Bapa-Bapa Gereja : Gereja
Timur dan Gereja Barat
I.
PENDAHULUAN
Dalam sajian
sebelumnnya, kita telah membahas bagaimana Kristen telah diakui (Religio
Licito) dan bahkan dijadikan Agama negara. Orang Kristen sudah beribadah dengan
bebas dan bahkan sudah memiliki tempat ibadah yang resmi. Tetapi, gereja pada
saat itu sudah dipengaruhi hal-hal duniawi. Disini kami akan membahas mengenai
Gereja Timur dan Gereja Barat yang merupakan bagian dari permasalahan dalam
Gereja yang sudah menduniawi, dan bahkan didalamnnya muncul Bapa-bapa Gereja
yang mempunyai pemikiran-pemikiran teologi dan tindakan agar gereja tidak lagi
menjadi hamba dunia. Semoga sajian ini dapat menambah pengetahuan kita semua.
II.
PEMBAHASAN
2.1.Gereja
Timur dan Barat
Pada abad ke-IV
mulai nyata bahwa corak di gereja bagian Barat ke Kaisaran Romawi, lain dari
pada corak dibagian Timur. Dikemudian hari perbedaan itu mengakibatkan
perpecahan antara dua bagian gereja Am itu, yang masih berlangsung terus sampai
sekarang. Bagian Timur meliputi gerekan Ortodoks Timur. Di bagian Barat
berkembang Gereja Katolik Roma dan selanjutnya juga gereja-gereja Reformasi (Protestan).
Gereja Ortodoks Timur tetap memelihara suasana gereja lama dalam hal tata
gereja yaitu berpegang pada sistem Episkopal, disebut Episkopal sebagai sistem
pemerintahan gereja. Kepala gereja yaitu Patriak Konstantinopel, hanya memegang
kehormatan utama. Sebaliknya, dalam gereja Katolik Roma, Uskup- uskup telah
berada dibawah Paus.[1]
Lama-kelamaan, sejalan dengan perjalanan gereja, makin nyatalah perbedaan dalam
berbagai hal antara bagian Barat dan Timur. Orang Barat yang lebih aktif
tabiatnya mementingkan perbuatan, oleh sebab itu yang diutamakan dibarat ialah
ajaran tentang amal dan jasa, praktek penitensia (penebusan dosa atau perbuatan
penyesalan) dan organisasi gereja. Tetapi di Timur perenunganlah yang dipentingkan: Merenungkan Allah (mistik) dan merenungkan
kebenaran (dogma).[2]
2.2.Bapa-bapa
Gereja
a.
Riwayat
Ignatius dari Anthiokia (35-107)
Ignatius
dilahirkan sekitar tahun 35. Sebelum menjadi kristen Ia adalah kafir dan diduga
turut menganiaya orang kristen. Menurut tradisi, Ignatius adalah uskup di Anthiokia,
Murid Yohanes. Karna kesalehannya ia diangkat menjadi uskup di Anthiokia
menggantikan petrus sehingga ia menjadi uskup kedua. Menurut tradisi dikatakan
bahwa pada masa pemerintahan Kaisar Trayanus pada tahun ke 9, Kaisar
mengunjungi Anthiokia. Di Anthiokia Kaisar mengancam orang-orang yang tidak mau
mempersembahkan korban bagi dewa-dewa dengan hukuman mati dengan demikian
Trayanus mengunjungi Anthokia pada tahun 107, Ignatius mempertahankan imannya
dan menolak untuk mempersembahkan korban kepada dewa-dewa. Ia menolak untuk
menyangkal Kristus. Oleh karna itu Ia dijatuhkan hukuman mati dengan dibuang ke
dalam Colloseum di roma.[3]
v Pemikiran Ignatius
Sekitar
tahun 100 Uskup Ignatius dari Anthiokia ditangkap oleh pemerintahan romawi. Ia
diangkut di Roma, dalam perjalananya Ia menulis tujuh surat kepada beberapa
jemaat di asia kecil bagian barat dan kepada jemaat di roma. Dalam
surat-suratnya Ignatius itu Ia memuji-muji kristus yang menyelamatkan manusia :
“Kucari Dia yang telah mati untuk kita; kurindukan Dia yang telah bangkit untuk
kita”. Ignatius sangat menekankan persatuan antara orang percaya dengan
Kristus. Ignatius menekankan bahwa keselamatan adalah kehidupan. Yang
dipentingkan dalam karya Kristus ialah kebangkitan. [4]
Dalam
suratnya juga Ignatius memesankan agar semua mengetahui bahwa Ia rela mati
untuk Tuhan Ia berkata “Biarlah saya dimangsa binatang-binatang buas, karena
melaluinya saya dapat mencapai Tuhan. Saya adalah gandum Tuhan, dan jika saya
digiling oleh gigi binatang-binatang buas, kiranya nyatalah bahwa saya adalah
roti yang murni.”[5]
b.
Riwayat
Irenaeus (115-125)
Ireneus adalah
orang Yunani, yang lahir di Asia Kecil, mungkin dari Smirna dan berasal dari
keluarga Kristen. Irenaeus adalah seorang Bapa Gereja Timur yang terpenting
pada abad kedua (177).[6]
Pada tahun 177 M ia sudah menjadi presbiter dan ia menyaksikan kekejaman atas
saudara-saudara seimannya di Lyons dan Lugdunum. Uskup Lyons,Photinus, menjadi
korban dari penghambatan ini sehingga Irenaeus diangkat menjadi penggantinya.
Ia bukan saja menjadi uskup di Lyons tetapi juga di Wina serta beberapa paroki
di Gaul Selatan. Irenaeus memberikan sumbangan pemikiran dalam membuktikan
ketidak benaran ajaran sesat dalam memaparkan Kekristenan Rasuli.
v Pemikiran Irenaeus
Karyanya,
ditujukan terhadap aliran Gnostik yang menganggap pengetahuan diatas
segala-galanya.[7] Irenaeus
mempertahankan bahwa Kristus adalah Allah sepenuhnya. Ajarannya yaitu : Sama seperti jiwa, begitu juga tubuh manusia
diciptakan oleh Allah. Maksud Allah ialah supaya tubuh dan jiwa itu kelak
diberi hidup kekal. Namun, karena manusia jatuh kedalam dosa, tubuh dan jiwa
itu tidak dapat tidak harus binasa. Tetapi, ia telah berkenan kepada Allah
untuk menebus kita. Dengan demikian, sesudah mati, kemanusiaan Kristus bangkit
pula dan ikut naik ke sorga. Kita memakan tubuh Kristus, lalu tubuh itu menjadi
suatu obat, semacam ragi, yang lama-kelamaan mengubah sifat tubuh dan jiwa kita
menjadi kekal. Begitulah nanti sesudah mati, kita juga akan mati.[8]
Walaupun demikian, pembenaran oleh iman dan salib Kristus kurang tampil kemuka
dalam teologi Irenaeus, karena pokoknya bukanlah pertentangan antara dosa dan
rahmat, melainkan pertentangan antara akibat dosa, yaitu kefanaan, dan akibat
rahmat yakni hidup yang baka.
c.
Riwayat
Tertilianus (150-220)
Nama
lengkapnya Quiltus Septimius Florens Tertilianus. Ia dilahirkan kira-kira tahun
150 di Cartago. Ayahnya adalah seorang komandan pasukan romawi dibawah
Prokonsul Afrika. Tertilianus adalah seorang yang sangat mahir dalam hukum
Roma. Tertilianus dibesarkan di dalam kekafiran. Pertobatannya menjadi kristen
kira-kira sebelum tahun 197 karena tulisan apologianya
yang terbit pada tahun tersebut.[9]
v Pemikiran Tertilianus
Allah
berzat satu tetapi berpribadi tiga dan Kristus adalah satu pribadi dua tabiat.
Ia memandang relasi manusia dengan Allah selaku terdakwa dihadapan hakim.
Tertilianus mengajar bahwa Logos adalah suatu zat illahi yang lebih rendah
daripada Allah.[10]
d.
Riwayat
Origenes (185-254)
Origenes
adalah seorang Mesir, dari Aleksandria, lahir tahun 185. Bakatnya luar biasa.
Ia Menguasai seluruh filsafat Yunani, tetapi sangat dalam juga pengetahuannya
tentang Alkitab, yang sebagian besar hafal.[11]
Ia mempunyai pengetahuan luas dan ilmu yang tinggi, yang berpengaruh penting
bagi pemikiran Kristen di kemudian hari.[12]
Pada tahun 203, saat berumur 18 tahun, ia diangkat menjadi pemimpin sekolah
kateketik di Aleksandria oleh Demeterius, uskup Aleksandria. Sebab, pemimpin
sekolah tersebut, yaitu Clemens dari Aleksandria, melarikan diri akibat
penghambatan. Origenes mencurahkan seluruh perhatiannya terhadap sekolah itu.
Murid-muridnya makin bertambah, bukan saja orang Kristen, melainkan juga orang
kafir. Banyak juga orang kafir yang bertobat menjadi Kristen lantaran belajar
pada Origenes. Origenes menjalani kehidupan asketis, menghabiskan waktunya pada
malam hari dengan belajar dan berdoa, serta tidur di lantai tanpa alas.
Mengikuti titah Yesus, ia memiliki hanya satu jubah dan tidak mempunyai alas
kaki. Ia bahkan mengikuti Matius 19:12 secara harafiah; mengibiri dirinya untuk
mencegah godaan jasmani. Origenes berhasrat setia pada gereja dan membawa
kehormatan bagi nama Kristus. Pada tahun 228 ia mengadakan perjalanan
perkunjungan yang kedua kalinya ke Palestina. Uskup Aleksander dari Yerusalem
dan Uskup Theoctitus dari Kaisarea menahbiskan dia menjadi Presbiter.[13]
Penahbisannya ini menyebabkan Origenes makin tersohor dikalangan orang kafir
dan orang Kristen sehingga menimbulkan iri hati Demeterius. Origenes didakwa
menyampaikan ajaran-ajaran sesat yang menodai kekristenan dengan
pemikiran-pemikiran kafir, Karena hal itu Origenes dikucilkan.[14]
v Pemikiran Origenes
Origenes
berpendapat bahwa, asal dan tujuan segala yang hidup ialah Allah, Bapa abadi,
yang dari kekal melahirkan segala sesuatu yang ada. Yang pertama dilarikan
ialah Logos, yang ilahi tetapi yang lebih rendah dari pada Allah. Logos atau
Anak melahirkan Roh Kudus. Dari Roh itu berpancar segala roh atau jiwa yang
lebih rendah yang juga bertabiat ilahi tetapi berkehendak bebas. Kehendak itu
salah dipakainya ketika mereka melawan Allah.[15]
e.
Riwayat
Cyprianus (200-258)
Cyprianus
dilahirkan sebagai dari satu keluarga yang kaya raya di Kartago, Afrika Utara,
sekitar tahun 200-220. Orangtuanya beragama kafir. Ia memperoleh pendidikan
sebagaimana untuk orang kaya pada masa itu yaitu retorika (ilmu
berpidato). Kira-kira tahun 245 sekitar
umur 40 tahun, Cyprianus bertobat menjadi kristen berkat hubungannya dengan
seorang presbiter yang bernama Caecillius. Cyprianus melukiskan bagaimana
kehidupannya sebelum kristen sebagai berikut :
“Bagaikan orang buta, waktu itu saya
lari ke kiri dan kanan tanpa tujuan pada malam gelap gulita diombang ambingkan
di atas lautan dunia yang bergelora. Saya melayang-layang tanpa pengetahuan
yang benar tentang hidupku, jauh dari kebenaran dan terang. Melihat tingkah
lakuku waktu itu saya merasa berat dan mestahil untuk melaksanakan perintah
Allah yang merupakan jalan keselamatan.” Setelah
Cyprianus menerimana sakramen baptisan kudus ia pun bertobat secara radikal.
Harta miliknya dibagi-bagikan pada orang miskin.[16]
v Pemikiran Cyprianus
Cyprianus
mengatakan gereja adalah lembaga Illahi, yaitu mempelai Kristus dan hanya ada
satu mempelai. Hanya di dalam gereja manusia akan mendapatkan keselamatan, di
luar itu yang ada hanyalah kegelapan dan kebingungan. Di luar gereja,
sakramen-sakramen dan para rohaniawan bahkan alkitab tidak ada artinya.
Seseorang secara pribadi tidak dapat menjalani hidup seorang kristen melalui
kontak langsung dengan Allah; Ia akan membutuhkan gereja. Karena Kristus
mendirikan gereja diatas Petrus, Si Batu Karang[17]
Dia juga mengatakan bahwa hanya didalam gereja ada keselamatan, dan membuat
banyak orang tersesat (extra ecclesiam nulla salus)
f.
Athanasius
(328-373)
Athanasius
adalah seorang bapa gereja Yunani yang berkali-kali mengalami pengusiran dari
kedudukannya sebagai uskup di Aleksandria karena ia gigih mempertahankan
ajaran-ajaran Konsili Nicea[18].
Ia adalah seorang gerejawan dan mahir dalam administratif hierarkis
Aleksandria.
v Pemikiran Anthanasius
Athanasius
berjuang keras untuk mempertahankan ajaran teologinya tentang pengakuan
keallahan Yesus Kristus karena ia melihat bahwa keselamatan kita bergantung
pada-Nya. Hanya Yesus Kristus yang Ilahi yang dapat menyelamatkan kita.
Athanasius dihadapkan pada tuduhan-tuduhan dari pihak Yahudi dan kafir, bahwa
inkarnasi dan penyaliban anak Allah tidan pantas dan mengurangi martabat-Nya.
Athanasius menjawab bahwa inkarnasi dan salib justru pantas, tepat dan sangat
wajar. Sebab, dunia yang diciptakan melalui Dia hanya dapat dipulihkan oleh Dia.
Pemulihan ini tidak bisa terjadi, kecuali melalui salib. Kitalah yang menyebabkan Ia menjadi daging. Ia mengasihi kita
sedemikian rupa sehingga untuk keselamatan kita, Ia lahir sebagai manusia. Dua
mukjizat terjadi sekaligus dalam kematian Tuhan Yesus Kristus : Kematian
seluruh umat manusia terlaksana dalam tubuh Tuhan dan maut serta kebejatan
dimusnahkan karena firman yang telah menjadi satu dengan-Nya. Ia menyatakan
diri dalam rupa manusia karena kita dapat mengerti Sang Bapa yang tak kelihatan
itu ; Ia menanggung penderitaan orang agar kita mendapat hidup yang kekal.[19]
Teologi Athanasius serupa dengan teologi Irenaeus dengan inti pokok bahwa
Kristus adalah Allah sepenuhnya, dan tidak boleh dibedakan daripada Allah Bapa.
Kalau Kristus bukan Allah maka bagaimana mungkin kita (termasuk tubuh kita)
memperoleh kekekalan kelak ?[20]
g.
Riwayat
Ambrosius (340-397)
Ambrosius
adalah salah seorang bapa Gereja Barat (Latin) yang terkenal. Ia memiliki
kepribadian yang tenang, seorang cendikiawan, plomat dan orator yang
bersemangat. Ambrosius dilahirkan di Treves, daerah Rhein pada tahun 340. Pada
tahun 370 dia diangkat menjadi gubernur Provinsi Italia Utara yang wilayahnya
meliputi daerah-daerah Liguria dan Emilia dengan ibukota Milano. Uskup pada
masa itu adalah Auxentius yang kemudian dia pun meninggal. Dan pada saat itu
sangat sulit mencari penggantinya dan menyebabkan adanya perselisihan. Bahkan
ada jemaat yang mengikuti berbagai aliran yaitu Arian dan Trinitarian. Pada
saat itu juga, gubernur mempunyai tugas mengamankan gereja. Ambrosius ini
dikenal dengan suara kenabian. Dia juga pernah berhadapan dengan 3 Kaisar :
Gratius, Valentinianus dan Theodosius.
v Pemikiran Ambrosius
Ambrosius sangat besar pengaruhnya
dalam gereja yang dimana ia bukan saja Uskup di Milano, melainkan juga sebagai
penasehat keluarga Kaisar. Pengaruhnya dalam masalah-masalah kegerejaan dan
kekaisaran melebihi Uskup Roma. ia berjuang dengan gigih untuk mempertahankan
hak-hak dan kewibaan gereja dihadapan kaisar. Tuntutannya adalah agar kaisar menjadi
pembela kepentingan gereja. Kaisar disebutkan sebagai prajurit Kristus. [21]
Ambrosius menulis buku-bukunya yaitu on
the faith dan on the Holly Spirit (tentang
Roh Kudus) menetapkan arah bagi teologi katolik.[22]
h.
