Kata Inspisari Terindah

Orang Malas Tidak Akan Menangkap Buruannya, Tetapi Orang Rajin Akan Memperoleh Harta Yang Berharga (Amsal 12 : 27) By : Bona Sumbayak
ff

Thursday 3 December 2015

Reformasi oleh Marthin Luther dan Philip Melancthon



Reformasi oleh Marthin Luther dan Philip Melancthon
I.                   Pendahuluan
Reformasi lahir dan berkembang didalam lingkungan gereja dan masyarakat Eropa Barat, yang terjadi pada GKR (Gereja Katolik Roma) di Jerman yang dipimpin oleh Martin Luther dan dibantu sahabatnya Philip Melanchton di kota Wittenberg yang dimana kepemimpinan Paus yang tidak sesuai dengan  kebenaran amanat Alkitab. Pada sajian kali ini kita akan membahas tentang pengertian, latarbelakang terjadinya reformasi serta reformasi yang dilakukan oleh Martin Luther dan Philip Melancthon. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita.   
II.                Pembahasan
2.1. Pengertian Reformasi
Dalam KBBI, Reformasi adalah perubahan secara dratis untuk perbaikan(sosial, politik, atau agama) disuatu negara atau masyarakat.[1] Reformasi juga diartikan sebagai gerakan untuk mengadakan pembaharuan dalam kekristenan barat yang dimulai sejak abad ke-14 hingga abad ke-17.[2] Kata Reformasi dipergunakan secara umum untuk menunjukkan kepada semua usul dan tindakan yang bertujuan memulihkan keadaan gereja serta meniadakan penyelewengan-penyelewengan yang terjadi di gereja.[3]

2.2. Latarbelakang terjadinya Reformasi
Timbulnya Reformasi tidak hanya berkaitan dengan krisis Kepausan pada akhir abad pertengahan yang dijelaskan dalam tulisan tentang gereja dan negara pada abad pertengahan. Timbulnya Reformasi juga berkaitan dengan krisis rohani yang dialami oleh anggota-anggota gereja.[4] Pada abad ke-16 Jerman mengalami krisis di bidang agama dan ekonomi. Krisis ini terjadi karena Roma (pusat kepausan) terlalu mencampuri urusan Gerejawi di masing-masing negara dan melalui imam-imam setempat menuntut banyak pembayaran.
Sementara itu biara-biara setempat memiliki banyak tanah dan harta dan para imam tidak memberi teladan dalam hal perilaku, yang membuat masyarakat dan para petani menjadi resah.[5] Semua orang Kristen di bawah pimpinan Paus telah mulai pudar. Kini raja-raja/Kaisar masing-masing mengatur urusan negaranya sendiri, termasuk urusan gereja di dalam wilayah negara itu. Di tengah situasi yang demikian mempengaruhi jalannya reformasi karena Eropa sudah tidak merupakan kesatuan lagi maka paus dan kaisar tidak dapat begitu saja menumpas gerakan yang tidak mereka sukai. Sehingga munculah reformasi sebagai hasil pergumulan satu orang mengenai gereja pada zamannya yang mendapat pertolongan dari amanat Alkitab.[6]
Timbulnya reformasi ini juga berkaitan dengan krisis rohani yang dialami oleh anggota-gereja-gereja.[7] Selain beberapa hal tersebut reformasi juga disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
a.       Bidang Kerohanian
Sudah sejak abad ke-5 Uskup Roma semakin memperlihatkan dan mengklaim supremasi atau keunggulan atas seluruh gereja, paling tidak di Eropa. Dan klaim supremasi itu kemudian tidak hanya diberlakukan atas gereja melainkan juga atas Negara atau pemerintah dan kemudian disusul dengan penetapan berbagai ajaran gereja yang tidak berdasarkan Alkitab tetapi berdasarkan tradisi.


b.      Bidang Sosial Politik
Setiap raja ingin mengatur urusan negeri atau wilayah kekuasaannya masing-masing dan tidak mau lagi mengakui klaim supremasi gereja atau paus atas gereja. Raja-raja tidak suka tunduk kepada kaisar dan kaisar lebih sering dipandang sebagai antek paus ketimbang sebagai tokoh pemersatu Jerman.
c.       Bidang Kebudayaan
Sejak abad ke 15 timbul  Renaisans yaitu semangat untuk kembali ke kejayaan masa lalu dan untuk itu perlu menggali sumber-sumber dan menemukan kekayaan masa lalu sehingga mengembangkan dalam bentuk-bentuk baru. Dan banyak juga yang  berupaya mengupayakan filsafat yunani dan iman kristiani.
d.      Bidang Ekonomi
Eropa Barat sedang mengalami perkembangan yang pesat, sejak abad ke 15 kelas pedagang dan pengusaha di bidang perdagangan dan industri yang menjadi cikal bakal kapitalisme.[8]
2.1  Martin Luther (1483-1546)
2.1.1        Riwayat Hidup Martin Luther
Martin Luther lahir pada tanggal 10 November 1483 dari pasangan petani di Eisleben, di Jerman. ayahnya seorang penambang namanya Hans Luther, dan ia berasal dari orang miskin ibunya  mendorongnya belajar hukum dengan mengirimnya ke Universitas Erfurt dan pada tahun 1505 dia lulus dalam ujian yang memberi hak kepadanya untuk menuntut ilmu hukum. Tetapi tiba-tiba terjadilah perubahan besar dalam hidup Luther. Pada tanggal 2 juni 1505, dia ditimpa oleh hujan keras disertai guruh dan halilintar. Hampir ia disambar kilat maka ia sangat takut dan getar sambil berseru: “Santa Anna yang baik, tolonglah aku! Aku mau menjadi rahib!”.[9] Ia masuk biara Agustinian pada tahun 1505, dan menjadi iman pada tahun 1507. Karena kemampuan akademisnya, atasannya mengirim dia ke Universitas Wittenberg untuk meraih gelar teologi. Pada tahun 1510 dia pergi ke Roma dan kecewa oleh iman bersifat mekanis yang Ia temui di sana. Ia melakukan semua yang dapat ia lakukan untuk menegakkan kesalehannya. Ia bahkan naik tangga Pilatus, yang dianggap pernah dilalui Kristus. Luther berdoa dan mencium setiap tangga ketika ia naik, namun keraguannya belum teredam. Beberapa tahun kemudian, ia kembali ke Wittenberg sebagai doctor teologi untuk mengajar pelajaran Alkitab. Pada tahun 1515, ia mulai mengajarkan surat Paulus kepada  jemaat di Roma.[10] Pada tahun 1525 Luther melangsungkan pernikahan dengan seorang rahib wanita yang bernama “Katharina Van Bora” dan Luther menganggap bahwa pernikahannya ialah suatu perkara yang suci, bahkan jauh lebih mulia daripada hidup rahib yang pura-pura saja rohani. Martin Meninggal pada tanggal 18 Februari 1546 pada usia 62 tahun di Eisleben.[11]
2.1.2        Reformasi Martin Luther
Penyebab mendasar dari timbulnya reformasi adalah perbedaan antara ajaran atau teologi dan praktik gereja (GKR) dengan ajaran Alkitab. Tetapi peristiwa pemicu reformasi itu adalah penjualan surat penghapusan siksa di Jerman oleh Johan Tetzel.[12] Johan Tetzel adalah kepala penjual seorang Dominican, yang mengadakan propaganda besar dan mengosongkan dompet rakyat Jerman untuk mengisi pundi-pundi Albercht dan Leo X dengan syarat  indulgensia, yaitu  penyesalan yang sunguh-sungguh tidak disebut lagi dan Tetzel mengatakan bahwa surat penghapusan itu mendatangkan hasil yang sangat besar baik bagi pembeli sendiri maupun untuk keluarganya dalam api penyucian. Tetzel berkata: Kalau uang berdenting di dalam peti, melompatlah jiwa itu ke dalam sorga.[13] Dengan adanya surat indulgensia ini banyak orang beranggapan bolehlah mereka berbuat dosa sampai pada hari ajalnya. Lalu Luther terpaksa menyerang kebiasaan buruk ini ketika orang datang mengaku dosa kepadanya menuntut penghapus siksa berdasarkan surat indulgensia Tetzel itu.
Kemudian Luther menulis 95 dalil(Ganjalan Hati) dalam tulisan Latin untuk mengadakan  perdebatan umum mengenai surat itu, lalu memakukannya di depan gerbang istana  Wittenbreg serta mengundang orang cerdik, pandai bertukar pikiran dengan dia baik secara lisan maupun tulisan yang terjadi pada 31 Oktober 1517. Dan pada tanggal ini Gereja-gereja reformatories di peringati sebagai hari reformasi.[14]

2.1.3        Ajaran-ajaran Martin Luther
1. Firman dan Sakramen
Firman dan Sakramen adalah kata-kata kunci dalam kehidupan gereja-gereja Lutheran dan merupakan pusat ajaran Lutheran yang mengacu pada Alkitab sebagaimana dinyatakan lewat semboyan Sola Scriptura.[15] Kebenaran dan keadilan Allah bukan terletak pada ganjaran yang setimpal atas setiap perbuatan manusia, melainkan pengampunan yang Ia karuniakan pada orang berdosa. Rahmat Allah yang mengampuni segala dosa karena darah Yesus Kristus.[16] Penghargaan sakramen tertinggi terletak pada babtisan roh kudus dan perjamuan roh kudus, dan keyakinan Luther bahwa keselamatan hanya diperoleh berdasarkan kasih karunia melalui iman (Sola Grasia dan Sola Fide), sedangkan sakramen mengacu pada penghargaan atas kedua sakramen. Ajaran Luther tentang sakramen perjamuan kudus disebut konsubstansiasi[17]
2.      Jabatan dan Tata Gereja
Luther tidak banyak berbicara tentang pembaruan jabatan tetapi berdasarkan pergumulannya dalam mendalami Alkitab dan ajaran gereja. Ini didasarkan bahwa pemahaman tentang jabatan yang di berlakukan di dalam lingkungan GKR pada waktu itu secara Theologis menyimpang dari amanat Alkitab. Ketika Luther berbicara tentang jabatan, ia segera mengkaitkannya dengan pusat atau inti amanat Alkitab dan dengan hakikat gereja sebagai persekutuan orang-orang beriman, yang telah di selamatkan Kristus dan yang hidup di sekitar Firman dan sakramen.[18]
3.      Tata Ibadah
Bagi Luther yang terpenting dalam Ibadah adalah bagaimana agar jemaat mengalami dengan nyata tindakan penyelamatan Allah di dalam Kristus, dan itu hanya bisa dialami bila kepada mereka Firman diberitakan dengan murni dan dalam bahasa yang dapat dimengerti jemaat, dan sakramen dijalankan dengan benar.[19] Ketika Luther mulai menyelenggarakan sendiri ibadah di jemaat-jemaat, pengikutnya nyanyian dan musik mendapat  tempat penting dalam dan tata ibadah yang disebut dengan Agenda dan tidak ada pembacaan hukum Tuhan (Tata ibadah Lutheran yang asli).[20]

2.1.4. Karya-karya Martin Luther
Sejak 1520 Luther lebih banyak memusatkan perhatian pada penulisan buku ataupun traktat yang memuat rangkaian pandangan dan gagasan yang baru yang kelak ikut menjadi acuan pokok dalam perumusan ajaran dan tata Gereja Lutheran. Di antara tulisan-tulisan yang dihasilkannya pada tahun 1520, ada tiga tulisannya yang patut di catat yaitu:
1)      Kepada Kristen Jemaat mengenai Perbaikan Masyarakat Kristen
Disini Luther antara lain menandaskan bahwa Paus dan kaum Rohaniwan tidak boleh berkuasa atas kaum awam(warga gereja). Setiap orang Kristen adalah imam dan ikut bertanggung jawab di dalam kehidupan gereja. Pandangan ini kemudian dikenal dengan semboyan imamat am semua orang percaya.
2)      Preludium Tentang Pembuangan Babel untuk Gereja
Ini berisi uraian tentang sakramen. Di sini ditegaskan bahwa hanya ada dua sakramen yang ditetapkan Kristus sendiri dan yang ditemukan dasarnya di dalam Alkitab, yaitu Baptisan kudus dan Perjamuan kudus. Makna sakramen serta hubungannya dengan Firman Tuhan juga dirumuskan secara baru sakramen bukanlah saluran anugrah sebagai penjamin keselamatan atas diri kita, melainkan tanda dari apa yang dinyatakan Firman itu. Dengan kata lain, Sakramen adalah Firman dalam rupa tanda, dan sambutan kita dalam menerima sakramen itu hanyalah iman.
3)      Kebebasan Seorang Kristen
Ini merupakan karya yang paling terkenal dan merupakan buku etika Protestan yang pertama, karena menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan perbuatan. Tulisan ini di mulai Luther dengan dua dalil yang seakan-akan saling bertentangan: Seorang kristen pada hakikatnya bebas dari hukum atau taurat mana pun, biar Paus sekalipun, sebab ia sudah memiliki kebenaran kristus dan tidak lagi membutuhkan perbuatan-perbuatan amal.[21]
2.2  Philip Melancthon (1497-1560)
2.2.1        Riwayat Hidup Philip Melancthon
Melancthon dilahirkan dari keluarga yang terhormat dan saleh pada 16 februari 1497 di Bretten, Palatin, Jerman. Ayahnya seorang penyalut tenaga tentara yang cakap bagi pangeran Philip dan Kaisar Maximilianus I. Ibunya adalah kemenakan Reuchlin yang terkenal itu.[22] Melanchthon adalah sahabat terdekat Luther, biarpun perangai mereka sangat berbeda.[23] Melancthon juga adalah salah seorang sarjana Jerman yang matang sebelum waktunya. Ia memiliki banyak bidang keahlian ilmu pengetahuan terutama Philologi Klasik. Pada umur 17 tahun ia telah memperoleh gelar MA dari Universitas Tubingen. Ia menulis dan berbicara dalam bahasa yunani, Latin lebih baik daripada orang Jerman lainnya.
 Ia memulai karyanya di depan umum di Universitas Tubingen sebagai dosen bahasa-bahasa Klasik. Ia menterjemahkan karya-karya Plutarch, Aristoteles. Pada tahun 1518 ia menerbitkan Tata bahasa Yunani yang diterbitkan beberapa kali. Namanya terkenal dimana-mana sehingga datanglah tawaran untuk menjadi mahaguru pada universitas Ingolstadt, Leipzig dan Wittenberg. Ia memutuskan untuk pergi ke wettenberg untuk menjadi mahaguru bahasa Yunani. Atas anjuran Luther ia menikah dengan Katharian Krapp, yang dengan setia menemaninya dalam suka dan duka. Mereka memperoleh 4 orang anak. Istrinya meninggal pada tahun 1557 sementara Melanchthon dalam perjalanan ke Diet Worms. Mendengar kematian istrinya di Heidelberg, ia berkata: “ Syukurlah, saya akan segera mengikutimu”.
 Melanchthon memainkan peranan penting dalam Diet-diet yang diadakan oleh kaisar Karel V. Ia hadir dalam Diet Syeper, 1529 di Margburg. Dalam diet Margburg ia menentang dengan keras ajaran Zwingli tentang perjamuan kudus. Melanchthon di masa-masa akhir hidupnya mencurahkan perhatiannya kepada mengorganisir gerejanya di Saksen atas dasar Semiepiskopal. Karena pandangan-pandangan theologinya mirip dengan Calvin, maka Melanchthon sering dicurigai sebagai Cripto-Calvinisme (calvinisme tersembunyi). Melanchthon meninggal pada tahun 1560 di Wittenberg.[24]
2.2.2 Reformasi Philip Melancthon
Reformasi Philip Melancthon  ketika pada tahun 1530 nasib Reformasi di jerman akan di tentukan.  Karel V  kembali ke jerman sesudah ia tidak mengunjungi negeri itu Sembilan tahun lamanya dan berjanji untuk  mendengar segala pertimbangan dan keterangan dari golongan-golongan yang bersangkutan pada rapat negara yang akan di adakan di Agusburg. Sedangkan Luther tidak bisa menghadiri karena ia masih terkena kutuk kaisar.  Oleh karena itu Melancthon mengharapkan perdamaian dengan kaisar, ia berusaha menekankan segala pokok yang disetujui dan diakui oleh kedua pihak, sudah tentu dengan karangannya yang menjelaskan dengan amat terang tentang segala pandangan theologia reformasi, sehingga karangan itu disebut “Pengakuan Agusburg (Confessio Augustana)”. Yang di akui sebagai surat-surat pengakuan resmi Gereja Lutheran.[25]
2.3.2.      Karya-karya Philip Melancthon
1.      Loci Communes
Melancthon mempersiapkan suatu teologi yang sistimatis bagi golongan reformatoris karangannya itu disebut Loci Communes yang diselesaikannya pada tahun 1521.dalam buku ini melancthon menguraikan ajran ajaran pokok reformatoris terutama mengenai dosa dan anugerah pertobatan dan keselamatan. Loci merupakan buku Dogmatika pertama dari kalangan reformatoris serta bertujuan untuk mempersiapkan jalan menuju pada pengakuan Agusburg yang disusun oleh melancthon sendiri. Pengakuan Agusburg adalah salah satu surat pengakuan resmi Gereja Lutheran. Dan karyanya yang kedua yaitu  Apologi (Pembelaan).[26]
2.3. Perlawanan dari Pihak Paus dan Kaisar
Pada tanggal 15 Juli 1520 terbitlah Bulla Paus, dimana 41 ucapan Luther di tolak dan di anggap sesat. Dan jika dalam waktu 60 hari Luther tidak mencabut perkataannya itu ia akan di pandang penyesat dan harus kenakan hukum gereja. Namun Luther membalas bulla itu dengan  suatu karang yang berkepala: Melawan Bulla Kutuk Antikrist. Dan pada 10 desember ia membakar bulla Paus di depan pintu gerbang kota Wittenberg dan bersama undang-undang GKR karena kitab itu yang membuktikan dengan sejelas-jalasnya, betapa besar kelaliman yang Paus lakukan  dengan sewenang - wenang terhadap Gereja Kristus. Pada tanggal 3 Januari 1521 keluarlah Bulla kutuk Paus, tetapi  hampir tak seorangpun juga yang memperhatikannya. Karena semua orang sadar bahwa sejarah Gereja bukan lagi tergantung kepada Roma Dan pada bulan April 1521 di kota Worms Luther di panggil untuk mempertanggung jawabkan perbuatan-perbuatan dan karangan-karangannya. Dan pada pembelaanya di hadapan kaisar dan raja-raja pada tanggal 18 April 1521 menjadi termasyur. [27]
Sungguhpun rakyat Jerman menghormati Luther selaku pahlawannya, tetapi Kaisar Karel tak ragu-ragu lagi, di mana pada tanggal 26 Mei ia mengeluarkan Edik Worm, di mana Luther dan pengikutnya di kucilkan dari masyarakat dengan kutuk negara dan segala karangan Luther harus di bakar dan dia sendiri boleh ditangkap atau di bunuh oleh siapa saja yang menemui dia.  Ketika ia hendak pulang ia disembunyikan oleh Raja Frederik yang bijaksana yang hendak meluputkan sahabatnya dari bahaya maut dan membawanya kedalam Puri Wartburg yang tinggi letaknya dekat Eisenach untuk menjaga keamanannya.[28]
III.             Kesimpulan
Dari pemaparan diatas kami para penyaji dapat menyimpulkan bahwa perjuangan Martin Luther dan Philip Melancthon adalah perjuangan yang tidak kenal lelah dalam menentang apa yang salah atau yang lari dari jalurnya(tidak sesuai Firman Tuhan) dengan hikmat dan keberanian  yang sangat gigih serta mempertaruhkan nyawa sekalipun tetap di jalankan, dan berserah kepada Tuhan adalah suatu iman yang teguh guna untuk mewujudkan kebenaran yang sesungguhnya inilah yang dilakukan Martin Luther dan sahabatnya Melanchthon dan hal hasil buah iman itu berbuah dan Lutheran diakui sebagai Gereja dan menjadi Kristen protestan(Lutheran) dan dari sinilah banyak Negara tidak percaya lagi dengan GKR dan membuat gerakan reformasi yang seperti yang terjadi  di Negara-negara lain seperti Swiss, Prancis dan Negara yang lainnya.
IV.             Daftar Pustaka
....KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 1996  
Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran didalam dan di luar Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2009
Aritonang, Jan S., Garis Besar Sejarah Reformasi, Bandung: Jurnal Info Media, 2007
Curtis, A. Kenneth, J. Stephen Lang & Randy Petersen, 100  Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009
End, Thomas Van Den, Harta Dalam Bejana, Jakarta: Gunung Mulia, 2013
Enklaar, H. Berkof. I.H., Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010
Jonge, Cristian de, Gereja Mencari Jawab, Jakarta: Gunung Mulia, 2009
Lane, Tony, Runtur Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani, Jakarta: Gunung Mulia, 2012
Willem, F.D., Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011
Willem, F.D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 1999

95 Dalil Martin Luther*
1. Tuhan dan Guru kita Yesus Kristus, ketika Ia mengucapkan"Bertobatlah," dan seterusnya, menyatakan bahwa seluruh hidup orang-orang yang percaya harus diwarnai dengan pertobatan.
2. Kata ini tidak boleh dimengerti mengacu kepada hukuman sakramental; maksudnya, berkaitan dengan proses pengakuan dan pelepasan(dosa), yang diberikan oleh imam-imam yang dilakukan di bawah pelayanan imam-imam.
3. Dan, pertobatan tidak hanya mengacu pada penyesalan batiniah; tidak, penyesalan batiniah semacam itu tidak ada artinya, kecualisecara lahiriah menghasilkan pendisiplinan diri terhadap keinginan daging.
4. Jadi, hukuman itu terus berlanjut selama ada kebencian pada diri sendiri - maksudnya, penyesalan batin yang sejati berlanjut: yaitu,sampai kita masuk ke dalam kerajaan surga.
5. Paus tidak memiliki kekuatan maupun kuasa untuk mengampuni kesalahan apa pun, kecuali yang telah ia diberikan dengan otoritasnya sendiri, atau oleh peraturan.
6. Paus tidak memiliki kuasa untuk mengampuni dosa apa pun, kecuali dengan menyatakan dan menjaminnya te1ah diampuni Allah; atau setidaknya ia dapat memberikan pengampunan pada kasus-kasus yang menjadi tanggungjawabnya, da1am kasus tersebut, jika kuasanya diremehkan, kesalahan akan tetap ada.
7. Allah tidak pernah mengampuni dosa apa pun, tanpa pada saat yang sama Dia menundukkan diri manusia itu, merendahkan diri da1am sega1a sesuatu, kepada otoritas imam, wakilnya.
8. Peraturan pengakuan dosa hanya dikenakan pada orang yang hidup dan tidak seharusnya dikenakan pada orang yang mati; menurut peraturan tersebut.
9. Oleh karena itu Roh Kudus berkarya da1am diri Paus  me1akukan halyang baik bagi kita, sejauh da1am keputusannya, Paus se1a1u membuat perkecualian terhadap aturan tentang kematian dan nasib seseorang.
10. Imam-imam bertindak salah dan tanpa pengetahuan,jika dalam kasus orang yang sekarat, mengganti hukuman kanonik dengan api penyucian.
11. Benih ilalang tentang mengubah hukuman kanonik menjadi hukuman di api penyucian tampaknya tentu saja telah ditaburkan sementara para uskup tertidur.
12. Pada mulanya, hukuman kanonik dikenakan bukan sesudah,melainkan sebelum pengampunan, sebagai ujian untuk pertobatan mendalam yang sejati.
13. Orang yang sekarat melunasi semua hukuman dengan kematian,dianggap sudah mati sesuai hukum kanon dan mendapat hak dilepaskan dari hukum kanon.
14. Kebaikan atau kasih yang tidak sempurna dari orang yang sekarat pasti menyebabkan ketakutan yang besar; dan makin sedikit kebaikan atau kasihnya, makin besar ketakutan yang diakibatkannya.
15. Rasa takut dan ngeri tersebut sudah cukup bagi dirinya sendiri,tanpa berbicara hal-hal lain, tanpa ditambah penderitaan di api penyucian karena hal itu sangat de kat dengan kengerian keputusasaan.
16. Neraka, api penyucian, dan surga tampak berbeda seperti halnyakeputusasaan, hampir putus asa, dan kedamaian pikiran itu berbeda.
17. Jiwa da1am api penyucian, tampaknya harus seperti ini: saat kengerian menghilang, kasih meningkat.
18. Namun, hal itu tampaknya tidak terbukti dengan penalaran apapun atau ayat Alkitab mana pun, api penyucian berada di luar kebaikan seseorang atau meningkatnya kasih.
19. Hal itu juga tidak terbukti; bahwa jiwa dalam api penyucian yakin dan mantap dengan berkat mereka sendiri; mereka semua, bahkan jika kita bisa sangat yakin dengan hal tersebut.
20. Oleh karena itu Paus, ketika ia berbicara ten tang pengampunan sepenuhnya dari semua hukuman, itu bukan sekadar bermakna semua dosa,melainkan hanya hukuman yang ia jatuhkan sendiri.
21. Jadi, para pengkhotbah pengampunan dosa, yang berkata bahwa dengan surat pengampunan dosa dari Paus, seseorang dibebaskan dan diselamatkan dari semua hukuman, melakukan kesalahan.
22. Sebab sesungguhnya ia tidak menghapuskan hukuman, yang harus mereka bayar dalam kehidupan sesuai dengan peraturan, bagi jiwa-jiwa diapi penyucian.
23. Jika pengampunan sepenuhnya bagi semua hukuman bisa diberikan kepada seseorang, sudah tentu tidak akan diberikan kepada seorang pun kecuali orang yang paling sempurna - yaitu, kepada sangat sedikit orang.
24. Oleh karena itu sebagian besar orang pasti tertipu dengan janji pembebasan dari hukuman yang bersifat tidak pandang bulu dan sangat manis itu.
25. Kekuasaan seperti itu dimiliki Paus atas api penyucian secara umum, seperti halnya dimiliki setiap uskup di keuskupannya dan setiap imam di jemaatnya sendiri, secara khusus.
26. Paus bertindak dengan benar dengan memberikan pengampunan dosa kepada jiwa-jiwa, bukan dengan kekuasaan kunci-kunci (yang tak ada gunanya dalam hal ini), melainkan dengan doa syafaat.
