Kata Inspisari Terindah

Orang Malas Tidak Akan Menangkap Buruannya, Tetapi Orang Rajin Akan Memperoleh Harta Yang Berharga (Amsal 12 : 27) By : Bona Sumbayak
ff

Monday 23 February 2015

Penafsiran terhadap 1 Samuel 5: 6-12 Metode Penafsiran Ilmu-ilmu murni (Sosial, Ekonomi, Budaya, Politik, dan Agama)



Penafsiran terhadap 1 Samuel 5: 6-12
Metode Penafsiran Ilmu-ilmu murni (Sosial, Ekonomi, Budaya, Politik, dan Agama)
I.                   Pendahuluan
Alkitab merupakan Firman Allah yang dinyatakan bagi umat-Nya untuk mengajar dan menjadi pedoman bagi kehidupan yang dijalani. Dan bagi kita sebagai penafsir Alkitab, kita harus mengetahui segala situasi yang ada dan yang terjadi pada saat Alkitab itu dituliskan. Untuk menafsirkanya, diperlukan berbagai macam metode untuk dapat memahaminya, yang salah satunya adalah metode penafsiran ilmu-ilmu murni. Dan kami penyaji akan memaparkan pokok bahasan kali ini dengan metode ini.
II.                Pembahasan
2.1.Pengertian Metode Ilmu-ilmu Murni
Metode ilmu murni merupakan tulisan Alkitab yang berakar dalam kelompok interaksi dari bangsa yang diorganisasikan dalam stuktur sosial yang diawasi oleh aspek utama dari kehidupan umum seperti ekonomi, kepercayaan, sosial, budaya. Sistem sosial Israel kuno menjelaskan interaksi komunal yang kompleks dalam fungsi, peran, dan proses serta jaringan kerja yang berbeda dari sub-sistem organisasi sosial. Lebih dari itu adalah unit sosial hidup yang dipakai sebagai jaringan kerja total yang terlihat dalam konteks Alkitab, termasuk metode pendekatan yang lama dan yang baru.[1]


2.1.2.Keunggulan dan Kelemahan Metode Ilmu-ilmu Murni
Keunggulan:
1.Memberikan suatu frustasi umum dengan prestasi terbatas dari paradigma religious dan kritik historis.
2.Untuk mengubah objek studi dalam alkitab menyediakan jalan masuk untuk menyediakan dimensi dimensi dari tulisan-tulisan yang dirasakan menjadi sangat perlu terhadap pengertian sepenuhnya dari Alkitab Ibrani.
3.Paradigma ilmu sosial mengubah perhatian dari sejarah dan agama melalui konsentrasi pada Alkitab Ibrani sebagai suatu sisa dari dunia-sunia sosial.
4.Sebagai tambahan, isi, struktur dan perkembangan lintasan sistem sosial.
Kelemahan:
1.Penafsiran terhadap satu teks dengan metode ilmu murni kadangkala membuat proses pembacaan semakin sulit.
2.Alkitab dipahami sebagai sejarah sosial manusia.
2.2. Kelahiran dan Samuel Pengertian Kitab Samuel
            Elkana, ayah Samuel, seorang Lewi, tinggal di Ramataim-Zofim atau di Rama, sebuah kota dipegunungan Efraim. Elkana disebut sebagai seorang Efraim, yang termasuk golongan Lewi. Elkana mempunyai dua istri. Hana, yang paling dikasihinya tidak punya anak, tetapi Penina ada anaknya. Penina tahu bahwa Elkana lebih kasih kepada Hana, karena itu Hana dicela dan dihinanya, karena tidak ada anaknya.