Riwayat
Hieronymus (340-420)
Hieronymus
adalah seorang bapa gereja yang sangat bersemangat memajukan kehidupan
kebiaraan serta menjadikan biara sebagai pusat studi ilmiah. Nama lengkapnya
adalah Sophronius Eusebius Hieronymus. Ia dilahirkan di St.Redon pada daerah
perbatasan Dalmatiah sekitar tahun 331 dan 342. Ia berasal dari keluarga
kristen yang kaya. Di didik di Roma oleh seorang tata bahasa kafir yang bernama
Donatus disana ia belajar returika yang terkemuka, yaitu Victorinus. Ia
menerima sakramen baptisan pada tahun 370 dan setelah itu ia menyerahkan
dirinya sepenuhnya kepada kerajaan Tuhan.[23]
v Pemikiran Hieronymus
Dia menekankan keindahan dan kesalehan hidup
rahib dalam Biara, ia memahami tiga bahasa dengan benar yaitu Ibrani, Yunani,
dan Latin, sehingga ia menterjemahkan Alkitab kedalam berbagai bahasa yang
disebut fulgata (untuk umum), fulgus=
rakyat. Dengan hal ini Ia berkeinginan bahwa Alkitab bisa di baca oleh semua
orang dikemudian hari.[24]
i.
Riwayat
Augustinus (354)
Ia
merupakan seorang bapa gereja yang pandangan-pandangan teologinya sangat
berpengaruh dalam Gereja Barat. Dilahirkan di Tagaste, sebuah kota kecil, yang
sekarang dikenal dengan Souk-Ahras di
Algeria, tidak jauh dari Hippo regius pada tanggal 13 November 354. Dia adalah
orang Roma, Afrika.[25]
Augustinus lama menjadi anggota katekumen, namun tidak bersedia untuk segera
menerima sakramen Baptisan.[26]
Agustinus merupakan petualang jasmani. Dia pernah menghadapi orang-orang
pencari kenikmatan dunia (Hedonisme).Agustinus mengalami pertobatan setelah
mendengar khotbah Ambrosius (Roma 13:13-14) dan mendirikan biara. Setelah
menjadi Kristen, barulah dia diangkat menjadi Uskup.
v Pemikiran Augutinus
Augustinus adalah seorang teolog
besar dalam sejarah gereja. Ia banyak menulis yang didalamnya kita dapat
menimba pandangan teologinya. Ia juga seorang yang dikenalal sebagai pelawan
penyesat-penyesat yang gigih. Dalam perlawanannya dengan Donatisme (aliran
sesat), ia menguraikan pandangannya tentang gereja dan sakramen. Baginya,
gereja bukanlah persekutuan yang eksklusif yaitu yang hanya terdiri dari
orang-orang suci. Gereja adalah kudus pada dirinya sendiri, bukan karena
kekudusan (kesucian) anggota-anggotanya. Mengenai sakramen, Augustinus
berpendapat bahwa, Sahnya sakramen bukanlah bergantung kepada kesucian orang
yang melayankan sakramen, tapi bergantung kepada Kristus sendiri. Pelayan
sakramen hanyalah alat Kristus.
Karya Augustinus yang lainnya
ditulis dalam buku yang berjudul Confenssiones
yang didalamnya diceritakan Riwayat hidup sampai pertobatannya. Karya
besarnya yang lain adalah Decivitate
(kota Allah) dan Detrinitate
(Trinitas).[27]
Pemikiran Augustinus tentang gereja adalah dimana gereja adalah tubuh
Kristus, tempat kediaman Roh Kudus, Ibu semua orang percaya, tempat yang
satu-satunya dimana manusia memperoleh keselamatan melalui iaman dan
sakramen-sakraman,. Walaupun Allah dapat menyelamatkan orang-orang diluar
gereja. [28]
j.
Riwayat
Cyrillus (412-444)
Cyrillus
adalah uskup Aleksandria pada tahun 412. Ia menggantika Theopilus, pamannya, di
Aleksandria. Pada tahun 415, ia menghancurkan sebuah sinagoge di Aleksandria.
