
Ego sadar akan realitas. Oleh Freud ego disebutnya sebagai prinsip realita (reality principle). Ego menyesuaikan diri dengan realita. Freud mengibaratkan hubungan ego-id sebagai penunggang kuda. Penunggang akan memperhatikan tentang keadaan realitas, sedangkan kudanya mau kemana-mana.
c)    Superego
Struktur kepribadian yang ketiga yaitu Superego berkembang pada permulaan masa anak sewaktu peraturan-peraturan diberikan oleh orang tua, dengan menggunakan hadiah dan hukuman. Perilaku yang salah (yang memperoleh hukuman) menjadi bagian dari conscience anak, yang menrupakan bagian dari superego. Perbuatan anak semula dikontrol oleh orangtuanya, tetapi apabila superego telah terbentuk, maka kontrol dari dirinya sendiri. Superego merupakan prinsip moral.

2.4     Tujuan Psikoanalisis
Sigmun Freud mengemukakan tujuan dari psikoanalisis ini adalah membawa kita ketingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikira-pikiran yang di repres atau di tekan, yang diasumsikan sebagai sumber prilaku yang tidak normal dari pasiennya.[21]
Psikologi analisis bertujuan untuk mengenali kepribadian seseorang dan permasalahannya dengan cara mendengarkan tanpa menilai atau memberi kritik. Dan memperlihatkan sikap ingin mengetahui lebih banyak tentang seseorang tersebut. Dalam psikologi analisis masalah transferens. Transferens adalah suatu bentuk ingatan dari kejadian-kejadian yang telah dialami dan yang diulang kembali dalam keadaan sekarang atau yang akan datang.[22]

2.5     Refleksi Theologi
Setiap umat manusia sesekali mengalami memori emosional intens bahwa mereka menghidupkan kembali pengalaman  masa lalu. Ini adlah seperti sebuah “kilas balik”. Sperti memori stress, begitu nyata terasa terjadi lagi, disebut suatu abreaksi, tetapi disini Allah hadir di dalam injilnya membawa kabar baik tentang penyertaanNay didalam hidup setiap umat manusia yang terdapat dalam Matius 11:28 “ Marilah kepadaKu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”. Inilah yang bisa menjadi pegangan bagi kita umat kristen untuk mengobati maslah dengan psikologi analisa. Bisa dikatakan inilah yang bisa menjadi psikoterapi[23] iman bagi kita pengikut Dia.
III.        Kesimpulan
Dari pemaparan diatas kami para penyaji menyimpulkan bahwa psikologi analisa adalah bagian dari ilmu yang mempelajari tentang jiwa dan kepribadian manusia. Psikologi analisa ini lebih mendorong terhadap perkembang kepribadian seseorang melalui tingkat kesadaran dan tingkat ketidaksadaran. Contoh masalah yang dikaji oleh psikologi analisa seperti depresi, kecemasan, fobia, stress, dan seksualitas yang tidak terpenuhi. Dibutuhkanya psikologi analisa ini ialah untuk mendapatkan cara pengobatan terhadap masalah tersebut yaitu dengan metode psikoterapi.
IV.        Daftar Pustaka
Bertens, K., Panorama Filsafat Modern, Jakarta: TERAJU, 2005
Bertens,Kees, Psikoanalisis Sigmund Freud, Jakarta: Gramedia, 2006
Kartono, Kartini,  Psikologi Umum, Jakarta: Yayasan Penerbit KOSGORO, 1980
Lechte, John, 50 Filsuf Kontemporere: dari Strukturalisme Sampai Postmodernitas, Yogyakarta: KANISIUS, 2001
Muis,Saludin, Kenali Kepribadian Anda dan Permaslahannya dari Sudut Panadang Teori Psikoanalisa, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009
Naisaban, Ladidlaus, Para Psikolog Termuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, dan Karya, Jakarta: Grasindo, 2004
Palmquist, Stephen, Fondasi Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005
Sabri, Alisuf, Pengantar Psikologi Umum Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993
Semiun,Yustinus, Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud, Yogyakarta: KANISIUS
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I: Ilmu Pendidikan Teoretis, Bandung: IMTIMA, 2007
Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: ANDI, 2004





[1] Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), 1
[2] Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I: Ilmu Pendidikan Teoretis (Bandung: IMTIMA, 2007), 125 
[3] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: ANDI, 2004), 10
[4]Kees Bertens, Psikoanalisis Sigmund Freud, (Jakarta: Gramedia, 2006), 1

[5] Neurosis, sering disebut juga psikoneurosis, adalah istilah umum yang merujuk pada ketidakseimbangan mental yang menyebabkan stress, tapi tidak sepertipsikosis atau kelainan kepribadian, neurosis tidak memengaruhi pemikiran rasional. Konsep neurosis berhubungan dengan bidang psikoanalisis, suatu aliran pemikiran dalam psikologi atau psikiatri.
[6] Ibid, 2
[7] Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Jakarta: Yayasan Penerbit KOSGORO, 1980), 127-128
[8] Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum Perkembangan, 30
[9] Ladidlaus Naisaban, Para Psikolog Termuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, dan Karya, (Jakarta: Grasindo, 2004), 141
John Lechte, 50 Filsuf Kontemporere: dari Strukturalisme Sampai Postmodernitas, (Yogyakarta: KANISIUS, 2001), 44-45
[11] Ladidlaus Naisaban, Para Psikolog Termuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, dan Karya, 142
[12] Kees Bertens, Psikoanalisis Sigmund Freud, 11
[13] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, 76-77
[14] K. Bertens, Panorama Filsafat Modern, (Jakarta: TERAJU,2005), 118
[15] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, 77
[16] Secara kualitatif seksualitas infantil sangat berbeda dari seksualitas dewasa, dan penyertaan perasaan yang diasosiasikan dengan seksualitas infantil sama sekali tidak dapat dianalogikan dengan penyertaan perasaan dan impulse seksual seperti halnya pada kehidupan seksual orang dewasa, walaupun kemudian Freud pun menekankan bahwa perasaan seksual pada masa anak-anak memang ada, namun maknanya sangat berbeda dari makna seksualitas pada orang dewasa. 
[17] Kartini Kartono, Psikologi Umum, 124
[18] Dalam bahasa Jerman, yang dipakai Freud adalah Es, Ich, dan Ueberich. Dalam bahasa Inggris sudah menjadi kebiasaan menggunakan kata-kata Latin, yaitu Id, Ego, dan Superego.
[19]Yustinus Semiun, Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud, (Yogyakarta: KANISIUS), 61
[20] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, 77
[21] Stephen Palmquist, Fondasi Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 87
[22] Saludin Muis, Kenali Kepribadian Anda dan Permaslahannya dari Sudut Panadang Teori Psikoanalisa, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 2
[23] Sebuah taktik yang dilakukan oleh Dokter untuk menangani suatu penyakit mental yang bercirikan emosi yang mendalam hingga mengganggu norma raga.

2 comments: