KONSILI-KONSILI GEREJAWI
I.
PENDAHULUAN
Konsili-konsili
Gerejawi merupakan salah satu bagian dari perkembangan Sejarah Geraja. Disini
kami para penyaji akan membahas tentang Konsili-Konsili Gereajawi. mengupas tentang Pengertian konsili, latar
belakang terjadinya konsili Nicea, konsili konstatinovel, konsili Efesus dan
konsili Calchedon. Kemudian siapa saja yang hadir dalam konsili, apa saja hasil
dari konsili dan apa saja akibat dari
hasil konsili tersebut.
II.
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Konsili
Konsili
berasal dari bahasa latin Yaitu “Concilium”
yang berarti ‘rapat’ atau
merundingkan sesuatu.[1] Menurut KBBI konsili adalah
musyawarah besar pemuka-pemuka gereja katolik Roma.[2] Menurut kamus sejarah gereja Konsili adalah
sidang resmi para uskub dan wakil beberapa gereja yang diundang dengan tujuan
merumuskan suatu ajaran atu disiplin gereja. [3]
2.2.
Latar Belakang Konsili
pada
tahun 313 kaisar Konstatinus Agung, ketika berada dikota Milano, Italia
mengeluarkan Edikt (perintah), yang biasanya disebut Edikt Milano. Dalam Edikt
ini diberikan kebesan kepada warga negara untuk menganut Agama Kristen. Agama
Kristen Tidak lagi dilarang tetapi
dibebaskan untuk menganutnya.[4]Karena sudah diselsaikan oleh Bapa-bapa Gereja untuk
membicarakan Teologia Gereja yang mennyebapkan timbulnya pertikaian pertikaian
yang dibicarakan dan diputusakan pada konsili-konsili Okumenis, yaitu
sidang-sidang yang dihadiri oleh para Uskup-uskup.
2.3.
Konsili Necea (325)
2.3.1.
Latar
Belakang Konsili Necea
Konsili
Nicea diadakan sebagai reaksi atas ajaran-ajaran Arius. Arius merupakan seorang
“presbiter” atau ‘imam’ dari Aleksandria.[5] Ia mennyatakan bahwa Yesus memiliki sifat
keilahian, namun bukan Allah. Putranya Yesus merupakan manusia yang diciptakan.
Ia seperti Bapa tapi bukan Allah.[6] Dan banyak orang kafir
yang menyenangi pendapat Arius karena dengan pandangannya itu, mereka mendapatkan
peluang ide untuk mempertahankan ide yang telah mendarah daging yaitu Allah
yang tidak dapat dikenal dan memandang yesus sebagai pahlawan super yang bersifat ilahi yang tidak
berbeda dengan pahlawan-pahlawan yang ada dalam Metolgi Yunani.[7] Arius mengajarkan dalam
pengertain bahwa Allah adalah Allah yang sejati Bapa saja, Arius juga menolak
bahwa Kristus mempunyai pengetahuan yang sempurna baginya kristus memiliki
pengettahuan yang terbatas tidak dapat mengerti rahasia kedalaman Allah Bapa.[8] Perbedaan Arius tidak percaya akan suatu
hirarki pribadi-pribadi Ilahi. Ia memasukakan Monotaisme radikal kedalam system
Origenesdengan kesimpulan bahwa hanya ada Bapa adalah Allah. Melalui Putra-Nya
Allah menciptakan alam semesta, tetapi putra itu hanya ciptaan dari yang tidak
ada, bukan Allah.[9]
Alexander memutuskan agar Arius dihukum oleh sinde, namun iman yang populer itu
mempunyai banyak pendukung. Maka timbullah kerusuhan di Alexandria karena
persaingan teologis yang sangat mudah menyinggung perasaaan, dan para rohaiawan
lain pun mulai berpihak kepada masing-masing kubu. Begitu kerusuhan timbul,
kaisar Konstantinus tidak dapat lagi memandang perdebatan itu sebagai
“persoalan agama belaka”. “Persoalan Agama”, mengancam keamanan negara. Untuk
menangani masalah ini, Konstantinus mengadakan konsili di seluruh kekaisaran di
kota Nicea.[10]
2.3.2.