            Tiap-tiap tahun Elkana pergi ke Silo bersama dengan keluarganya untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan. Dijanjikanya pula, bahwa bila ada anaknya, maka anaknya itu akan dipersembahkan lagi kepada Tuhan dan akan dididiknya menjadi seorang nazir. Demikian ia berdoa sambil menangis tersedu-sedu, sehingga Eli yang tidak jauh duduk disana menyangka ia mabuk. Eli pada saat itu adalah sebagai seorang hakim di Silo, yang disanalah kemah suci, dan ia menjabat pangkat imam besar pula dan ia diangkat menjadi hakim pada umur 58 tahun (1 samuel 4:15 dan 18). Hana menjawab Eli bahwa ia tidak mabuk, lalu diceritakanyalah segala hal ihwalnya kepada Eli. Sesudah itu jawab Eli, Tuhan akan mengabulkan permitaanmu itu. Hana pulang ke rumah. Tuhan mengabulkan permintaanya; Hana mendapat seorang anak dan dnamainya Samuel, artinya diminta dari Tuhan dan didengarkanya. Setelah berumur tiga tahun ia diserahkan kepada Eli, seperti yang telah dijanjikanya dulu. Samuel melayani Tuhan di Silo ditengah orang yang tidak lagi mengacuhkan undang-undang Tuhan.[2]
Kitab 1 dan 2 samuel pada mulanya merupakan hanya satu Kitab dalam kitab bahasa Ibrani, Syemu`el (Samuel) yang artinya diminta dari Allah.[3]
2.2.1 Latar Belakang Kitab Samuel                                                                        
Panggilan Samuel untuk menjadi nabi dan hakim Israel merupakan sebuah titik balik yang kuat di dalam perkembangan PL. Tugas Samuel adalah memimpin Israel keluar dari masa hakim-hakim untuk memasuki masa raja-raja. Dia menyelesaikan tugas para hakim nukan dengan kekuatan fisiknya saja, namun dengan kuasa rohani dari ucapan dan doanya. Samuel juga terlibat secara mendalam dalam urusan-urusan kenegaraan. Samuel dipercayai untuk mengurapi seorang pemimpin nasional. Pperistiwa ini merupakan benih awal dari masa tumbuhnya pohon monarki dalam sejarah Israel.[4]
Kitab 1 Samuel berisi sejarah Israel pada masa peralihan dari zaman para hakim kepada zaman kerajaan. Para tokoh utamanya adalah:
Ø  Samuel, hakim terakhir sekaligus nabi, yang melantik raja pertama dan raja kedua
Ø  Saul, raja pertama yang mengecewakan
Ø  Daud, calon raja kedua yang merupakan raja yang terbesar.[5]
Kedua Kitab Samuel semula yang adalah pertama satu kitab dalam kitab Ibrani, seperti yang ditunjukkan oleh talmud. Ketika perjanjian lama dalam bahasa Yunani (Septuaginta) dibuat, diperlukan lebih banyaktempat, karena huruf hidup tiidak ditulis dalam bahasa ibrani kuno, dengan demikian kitab samuel dibagi menjadi dua kitab untuk pertama kalinya pada tahun 1518 A.D dalam edisi Bbomberg, dan setelah itu pembagian itu berlaku hingga sekarang.[6] Kitab 1 dan 2 samuel adalah lanjutan dari sejarah Deutronomis. Kitab ini ditulis dalam skema teologi deutronomis yaitu dosa, hukuman, pertobatan, dan keselamatan.[7]
2.2.2. Penulis dan waktu penulisan
            Penulis kitab ini tidak diketahui, tetapi tradisi Yahudi (Talmud) mengatakan bahwa kemungkinan kitan samuel ini ditulis oleh samuel sendiri. Samuel kemungkinan menulis bagian pertama dari kitab ini, namun karena dalam 1 samuel 25:1 menuliskan kematianya, jelaslah bahwa samuel tidak mungkin menuliskan semua isi dari kitab 1 dan 2 samuel. 1 Tawarikh 29: 29 mengatakan :”riwayat samuel itu”, “riwayat nabi Natan”, dan “riwayat Gad pelihat itu” yang mencatat perbuatan-perbuatan Daud dari awal sampai akhirnya. Ketiga orang ini jelas menulis kedua kitab samuel ini yang mulanya hanya 1 kitab. Kemunkinan seorang pengumpul kitab memakai riwayat-riwayat ini untuk mempersatukan kitab-kitab ini. Tanggal penulisan kitab 1 samuel ini kemungkinan ditulis sekitar tahun 1060-900 sm. Kitab ini meliputi waktu paling sedikit 110 tahun semenjak kelahiran samuel sampai pada kematian Saul.
2.2.3. Tujuan Penulisan Kitab
            Maksud dan tujuan penulisan kitab samuel adalah memusatkan perhatian pada permulaan kerajaan Israel, dengan segala cita-cita dan kemampuanya. Fakta-fakta sejarah yang dikemukakan oleh pengarang 1 dan 2 samuel bukan hanya untuk menambah pengetahuan para pembaca sejarah bangsa Israel, tetapi juga untuk menggunakan peristiwa-peristiwa tersebut. Dengan jalan ini para pembaca baik pada masa sekarang menjadi mengerti akan terjadinya perubahan bentuk pemerintahan dan yang menyebabkan kegagalan saul dalam hal mencapai kebenaran yang sesungguhnya.
            Dalam 1 Samuel menguraikan titik peralihan yang kritis dalam sejarah Israel dari kepemimpinan para hakim kepada pemerintahan seorang raja. Kitab ini menyatakan ketegangan diantara pengharapan bangsa itu akan seorang raja (seorang pemimpin yang lalim, “seperti pada segala bangsa lain” 8:5) dan pola Teokrasi Allah, dengan Allah sebagai raja mereka. Kitab ini menunjukkan dengan jelas bahwa ketidaktaatan Saul dan pelanggaranya terhadap tuntutan-tuntutan teokratis jabatanya membuat Allah menolak dan menggantikanya sebagai raja.[8]
2.2.4. Ciri-ciri Kitab
Ada enam ciri utama menandai 1 samuel:
ü  Kitab ini dengan jelas menyajikan standar standar kudus Allah bagi kerajaan Israel. Para raja harus menjadi pemimpin yang tunduk kepada Allah selaku raja sesungguhnya atas bangsa itu, menaati hukum-Nya dan membiarkan dirinya dibimbing dan ditegur oleh penyataan-Nya melalui para nabi.
ü  Kitab ini mencatat dasar bagi permulaan pentingnya jabatan nabi di Israel sebagai sederajat secara rohani dengan jabatan imam.
ü  Pertama Samuel menekankan pentingnya doa dan kuasanya
ü  Kitab ini berisi informasi biografis yang kaya dan wawasan mengenai tiga pemimpin Israel
ü  Kitab ini perlu dengan kisah-kisah Alkitab yang terkenal, misalkan Allah berbicara kepada Samuel, Daud, Goliath,dll
ü  Kitab ini merupakan sumber dan istilah istilah yang sering kali dipakai[9]
2.2.5. Struktur Kitab
Pasal 1-8: Hakim samuel
Pasal 9-15: Saul menjadi Raja
16-31: Saul kontra Daud[10]
2.3.1. Analisa teks
Dalam membaningkan nats alkitab, penafsir diperhadapkan dengan bahasa lain untuk memperbandingkan dengan teks masora (teks asli bahasa Ibrani). Untuk itu penafsir harus memperbandingkan nats tersebut dengan tiga bahasa yaitu LAI, Bibel Batak Toba, dan NIV.
6. LAI   : Menghajar
    Bibel  : Mangago (menyesatkan)
    NIV   : Devastation (merusak/menghancurkan)
    TM     : וַיְשִמֵּם ( dan menakutkan)
    Keputusan: Tidak ada yang mendekati teks masora
7. LAI    : keras
    Bibel   : Posi (sakit)
    NIV    : Heavy (Berat)
    TM      : קָשָה (Berat)
    Keputusan: Yang mendekati teks masora adalah NIV
8. LAI    : Memanggil
    Bibel   : Disuru (Menyuruh)
    NIV    :Called (Memanggil)
    TM      : וַיִּשְלְחוּ (dan dia telah mengirim kepada kami)
 Keputusan: Tidak ada yang mendekati teks masora. Tetapi kami penafsir mengusulkan apa     yang dikatakan oleh Bibel, karena lebih memperjelas makna teks.
