Biara, Keuskupan, dan
kepausan Gereja Romawi Katholik
I.
Pendahuluan
Dalam pertemuan sebelumnya kita
telah membahas Bapa-bapa Gereja barat dan timur, dan Konsili-konsili Gerejawi.
Dan pada sajian kali ini kita akan membahas tentang Biara, Keuskupan, dan
Kepausan Gereja Roma Katholik, agar kita lebih mengerti lagi. Mari kita bahas
sajian kami ini dengan sama-sama, semoga dapat menambah wawasan kita semua.
II Pembahasan
2.1 Pengertian
Biara, Uskup, Paus
2.1.1 Pengertian
Biara
Biara adalah gedung atau rumah tempat
tinggal para biarawan. Disana para biarawan makan, bekerja, dan melakukan
segala sesuatu bersama-sama. Mereka menyebutnya juga dengan sebutan rumah.
Biara disebut pula Kloister.[1] Biara
yang terdiri dari sejumlah unit yang dipagari, dimana setiap unit dibagi atas
beberapa sel yang masing-masing di huni atas 3 orang.[2]Biara-biara
pada masa paus digunaka sebagai pusat kebudayaan, politik, serta teologia.[3]
Biara tempat tinggal biarawan, atau tempat tinggal orang yang berjanji setia.
Ada 3 syarat:
v Tidak
menikah
v Hidup
miskin
v Taat
pada atasan
Sebutan untuk pemimpian biarawan
adalah Abas, sedang sebutan untuk pemimpin biarawati adalah Abes. Pendiri
pertama biara adalah Pachomios(290-346) dimana Pachomios mengorganisasi sebuah
komunitas bagi kaum awam untuk hidup bersama dipersatukan dalam doa dan kaul,
kemiskinan dan kesederhanaan.[4]
2.1.2 Latar belakang biara
Pada abad ke-9 dan ke-10 Gereja benar-benar sakit. Pergumulan politik telah
mencabik-cabik Eropa. Para pemimpin Gereja mulai merampas tanh dan kekuasaan.
Mereka mulai menggunakan kekerasan dan penipuan, serentak bersikap amoral sama
seperti panglima-panglima perang orang kafir. Pada abad pertengahanterjadi
sesuatu reformasi kebiaraan yang dimulai di cluny, Prancis. Perkembangan
kebiaraan pada awal abad ini dimana biara-biara mendapat kedudukan istimewa
dalam masyarakat, memperoleh kuasa besar dibidang duniawi sehingga kebiaraan
memperkuat posisinya sebagai salah satu struktur pendukung kehidupan Gerejani.[5]
2.2.1 Pengertian
Uskup
Uskup merupakan jabatan dalam Gereja.
Dalam Gereja katholik Roma, seorang uskup adalah pengganti pararasul dalam
tugas pewartaan Injil. Uskup melayani sakramen-sakramen dan membimbing umat
supaya hidup sebagai seorang Kristen.
Uskup
terbagi 3 yaitu:
1.Uskup
Agung
Pemimpin suatu
provinsi Gerejawi, yaitu wilayah yang mencakup beberapa keuskupan yang disebut
juga metropolitan. Ia berhak memanggil sinode provinsi. Ia menjalankan fungsi
pengawasan dan bertugas pada pengadilan-pengadilan Gerejawi dalam Gereja
Katholik Roma.
2.
Uskup Pembantu
Petugas yang
membantu uskup yang memimpin suatu keuskupan besar, khususnya untuk menerima
akan sakramen-sakramen dan tahbisan-tahbisan yang hanya dapat dilaksanakan oleh
seorang uskup.
3.
Uskup Tituler
Gelar bagi seorang uskup
Agung yang tidak memiliki wilayah keuskupan. Mereka adalah utusan-utusan paus
atau uskup yang diperbantukan pada para uskup yang memiliki wilayah, yang
disebut Ko,ajutor.[6]
2.2.1.1 Latar
belakang Uskup
Dalam setiap jemaat terdapat sejumlah
penatua (Presbiteroi) yang dari antara merekalah dipilih penilik-penilik
(episkopoi) yang dibantu oleh diaken-diaken (diakonoi) yang dimana
penilik-penilik ini mengurusi soal keuangan dan administrasi dan kebaktian.