Keputusan
Dalam Konsili Necea
Konsili
ini menolak dan mengutuk pandangan Arius.[11] Pengakuan iman yang
diajukan oleh Arius ditolak dan pengakuan Iman yang diajukan oleh Alexander
yang memasukkan istilah Homoousius
(se-hakekat) diterima.[12] Dan pengakuan iman itu di
sebut Pengakuan Iman Nicea, yang berbunyi:
“Aku percaya kepada Allah
Bapa, Bapa yang maha kuasa, pencipta segala yang kelihatan dan yang tidak
kelihatan. Dan kepada Tuhan Yesus Kristus Anak Allah yang diperanakkan dari
apa, yang dari hakikat Bapa, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah sejati
dari Allah sejati, yang diperanakkan bukan dijadikan, sehakekat
(homoousius)dengan Bapa, yang oleh-Nya segala sesuatu ada, yaitu apa yang di
surga dan di bumi. Yang demi kita manusia dan demi keselamatan kita, turun dan
menjadi daging, menjelama menjadi manusia, menderita sengsara dan bangkit pada
hari yang ketiga, naik ke surga, dan akan datang untuk menghakimi orang yang hidup
dan yang mati dan kepada Roh Kudus.[13]”
2.3.3.
Akibat
Konsili Nicea
Meskipun
Arius ditolak, teologinya bertahan beberapa dekade lamanya.[14] Sekalipun Arius telah
meninggal (336), nemum pengikut-pengikutnya meneruskan ajaran-ajarannya
sehingga pertikaian terus berjalan[15] Konsili ini memecah
Gereja menjadi dua kelompok utama. Di satu pihak kelompok Nicea (Gereja Barat)
dan aliran Antiokhia dari Timur.[16]
2.4.
Konsili Konstatinopel (381)
2.4.1.
Latar
Belakang Konsili Konstatinopel
Konsili
ini adalah lanjutan dari konsili Nicea untuk menyelasaikan persoalan Arianisme
yang tidak diselasaikan secara tuntas oleh konsili Nicea. Konsili ini terjadi
sebanyak 3 kali.[17]
Konsili Konstantinovel I dipanggil oleh Kaisar Theodosius I pada tahun 381
untuk menyelesaikan persoalan Arianisme yang tidak diselesaikian secara tuntas
oleh Konsili Nicea. Konsili ini dihadiri oleh 150[18] Uskup yang Ortodoks dan
36 orang Uskup Bidah.[19] Konsili ini dilatar
belakangi oleh pertikaian dan perlawanan tang tetap terjadi antara Anthanasius
dan pengikut ajaran-ajaran Arius.[20] Setelah konsili Nicea
berakhir, timbul juga kesadaran bahwa keselamatan manusia hanya dijamin penuh
kalau Ilahi Kristus penuh, jadi tidak hanya sehakikat tetapi juga sepenuh
ke-Illahian Allah. Sekaligus timbul bahwa Roh Kudus, yang memainkan peran besar
dalam penyelamatan manusia, juga harus di lihat sebagai Ilah penuh, bukan sebagai
ciptaan tertinggi. Kadua hal ini diputuskan dalam Konsili Konstantinovel.[21] Pokok persoalan mengenai
Kristologi ialah bahwa dalan Alkitab dinyatakan 2 hal, mengenai Kristus yang
juga tidak bisa disejajarkan secara logis. Yang pertama ialah Kristus benar-benar
Allah atau Tuhan. Yang kedua adalah Kristus benar-benar manusia.[22]
2.4.2.
Keputusan
Dalam Konsili Konstatinopel
Konsili
ini menegaskan keputusan konsili Nicea tantang hakekat Kristus dan
mennyempurnakan pengakuan Iman Nicea.[23] Konsili ini mengasilkan
Pengakuan Iman yang disebut pengakuan iman Nicea Konstatinopel.[24] Isi dari pengakuan Iman
Nicea Konstatinovel ialah seabagi berikut:
“Aku percaya kepada stu
Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, segala yang kelihatan dan
tidak kelihatan. Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Allah yang tunggal,
yang lahir dari sang Bapa sebelum ada sang zaman, terang dari terang, Allah
yang sejati dari Allah yang sejati, diperanakkan, bukan dibuat, sehakikat (Homoousios)
dengan sang Bapa. Yang dengan perantaraan-Nya segala sesuatu yang dibuat; yang
telah turun dari sorga untuk manusia, dan untuk keselamatn kita, dan menjadi
daging oleh Roh Kudus dari dara anak Maria,dan menjadi manusia;yang disalibkan
bagi kita dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, menderita dan dikuburkan; yang
bngakit pada hari yyang ketiga, sesuai dengan isi Kitab-Kitab,dan naik ke
sorga; yang duduk disebelah kanan Allah Bapa, dan akan datang kembali dengan
kemuliaan yang akan kembali untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati;
yang kerajaanya tidak berakir,aku percaya kepada roh kudus, yang jadi Tuhan dan
menghidupkan, yang keluar dari sang Bapa. Yang bersama-sama dengan sang
Bapa,dan sang anak yang disembah dan dimuliakan, yang telah berfirman dengan
perantara para Nabi. Aku percaya satu Gereja yang Kudus dan Am dan Rasuli. Aku
mengakui baptisan untuk pengampunan dosa. Aku menantikan kebangkitan orang mati
dan kehidupan di zaman yang akan datang. Amin.”[25]
Sementara
itu ada tiga ajaran yang dikutuk dalam konsili Konstatinopel :
a. Arianisme
Ajaran
sesat ini dipelopori dan dipimpin oleh Arius. Kelompok ini mengajarkan bahwa
anak Allah tidak kekal karena ia diciptakan oleh Bapa dari ketiadaan untuk
tujuan penciptaan dunia. Oleh karena itu anak Allah tidak sehahekat dengan
Allah Bapa.[26]
b. Macedonianisme
Tiga puluh enam diantara uskup-uskup yang
hadir pada Konsili Konstatinopel adalah penggikut Macedonianisme. Mereka
mengajarkan Yesus Kristus adalah Allah tetapi satu Roh kudus dianggap mahluk.[27]
c. Apollinarisme
Ajaran
sesat ini dipelopori atau dipimpin oleh Apollinarius dari Laodikea. Ia
mengajarkan bahwa manusia mempunyai tubuh, jiwa, dan roh. Kristus memiliki
tubuh dan jiwa manusia, namun roh-Nya bukanlah roh manusia melainkan roh
illahi.[28]
2.4.3.
Akibat
Dalam Konsili Konstatinovel
Konsili
Konstatinopel dianggap sebagai konsili Okumenis. Karena pengakuan iman disitu
tidak dapat menyakinkan pengikut Macedonius pada waktu itu, tetapi sekarang Pengakuan
iman yang diakui paling oikumenis dari umat Kristen. Ia dipakai secara luas
caik di Gereja Barat Dan Gereja Timur.[29] Kemudian akibatnya yang
lain ialah konsili Konstatinopel membenarkan bahwa Yesus adalah sepenuhnya (
ajaran ini melawan ajaran Arianisme) dari manusia sepenuhnya ini melawan
Apolinaris akibatnya dari kelompok Antiokhia majulah Nestorius yang membagi
bagikan Yesus Kristus menjadi Allah yang firman dan yang manusia.[30]
2.5.
Konsili Efesus (431)
2.5.1.
Latar
Belakang Konsili Efesus
Konsili
ini dilakukan untuk menyelesaikan pertikaian Nestorius dengan Cyrillus. Konsili
ini dibuka pada 22 Juni 431 oleh Memnon, Uskup Efesus,[31] dan Cyrillus dari
Alexandria. [32]
yang dipertikaikan oleh mereka adalah pertikaian tentang Trinitas dan Tentang
kedua tabiat Kristus dan bagaiman eratnya hubungan antara kemanusiaan dan
keilahian Kristus. Nestorius mengatakan bahwa hubungan antara kedua tabiat Kristus itu tidak begitu
erat, misalnya “seperti minyak dengan air”
yang disatukan dalam satu gelas. Zat-zat itu tidak bercampur, tetapi
masing-masing mempertahankan sifatnya sendiri. Sedangkan Cyrillus mengatakan hubungan
itu seperti antara “susu dengan air”.
Sifat kusus air tidak nampak lagi ketika dicampur dengan susu.[33] Latar belakang konsili
ini juga dikaranakan Pertikaian mereka mengenai latar belakang Bunda Allah (Theotokos) untuk Maria. Jemaatnya
terpecah belah menjadi dua, yaitu mereka yang mempertahankan pemakaian gelar
Bunda Allah dan yang mempertahankan gelar Bunda manusia (Antropotokos) untuk Maria. Nestorius mengatakan suatu gelar baru
bagi Maria yang dipandangnya lebih tepat, yaitu Bunda Kristus (Kristokos) sebab Kristus adalah sama dan
manusia pada saat yang sama. Dan pendapat ini kembali lagi ditentang oleh
Cyrillus supaya Maria disebut Theotokos.
Tetapi Nestorius menolaknya agar Maria disebut Theotokos. Cyrillus dituduh sebagai penghasut biarawan di
konstatinovel untuk melawan uskupnya.[34]
2.5.2.
Keputusan
Dalam Konsili Efesus
Dalam
konsili Konstatinopel ajaran Nestorius dikatakan sesat. Nestorius diminta untuk
menerima ajaran seperti yang ditulis Cyrillus dan kalau tidak ia akan di
kucilkan. Paus memberikan keistimewaan kepada Cyrillus untuk melaksanakan
pengucilan jika ternyata dalam tempo sepuluh hari Nestorius tidak melaksanakan
keputusan sinode.[35] Dan sidang konsili juga
memutuskan bahwa Nestorius dipecat dari keuskupan Konstatinopel dan
disekomonikasi serta ajaranya tentanag tabiat Kristus dikutuk. Dan ditegaskan
lagi dalam sidang Konsili Efesus istilah Theotokos dibenarkan.[36]
2.5.3.
Akibat
dari Konsili Efesus
Nestorius
dan Cyrillus terus bertikai walaupun sudah dilakukan konsili di Efesus. Kaisar
pun tidak mampu mendamaikan mereka. Akhirnaya Teodosius Agung I membuang
Nestorius kedalam pembuangan. Namun demikian ajaran Nestorius tetap diteruskan
oleh pengikut-pengikutnya mereka mendirikan gereja sendiri dengan nama Gereja
Nestorian.[37]
2.6.
Konsili Chalcedon
2.6.1.
Latar
Belakang Konsili Chalcedon
Latar
belakang konsili ini adalah untuk menyelsaikan persoalan Eutyches yang telah
dikutuk oleh Leo.[38] Ajaran ini mengajarkan
ajaran yang dikenal Monophysitisme (mono artinya “Satu” Phisis artinya
“kordat”). Ajaran ini berkata bahwa kodrat Kristus telah hilang dalam ke-Ilahian,”
seperti setetes madu yang jatuh kedalam
laut”.[39]
Konsili ini diadakan di Chalcedon dekat
Konstatinopel pada Tahun 451 .[40] Konsili ini juga
merupakan lanjutan dari pertikaian antara Nestorius dan Cyrillus dalam konsili
sebelumnya. Kemudian bergabunglah ajaran Monophysitisme. Didalam kosili
Chalcedon Kaisar ingin mendapatkan pernyataan atau Pengakuan Iman yang diterima
bersama, untuk mempersatukan kembali kekaisaran Roma. Rumusan di Konsili Chalcedon mengutip
pengakuan Nicea dan Konstatinopel untuk memberikan batasan-batasan ajaran dari
Nestorius dan Eutyches.[41]
2.6.2.
Keputusan
Dalam Konsili Chalchedon
Keputusan
dalam Konsili Chalcedon adalah:
1. Eutyches
dikutuk.
2. Keputusan
Nicea dan Konstatinopel tentang oknum Kristus dikuatkan kembali oleh ajaran
Nestorius dikutuk.
3. Mereka
yang menolak gelar Theotokos bagi Maria
dikutuk.
4. Mereka
yang mengatakan bahwa Kristus sebelum ber-inkarnasi mempunyai dua tabiat dan
setelah inkarnasi menjadi satu tabiat ditolak.
5. Surat
Cyrillus kepada Nestorius dan surat Leo kepada Falvianus dibenarkan.
6. Ajaran
bahwa Kristus adalah satu oknum yang menpunyai dua tabiat yang tidak
tercampur, tidak berubah dan tidak
terpisah ternyata dibenarkan.
7. Uskup
Konstatinopel menduduki kehormatan pada tempat kedua setelah kaisar Roma.
8. Pengakuan
Iman Chalcedon dibenarkan. Pengakuan Iman Chalcedon diterima dengan baik oleh Gereja
Timur dan Barat. Adapu isi Pengakuan Iman Chalcedon adalah :
“Aku percaya Kepada Allah
Bapa Yang Maha Kuasa, Khalik Langit Dan Bumi. Dan kepada Yesus Kristus,
Anak-Nya yang Tunggal, Tuhan kita, yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari
dara anak Maria, yang menderita dibawah pemerintahaan Pontius Pilatus,
disalibkan, mati dan dikuburkan, turun dalam kerajaan maut, pada hari yang
ketiga bangkit pula dari antara orang mati, naik kesorga, duduk disebelah kanan
Allah, Bapa yang Mahakuasa, dan akan datang dari sana untuk menghakimi oarang
yang hidup dan yang mati. Aku percaya kepada Roh kudus, Gereja yang Kudus dan Am; Persekutuan oarng Kudus;
pengampuna dasa;kebangkitan dagig; dan hidup yang kekal.”
2.6.3.
Akibat
dari Konsili Chalcedon
Pengakuan
Iman Chalcedon diterima, dengan baik oleh Gereja Barat dan Geraja Timur. Namun,
Gereja Monofisit menolaknya. Kedudukan Konsatatinopel sebagai Roma kedua
ditolak oleh Gereja Barat. Keputusan konsili Chalcedon menyebabkan munculnya
Gereja Nestorius dan Gereja Monofisit.[42] Pengikut Nestorius
melarikan diri ke Persia dan mendirikan Gereja
Nestorion. Kaum Monofisit mendirikan Gereja yang kuat di Mesir (Gereja
Koptik) dan Siria(Yakobit).
III.
KESIMPULAN
Konsili-konsili
Gerejawi merupakan salah satu bagian dari perkembangan Sejarah Geraja. Konsili
adalah sidang resmi para Uskup dan wakil beberapa gereja yang diundang dengan
tujuan merumuskan suatu ajaran atau disiplin Gereja. Konsili ini terjadi oleh karena adanya
pertikaian perbedaan pendapat antara para Theolog mengenai Trinitas
Kristologi. Para Theolog memiliki
pemahaman tersendiri mengenai Theologinya yang diajarkannya kepada pengikutnya.
sehingga terjadi perpecahan Gereja, dan pemerintahan Roma. Disetiap keputusan konsili akan ada
pihak-pihak yang tidak senag karena ajarannya ditolak dan dikutuk. Maka dari
itu mereka terus melakukan perlawan dan itu sangat jelas terlihat bahwa konsili
tidak bisa dilakukan hanya sekali tapi beberapa kali.