9. LAI    : Kota
    Bibel   : Huta (kampung)
    NIV    : City (kota)
    TM      : בָּעִיר (di Kota)
    Keputusan: Yang mendekati teks masora adalah LAI dan NIV
10. LAI   : Berteriak
      Bibel : manganggui (menggaggui)
      NIV  :Cryed out (Berteriak)
      TM    : וַיִּזְעֲקוּ (mereka berteriak)
      Keputusan: Yang mendekati teks masora adalah LAI dan NIV
11. LAI  : Diantarkan
      Bibel :  Tongos (Mengantarkan)
      NIV  : Send (Mengirim)
      TM    : שַלְּחוּ (Mengirim)
      Keputusan: Yang mendekati teks masora adalah NIV
12. LAI  : Teriakan
      Bibel : angguk-angguk (menjerit-jerit)
      NIV  : Teriakan
     TM     :  שַוְעַת(Tangisan)
      Keputusan: Tidak ada yang mendekati teks masora
2.3.2. Kritik aparatus
Kritik Aparatus
Ayat 6 A
Dalam teks Masora terdapat kata אֶל (kata depan) yang artinya “ke, kepada, menuju”. Berdasarkan naskah PL  Ibrani pada abad pertengahan dan sering dikutip dalam sastra para rabi dan sastra yahudi pada abad pertengahan (1911). Dalam kritik aparatus, para ahli mengusulkan agar kata צל  yang artinya “di atas” agar dibandingkan dengan Mazmur 32 : 4.
Keputusan : kami menolak usulan aparatus karena menurut kami penambahan kata itu semakin membuat makna teks tidak jelas.
Ayat 6b
Dalam teks Masora terdapat kata וַיְשִמֵּם  (bentuk Hipal, imperfek tunggal maskulin, orang ketiga) yang artinya “dan dia menakutkan mereka” berdasarkan terjemahan yunani lajur ketiga dan lajur keenam dalam hexapla origenes. Kritik aparatus menambahkan kata  εφαγεδαινησεν (artinya tidak ditemukan penafsir)  agar dibandingkan dengan pasal 7 : 10a.
Keputusan : kami menolak usulan aparatus karena penafsir tidak menemukan arti dari usulan aparatus.
ayat 6c
Dalam teks Masora terdapat kata וַיַךְ (bentuk hipal, imperfek tunggal maskulin, orang ketiga) yang artinya “dan menyebabkan derita bagi mereka”. Berdasarkan terjemahan Yunani septuaginta yang diterbitkan  oleh A. Rahlfs (1935) dan merupakan kodeks legionensis (1946), replika kodeks legionensis (1864), marginalia incunabilis 54 (1478) yang sebagian berlainan di luar pasal 6 : 4.
Keputusan : Kami menolak aparatus karena tidak ada usulan untuk memperjelas teks.
Ayat 6d
Dalam teks Masora terdapat kata בַּעִפֹלִים (bentuk preposition, jamak) yang artinya “pada tumor-tumor”. Beberapa naskah PL Ibrani abad pertengahan sehingga usul perbaikan dari ahli-ahli masora di pinggir halaman mengenai cara membaca atau melisankan teks tertulis yang dianggap tidak betul atau sulit dimengerti. Aparatus mengusulkan agar membandingkan terjemahan siria menurut keselarasan saksi-saksi kodeks Ambrosius (abad ke-6/ke-7, 1876) dan menurut Poliglot London (1654), dan berdasarkan terjemahan teks ibrani dalam bahasa aram (1959-1962), terjemahan latin vulgata.
Keputusan : penafsir menolak aparatus karena usulan aparatus tidak memperjelas makna teks.
Ayat 8a
Dalam teks Masora terdapat kata וַיּאמְרוּ  (bentuk Qal imperfek maskulin orang ketiga jamak) yang artinya “dan mereka menjawab”. Berdasarkan terjemahan Yunani septuaginta yang diterbitkan  oleh A. Rahlfs (1935), terjemahan latin vulgata, terjemahan siria menurut keselarasan saksi-saksi kodeks Ambrosius (abad ke-6/ke-7, 1876) dan menurut Poliglot London (1654), dan berdasarkan terjemahan teks ibrani dalam bahasa aram (1959-1962).
Keputusan : kami menolak aparatus karena aparatus tidak memberikan usulan apakah itu memperjelas teks atau tidak.


Ayat 9a
Dalam teks Masora terdapat kata אֹתו (bentuk objek ketiga maskulin tunggal) yang artinya “nya”. Aparatus mengusulkan kata גתה yang artinya (tidak ditemukan penafsir) berdasarkan buku-buku tulisan tangan berbahasa ibrani (1960), teks Yunani LXX hasil penelitian ulang Lukianos dari Antiokhia di Siria.
Keputusan : penafsir menolak usulan aparatus karena penafsir tidak menemukan arti dari usulan aparatus tersebut.
Ayat 9b
Dalam teks masora terdapat kata בָּעִיר (bentuk preposition-feminim tunggal) yang artinya “di kota”. Aparatus mengusulkan kata בעם (penafsir tidak menemukan artinya) berdasarkan kodeks tulisan tangan berbahasa ibrani menurut B. Kennicott (1776-1786) dan terjemahan latin vulgata.
Keputusan : penafsir menolak aparatus karena penafsir tidak menemukan arti dari usulan yang diberikan oleh aparatus.
Ayat 9b
Dalam teks masora terdapat kata עְפֺלִים (bentuk subjek maskulin jamak) yang artinya “tumor-tumor”. Sedikit dari beberapa naskah PL Ibrani abad pertengahan mengusulkan perbaikan dari ahli-ahli masora di pinggir halaman mengenai cara membaca atau melisankan teks tertulis yang dianggap tidak betul atau sulit dimengerti. Bandingkanlah terjemahan siria menurut keselarasan saksi-saksi kodeks Ambrosius (abad ke-6/ke-7, 1876) dan menurut Poliglot London (1654), dan berdasarkan terjemahan teks ibrani dalam bahasa aram (1959-1962), terjemahan Yunani oleh symmakhus, terjemahan latin vulgata, terjemahan septuaginta, dan bandingkanlah dengan kodeks legionensis, replika kodeks legionensis (1864), marginalia incunabitis (1478), terjemahan Yunani oleh aquila (lajur ke tiga dalam hexapla origenes).
Keputusan : penafsir menolak aparatus karena usulan yang diberikan tidak memperjelas makna teks.


Ayat 10a
Dalam teks masora terdapat kata הָאֱלהִים (bentuk subjek maskulin) yang artinya “Allah itu”. Aparatus mengusulkan ישראנל אלוהי yang artinya (artinya tidak ditemukan oleh penafsir), berdasarkan buku-buku tulisan tangan bahasa ibrani dan teks Yunani LXX hasil penelitian ulang Lukianus dari Antiokhia di Siria mengusulkan kata θεου Ισραηλ (Genitif tunggal) yang artinya “Allah Israel”.
Keputusan : penafsir menolak usulan aparatus karena usulan yang diberikan tidak mengubah makna teks.
Ayat 10b
Dalam teks masora terdapat kata וַיְהִי (bentuk objek kata benda) yang artinya “dan jadilah”. Tidak terdapat dalam beberapa naskah PL Ibrani abad pertengahan, dan aparatus mengusulkan untuk membandingkanya dengan kodeks-kodeks terjemahan Yunani, terjemahan Siria menurut keselarasan saksi-saksi kodeks Amrosius abad ke 6 atau ke 7 (1876) dan menurut Poliglot London 1654, kodeks-kodeks tulisan tangan menurut perangkat penelitian teks Sperber, kodeks-kodeks tulisan tangan menurut perangkat penelitian teks dari terbitan biara Benediktin.
Keputusan: Penafsir menolak Aparatus karena Aparatus tidak memebrikan usulan kata untuk mengetahui apakah kata itu memperjelas teks atau tidak
Ayat 10 c
Dalam teks masora terdapat kata הֵסַבּוּ (bentuk hipal orang ketiga jamak) yang artinya mereka telah membawanya. Berdasarkan buku-buku tulisan tangan berbahasa Ibrani (1960), terjemahan Yunani septuaginta 1935, Aparatus mengusulkan agar kata למה (yang artinya; mengapa) didahulukan di depan.
Keputusan: Penafsir menolak aparatus, karena kata yang diusulkan tidak memperjelas kata.
Ayat 10 D
Dalam teks masora terdapat kata אֵלֵי (bentuk preposision orang pertama tunggal) yang artinya kepada saya. Semua terjemahan-terjemahan yang memiliki akhiran ditambahkan pada bagian belakang kodeks-kodeks tulisan tangan menurut perangkat penelitian teks Sperber, beberapa naskah PL Ibrani abad pertengahan, aparatus mengusulkan kata תנו (penafsir tidak menemukan arti kata ini)
Keputusan: Penafsir menolak usulan aparatus karena penafsir tidak menemukan arti kata yang diusulkan aparatus
Ayat 11 A
Dalam teks masora terdapat kata אֺתִי (bentuk hipal imperfek orang ketiga tunggal maskulin) yang artinya bahwa itu tidak boleh membunuh. Berdasarkan terjemahan septuaginta, terjemahan Siria, terjemahan latin vulgata dimana afiks yang ditambahkan pada bagian belakang.
Keputusan: Penafsir menolak usulan aparatus, karena usulan aparatus tidak memperjelas teks
Ayat 11 B
Dalam teks masorah terdapat kata מָוֶת (bentuk kata benda feminim tunggal) yang artinya kepanikan maut. Berdasarkan buku tulisan tagan berbahasa ibrani, aparatus mengusulkan kata יהונ (penafsir tidak menemukan arti kata tersebut).
Keputusan: kami penafsir menolak aparatus, karena penafsir tidak menemukan arti kata yang diusulkan oleh kritik  aparatus tersebut.
Ayat 12 A
Dalam teks masora terdapat kata בַּעְפלִים (bentuk preposotion-kata benda maskulin jamak) yang artinya pada tumor-tumor. Sedikit jumlah naskah dari beberapa naskah Pl ibrani abad pertengahan diusulkan aparatus untuk mengadakan perbaikan di pinggir halaman mengenai cara membaca atau menuliskan teks tertulis yang dianggap sulit dimengerti dan agar dibandingkan dengan terjemahan siria, targum, terjemahan latin vulgata, dan berdasarkan terjemahan Yunani septuaginta aparatus mengusulkan kata εδρας (tidak menemukan arti kata).
Keputusan: kami penafsir menolak usulan aparatus karena tidak menemukan arti kata yang diusulkan aparatus, sehingga tidak tahu kata itu memperjelas atau memperkabur makna teks.


Ayat 12 B
Dalam teks masora terdapat kata הַשָּמֳיִם (kata benda maskulin) yang artinya surga itu. Berdasarkan beberapa naskah PL ibrani abad pertengahan, aparatus mengusulkan kata ימה (laut).
Keputusan: Penafsir menolak aparatus karena usulan yang diberikan memperkabur makna teks.
2.3.3. Terjemahan akhir
Ayat 6: Tangan TUHAN menekan orang-orang Asdod itu dengan berat dan Ia membingungkan mereka : Ia menakutkan mereka pada tumor-tumor, baik Asdod maupun daerahnya.
Ayat 7: Ketika dilihat orang-orang Asdod, bahwa demikian halnya, berkatalah mereka: "Tabut Allah Israel tidak boleh tinggal pada kita, sebab tangan-Nya berat melawan kita dan melawan Dagon, allah kita."
Ayat 8: Sebab itu mereka menyuruh berkumpul kepadanya semua raja di kota orang Filistin dan berkata: "Apakah yang akan kita lakukan dengan tabut Allah Israel itu?" Lalu kata mereka: "Tabut Allah Israel harus dipindahkan ke Gat." Jadi mereka memindahkan tabut Allah Israel itu ke sana.
Ayat 9: Tetapi setelah mereka memindahkannya, maka tangan TUHAN mendatangkan kegemparan yang sangat besar atas kota itu; Ia menghajar orang-orang kota itu, anak-anak dan orang dewasa, sehingga timbul tumor-tumor pada mereka.
Ayat 10: Lalu mereka mengantarkan tabut Allah itu ke Ekron. Tetapi sesampai tabut Allah itu di Ekron, berteriaklah orang Ekron itu, demikian: "Mereka memindahkan tabut Allah Israel itu kepada kita untuk mematikan kita dan bangsa kita."
Ayat 11: Sebab itu mereka memanggil berkumpul semua raja kota orang Filistin itu dan berkata: "Kirimlah tabut Allah Israel itu; biarlah itu kembali ke tempatnya, supaya jangan dimatikannya kita dan bangsa kita." Sebab di seluruh kota itu ada kegemparan maut; tangan Allah menekan orang-orang di sana dengan sangat berat:
Ayat 12: orang-orang yang tidak mati, dihajar dengan tumor-tumor, sehingga tangisan kota itu naik ke langit.



2.3.4. Tafsiran
Kami penafsir menafsirkan teks ini berdasarkan pada konteks yang ada pada teks, yaitu konteks sosial, politik, dan agama, sehingga kami menafsirkan teks tersebut tidak secara berurutan.
·         Tafsiran Segi Sosial
Dalam teks ini yang menjadi sudut pandang sosial, penafsir menemukan sesuatu hal yang mana oleh karena orang-orang Filistin merampas tabut Tuhan dari tangan orang-orang Israel, dan membawanya ke Filistin, maka Tuhan mendatangkan musibah atau bencana pada mereka yang daerahnya diletakkan tabut tersebut. Allah mendatangkan tumor-tumor pada mereka dan mereka pun berteriak-teriak (ayat 6, 9, 12). Dan orang-orang Filistin pada saat itu sangat menderita.
·         Tafsiran Segi Politik
Dari segi politik yang dapat penafsir lihat dari teks ini adalah ketika tabut Tuhan dirampas dari tangan bangsa Israel, maka tabut itu dibawa ke Asdod, dan diletakkan di kuil di sisi Dagon. Karena tabut itu dirampas dan dibawa ke Asdod, maka Tuhan mendatangkan musibah atau bencana bagi orang-orang Asdod dan daerahnya dengan tumor-tumor.  Dengan adanya bencana itu, orang-orang Asdod menderita dan mereka tidak ingin tabut itu berada di daerah mereka, dan mereka ingin raja-raja di kota itu membuat keputusan untuk memindahkan tabut itu ke daerah lain agar Tuhan tidak lagi mendatangkan tumor pada mereka. Maka tabut itu dipindahkan ke Gat, dan hal sama juga terjadi disana. Orang-orang Gat juga tidak menginginkan tabut itu berada di daerah mereka dan mereka ingin tabut itu dipindahkan ke daerah lain sehingga tabut itu pun dipindahkan ke Ekron, namun orang-orang Ekron keberatan dengan penempatan tabut itu di daerah mereka, karena mereka sudah tahu apa yang terjadi pada daerah-daerah yang lain ketika tabut itu diletakkan di daerah tersebut. Dan mereka mengajukan kepada raja-raja yang ada di daerah-daerah Filistin untuk mengembalikan tabut Tuhan itu ke tempat asalnya, agar Tuhan tidak lagi memberikan bencana bagi mereka, agar mereka lepas dari penderiataan itu. Dari sini tampak bahwa untuk menyelamatkan diri sendiri atau daerah sendiri, orang-orang Filistin rela agar orang lain yang mengalami penderitaan, itu tampak dari sikap mereka yang menginginkan tabut itu agar dipindahkan ke daerah lain sehinga daerah mereka lepas dari bencana yang didatangkan Tuhan.
·         Tafsiran Segi Ekonomi
Dari teks tersebut, penafsir tidak menemukan sesuatu hal dari segi ekonomi untuk ditafsirkan.
·         Tafsiran Segi Budaya
Dari teks tersebut, penafsir tidak menemukan sesuatu hal dari segi budaya untuk ditafsirkan.
·         Tafsiran Segi Agama
Dalam teks ini, dari sudut pandang Agama, orang-orang Filistin pada waktu itu memiliki allah sendiri yang disebut dengan Dagon (ayat 7). Dagon adalah dewa utama sembahan bangsa Filistin yang mana kuil utamanya terdapat di Asdod. Namun allah orang Filistin itu tidaklah lebih kuat dari pada Allah orang Israel, karena ketika tabut Allah diletakkan di sisi Dagon di Asdod (ayat 2), yang terjadi adalah Dagon terjatuh dengan mukanya menghadap ke tanah di hadapan tabut Tuhan. Dari situ tampak bahwa Dagon itu seperti berlutut di hadapan tabut Tuhan yang menandakan Dagon takut pada Allah Israel.