Dari tahun 428 hingga 444, kehidupan Cyrillus terjalin dengan
pertikaian-pertikaian mengenai Kristologi atau Trinitas.[29]
v Pemikiran Cyrillus
Inti pandangan
Cyrillus adalah bahwa Kristus Yesus bukan manusia yang didiami atau dipersatukan
dengan Allah Firman, melainkan ia adalah Allah Firman yang telah menjadi
manusia. Cyrillus menyatakan bahwa hal itu seperti hubungan antara susu dengan
air. Sifat khusus air tidak tampak lagi bila dicampur dengan susu, begitu juga
sifat khusus kemanusiaan Kristus menjadi hilang ketika tabiat itu digabungkan
dengan keilahian Kristus sehingga tubuh Kristus mengambil alih sifat-sifat
ilahi seperti kekekalan.[30]
Kami tidak mengatakan bahwa kodrat firman
berubah dan menjadi daging. Begitu pula kami tidak mengatakan bahwa firman
diubah dan menjadi manusia seutuhnya, yaitu bertubuh dan berjiwa. Yang kami
katakan ialah bahwa firman, dengan cara yang tak terungkapkan dan diluar
pengertian manusia, secara hypostatis menyatukan dirinya dengan daging,
dihidupkan dengan jiwa yang akali dan menjadi manusia.Ia telah mengambil bentuk
daging dan darah sama seperti kita. Ia menjadikan tubuh-Nya sama seperti tubuh
kita tanpa melepaskan keAllahan-Nya.[31]
III.
KESIMPULAN
Dari
pemaparan diatas, maka menurut kami penyaji bahwa setiap abad dalam perjalanan
sejarah gereja mempunyai Bapa-bapa gereja yang mempunyai pemikiran dan pengaruh
terhadap gereja, yang dimana pemikiran dan pengaruh bapa-bapa gereja berperan
didalam zaman mereka masing-masing, bahkan juga berpengaruh sampai sekarang.
IV.
DAFTAR
PUSTAKA
Berkhof,
H. & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta:
BPK GM, 2012
C,
Ira., Semakin Dibabat Semakin Merambat, Jakarta : BPK-GM, 2000
Cornish,
Rick, 5 Menit Sejarah Gereja, Bandung:
Yoner Jaya, 2007
Curtis,
A. Kenneth, dkk, 100 Peristiwa Penting
Dalam Sejarah Kristen, Jakarta: BPK GM, 2012
De
Jonge, Ch., dkk, Apa dan Bagimana Gereja,
Jakarta: BPK GM ,2003
den
End, Th. Van, Harta Dalam Bejana, Jakarta
: BPK GM,2000
Lane,
Tony, Runtut Pijar, Jakarta : BPK GM,
2012
Marrou,
Henri, Saint Augustine, New York:
HARPER TORCHBOOKS, 1957
Wellem,
F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta:
BPK GM, 2011
Wellem,
F.D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh
dalam Sejarah Gereja, Jakarta : BPK GM, 2003
[13]Suatu jabatan di kalangan
Kristen pertama, yang diambil alih dari sinagoge Yahudi. Kasih Para Rasul 11:30
dan 15:22 menyaksikan sistem pemerintahan gereja yang kolegial di Yerusalem.
Dalam Kisah Para Rasul 14:23 disaksikan bahwa Paulus mengangkat presbiter dalam
beberapa jemaatnya. Pada mulanya, presbiter tampaknya sama dengan penilik,
sementara dalam KPR 20:17; Filipi 1:1 dan Titus 1:5,7, kedua jabatan ini
dipakai berganti-ganti. Namun, sejak abad ke-2, gelar uskup biasa dipergunakan
untuk ketua dewan presbiter dan uskup mendapat penghormatan, serta mempunyai
hak prerogatif dari presbiter. Dewan presbiter memiliki baik kuasa
administratif maupun pengajaran serta fungsi keimanan. (lih. F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 372)
[18] Konsili untuk menyelesaikan pertikaian tentang
Trinitas, (lih. F.D. Wellem, Kamus
Sejarah Gereja, Jakarta: BPK GM, 2011,
240)
[24] H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 60-61
No comments:
Post a Comment