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
......KBBI , Jakarta : Balai Pustaka, 1999
A. Kenneth, Curtis,100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, Jakarta:GM, 2011
C. Petry , Ray, A History of Christianity, U.S.A.: Duke
University, 1962
De
Jonge, Cristian, Gereja Mencari Jawaban, Kapital
Selekta Sejarah Gereja, Jakarta:BPK-GM,2009
Henry Bettenson, Documents of the Christian Church,
U.S.A: Oxford University Press, 1971
Jonge, C.DE, Pembimbing Kedalam Sejarah Gereja, Jakarta:
BPK-GM,2009
Laen,
Tony, Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran
Kristen, Jakarta:GM, 2012
Scott Latourette,
Kenneth, A History of Christian, London:Harper & Row, Publishers, 1975
Ven Den End, Th, .Harta Dalam Bejana, Jakarta: BPK-GM, 2011
Walker, Williston, A History ofChristian Education 4th Edition,
British: T & T Clark LDT. Edinburgh, 1986
Wallen, F.D, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2011
Wellem, F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 2006
[1] Cristian De Jonge, Gereja Mencari Jawaban, Kapital Selekta Sejarah Gereja,(
Jakarta:BPK-GM,2009) , 1
[2]
......KBBI (Jakarta : Balai
Pustaka,1999) 520
[3] F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, ( Jakarta: Gunung Mulia, 2006), 232
[4] C.DE. Jonge, Pembimbing Kedalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM,2009), 56
[5]
Tony Laen, Runtut Pijar: Sejarah
Pemikiran Kristen, ( Jakarta:GM,2012), 23
[6]
Ray C. Petry, A History of Christianity,
(U.S.A.: Duke University, 1962), 67
[7]
Curtis, A. Kenneth, 100 Peristiwa Penting
Dalam Sejarah Kristen, ( Jakarta:GM, 2011),
20
[8]
Tony laen, Runtut Pijar: Sejarah
Pemikiran Kristen, 236
[9] Ibbid
23
[10]
Curtis, A. Kenneth, 100 Peristiwa Penting
Dalam Sejarah Kristen, 21
[11]
Curtis, A. Kenneth, 100 Peristiwa Penting
Dalam Sejarah Kristen, 21
[12]
F.D. Wallen M.Th, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2011), 16
[13]
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 241
[14]
Curtis, A. Kenneth, 100 Peristiwa Penting
Dalam Sejarah Kristen, 21
[15]
F.D. Wallen M.Th, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja,16
[16]
Tony Laen, Runtut Pijar: Sejarah
Pemikiran Kristen, 25
[17]
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 236
[18]
Henry Bettenson, Documents of the
Christian Church, (U.S.A: Oxford University Press, 1971), 83
[19]
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 236
[20]
Curtis, A. Kenneth, 100 Peristiwa Penting
Dalam Sejarah Kristen, 21
[21]
Cristian De Jonge, Gereja Mencari Jawaban,
Kapital Selekta Sejarah Gereja, 4
[22]
Th. Ven Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta:
BPK-GM, 2011), 65
[23]
Kenneth Scott Latourette, A History of
Christian, (London:Harper & Row, Publishers, 1975), 112
[24]
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja,236
[25]
Tony Laen, Runtut Pijar: Sejarah
Pemikiran Kristen,32
[26]
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 28
[27]
Tony Laen, Runtut Pijar: Sejarah
Pemikiran Kristen, 32
[28]
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 26
[29]
Tony Laen, Runtut Pijar: Sejarah
Pemikiran Kristen, 32
[30]
Ibbid,33
[31]
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 235
[32]
Williston Walker, A History ofChristian
Education 4th Edition, (British: T & T Clark LDT. Edinburgh, 1986), 87
[33]
Th. Ven Den End, Harta Dalam Bejana, 74
[34]
F.D. Wallen M.Th, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 142
[35]
Ibbid,143
[36]
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 234
[37]
F.D. Wallen M.Th, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-tokoh Dalam Sejarah Gereja, 143
[38]
Tony Laen, Runtut Pijar: Sejarah
Pemikiran Kriste, 50
[39]
Curtis, A. Kenneth, 100 Peristiwa Penting
Dalam Sejarah Kristen, 33
[40]
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 234
[41]
Tony Laen, Runtut Pijar: Sejarah
Pemikiran Kristen, 50
[42]
F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 234
No comments:
Post a Comment