2.4. Refleksi teologis
Setelah penafsir membaca dan menganalisa apa yang terjadi pada orang-orang Filistin pada saat itu, terlihat bahwa allah orang Filistin atau dewa sembahan orang Filistin tidak mempunyai kekuatan sedikitpun untuk melawan Allah karena Allah Israel pada saat itu mendatangkan bencana borok pada orang-orang Filistin. Orang-orang Filistin hanya bisa menerima penderitaan itu, allah mereka (Dagon) tidak bisa menolong mereka ketika mereka mengalami penderitaan itu. Dagon tidaklah lebih kuat dari pada Allah orang Israel.
Yang dapat kita refleksikan adalah bahwa Allah yang kita sembah saat ini adalah juga Allah orang Israel yang merupakan satu-satunya Allah yang kuat, yang memiliki Kuasa atas segala sesuatu di dunia dan di sorga. Dia lah Allah di atas segala allah lain, karena allah-allah lain masih tunduk dan takut kepada-Nya. Ketika kita dalam penderitaan, tertindas, kita tidak bisa pasrah menerima itu semua, karena kita masih memiliki Allah yang penuh kuasa yang sanggup menolong kita dan membebaskan kita dari penderitaan dan penindasan yang kita alami. Allah tetap hadir dan berkarya dalam kehidupan kita disaat kita dalam suka maupun duka, susah maupun senang. Sebab Allah adalah penyelamat kita, gunung batu kita, kubu pertahanan kita, dan tempat perlidungan kita seperti yang tertulis dalam Mazmur 18 : 3.
III.Kesimpulan
Maksud dan tujuan penulisan kitab samuel adalah memusatkan perhatian pada permulaan kerajaan Israel, dengan segala cita-cita dan kemampuanya. Fakta-fakta sejarah yang dikemukakan oleh pengarang 1 dan 2 samuel bukan hanya untuk menambah pengetahuan para pembaca sejarah bangsa Israel, tetapi juga untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu.
Setelah kita membaca dan menganalisa nats 1 Samuel 5 : 6-12 ini, maka dapat disimpulkan bahwa perampasan tabut Tuhan oleh orang-orang Filistin dari tangan orang Israel membuat Tuhan marah dan mendatangkan bencana bagi orang-orang yang mengambil tabut itu sehingga tabut itu harus dikembalikan ke tempatnya semula. Dengan metode penafsiran ilmu-ilmu murni ini, maka kita dapat melihat dengan jelas perbedaan konteks pada masa kini dengan konteks pada masa itu. Dengan metode ini kita dibantu untuk memahami keadaan ataupun konteks pada masa teks itu dengan memperbandingan dengan konteks masa kini.
IV.Daftar Pustaka
..., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas, 2000
..., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z, Jakarta: YKBK, 1995
Baker David L, Mari Mengenal Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2002
Bakker F.L., Sejarah Kerajaan Allah 1Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2007
Blommendaal J., Pengantar kepada Perjanjian Lama,Jakarta: BPK-GM, 2010
Free Joseph P., Arkeologi dan Sejarah Alkitab, Malang: Gandum Mas, 1997
Kidji Barnabas, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama, Bandung: BMI, 2009
Lasor W.S.,dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah, Jakarta:BPK-GM, 2008
Sitompul A.A., Metode Pnafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2004


[1] A.A.Sitompul, Metode Pnafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2004, 173-174
[2] F.L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2007,  459-461
[3] W.S. Lasor,dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah, Jakarta:BPK-GM, 2008, 331
[4] ..., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z, Jakarta: YKBK, 1995, 335
[5] David L Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2002, 64
[6] Joseph P. Free, Arkeologi dan Sejarah Alkitab, Malang: Gandum Mas, 1997, 185
[7] Barnabas Kidji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama, Bandung: BMI, 2009, 156
[8] ..., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas, 2000, 465
[9] ..., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,
[10] J. Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian Lama,Jakarta: BPK-GM, 2010, 82

No comments:

Post a Comment