Pada abad kedua terjadilah perubahan dalam hubungan antara pejabat-pejabat sau
sama lain. Dalam Gereja mula-mula tidak ada perbedaan pangkat antara mereka,
tetapi sekitar tahun 100, para penilik mulai menganggap pelayan-pelayan lainnya
sebagai bawahannya. Sehingga uskuplah yang berkuasa dalam jemaat sebagai
seorang bapa dalam keluarganya, dimana jika muncul persoalan-persoalan yang
menyangkut beberapa hal yaitu: Penilik, penatuan diaken. Kemudian berlangsung
juga perubahan lainnyakarena emang lebih praktis bahwa pimpinan oleh 1 orang
maka mulai lazim ada 1 penilik untuk seluruh jemaat. Sekitar tahun 150 mereka
menjadi “Klerus” yang berkuasa atas kaum awam, mulai dari sinilah istilah
Yunani “Episkopos” jemaat secara serentak, maka hal itu diputuskan pada suatu
sidang para uskup, atau sinode.[7]
2.2.1.2 Tokoh-tokoh
Uskup
1.
Ambrosius
Ambrosius dilahirkan di
Treves, daerah Rhein pada tahun 340. Ayahnya Aurelius Ambrosius, prefek di gaul
(Perancis Selatan). Ambrosius belajar ilmu hukum di Roma dan Sirnium. Di Milano
ada seseorang uskup yang bernama Auxentius. Tahun 373, Auxentius meninggal. Dan
umat harus memilih seorang uskup baru. Di kalangan umat tidak tercapai suatu
kesepakatan siapa yang mereka pilih menjadi uskup. Pada suatu hari di Gereja
terjadi pertengakaran besar dalam hal pemilihan uskup. Untuk mereduhkan
pertengkaran tersebut, Ambrosius dengan terpogoh-pogoh memasuki Gereja. Umat
percaya bahwa Roh Kudus lah yang berbicara lewat anak kecil sehingga secara
aklamasi mereka meemilih Ambrosius sebagai uskup Milano. Namun Ambrosius tidak
dibersiapkan untuk memangku jabatan Gereja yang kudus dan mulia itu, terlebih
juga dia belum dibaptis. Persetujuan kaisar diperlukan supaya dia bisa menjadi
uskup. Kaisar Valentinianus tidak keberatan sehingga Ambrosius dapat
ditahbiskan menjadi uskup Milano pada 7 Desember 374. Pada abad ke-4, Milano
menjadi tempat kediaman kaisar Romawi Barat. Karena itu, Ambrosius bukan saja
uskup metropolitan Milano, melainkan juga sebagai penasehat keluarga kaisar.
2.
Ireneus
Ireneus
adalah seorang Yunani, yang lahir dari Asia kecil dari keluarga Kristen.
Ireneus lahir diduga sekitar tahun 115-125.[8]
Waktu kecil ia mendengarkan polycarpus, uskup Smirna(salah satu bapa rasuli)
yang pernah mengenal Rasul Yohanes. Sebagai pemuda, dia pindah ke Lyon di
Galilea(Perancis), tempat pertama-tama dia menjadi Presbiter. Pada tahun 177,
ia menggatikan uskup disana yang mati syahid. Dia bukan saja menjadi uskup di
Lyon, tetapi juga di Wina serta beberapa paroki di gaul selatan.[9]
2.3.1 Pengertian
Paus
2.3.1.1 Latar
belakang Paus
2.3.1.2 Proses
pemilihan dan pegangkatan Paus
2.3.1.3 Hak
Dan kewajiban Paus
2.3.1.4 Tokoh-tokoh
Paus
III Kesimpulan
IV Daftar Pustaka
[1]F.D. WELLEM, Kamus sejarah
Gereja, (Jakarta: BPK-GM,2011), 46
[2] G.Van Schie, Rangkuman
sejarah Gerejadalam konteks sejarah Gereja Agama-agama lain, (Jakarta:
OBOR, 1994), 38
[3] C, de Jonge, Pembimbing ke
dalam sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM,2011), 63
[4] Winda Apriantri, Rekaman
catatan SGU I Berthalyna Tarigan, Dikelas I-B, pada tanggal 8 maret 2013
[5] C, de Jone, Pembimbing
kedalam sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 1993), 64
[6] F.D.WELLEM, Kamus sejarah
Gereja, (Jakarta: BPK-GM,2011), 464-465
[7] Th, van den end, Harta dalam
bejana, (Jakarta: BPK-GM, 1995), 26-27
[8] F. D. Wellem, Riwayat Hidup
Singkat, (Jakarta: BPk-GM, 2011), 107
[9] Rick. Cornish, 5 Menit
Sejarah Gereja, (Bandung: Pioner Jaya, 2007), 33-36
No comments:
Post a Comment