27. Orang yang berkata bahwa jiwa seseorang terlepas dari api penyucian segera setelah uang dimasukkan ke dalam peti yang menimbulkan bunyi gemerencing, berkhotbah dengan gila.
28. Sudah tentu, ketika uang yang dimasukkan dalam peti menimbulkan bunyi gemerencing, ketamakan, dan keuntungan mungkin meningkat, tetapidoa syafaat gereja tergantung pada kehendak Allah semata-mata.
29. Siapa tahu apakah semua jiwa di api penyucian ingin dibebaskan darinya atau tidak, sesuai dengan cerita yang dikisahkan tentang Santo Severinus dan Paschal?
30. Tidak ada seorang pun yang yakin tentang realita perasaan berdosanya sendiri, terlebih-lebih pencapaian pengampunan dosa seluruhnya.
31. Seperti halnya petobat sejati itu jarang, demikian juga orangyang sungguh-sungguh membeli surat pengampunan dosa itu jarang -maksudnya, sangat jarang.
32. Orang yang percaya bahwa, melalui surat pengampunan dosa,mereka dijamin mendapatkan keselamatan mereka, akan dihukum secara kekal bersama dengan guru-guru mereka.
33. Kita harus secara khusus berhati-hati terhadap orang yang berkata bahwa surat pengampunan dari Paus ini merupakan karunia Allah yang tak ternilai harganya, yang menyebabkan seseorang diperdamaikan dengan Allah.
34. Sebab kasih karunia yang disalurkan melalui pengampunan inihanya berkaitan dengan hukuman untuk memenuhi hal-hal yang bersifat sakramen, yang ditentukan oleh manusia.
35. Orang yang mengajar bahwa penyesalan yang mendalam itu tidak diperlukan oleh orang-orang yang membeli jiwa-jiwa keluar dari api penyucian atau membeli lisensi pengakuan, tidak mengkhotbahkan doktrinKristen.
36. Setiap orang Kristen yang merasakan penyesalan yang sejati akan mendapatkan pengampunan dosa seluruhnya yang sejati dari penderitaan dan rasa bersalah, bahkan meskipun tanpa surat pengampunan dosa.
37. Setiap orang Kristen sejati, entah yang hidup atau yang mati, mendapatkan bagian dalam semua berkat Kristus dan gereja yang diberikan kepadanya oleh Allah meskipun tanpa surat pengampunan dosa.
38. Namun, pengampunan dosa, yang dilakukan oleh Paus, tidak boleh dipandang rendah dengan cara apa pun sebab pengampunan, seperti saya katakan, merupakan pernyataan pengampunan dosa dari Allah.
39. Menekankan dampak pengampunan dosa yang besar dan pada saat yang sama menekankan pentingnya penyesalan yang sejati di mata orang-orang, merupakan hal yang paling sulit, bahkan juga untuk teologi yang paling terpelajar sekalipun.
40. Penyesalan yang sejati mendambakan dan mencintai hukuman,sementara hadiah pengampunan dosa menjadikannya lega dan membuat manusia membencinya, atau paling tidak memberikan kesempatan bagi mereka untuk membencinya.
41. Pengampunan dosa apostolik harus dinyatakan dengan penuh hati-hati, jika tidak, orang-orang secara salah akan menduga hal itu diletakkan pada perbuatan baik kasih lainnya.
42. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa Paus tidak pernah berpikir bahwa pembelian surat pengampunan dosa dalam cara apa pun bisa dibandingkan dengan karya kasih karunia.
43. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa orang yang memberi kepada orang miskin, atau memberi pinjaman kepada orang yang kekurangan, berbuat lebih baik daripada jika ia membeli surat pengampunan dosa.
44. Karena, me1alui kasih, kasih meningkat, dan manusia menjadilebih baik; sementara melalui surat pengampunan dosa, ia tidak menjadi lebih baik, tetapi hanya lebih bebas dari hukuman.
45. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa orang yang memandang seseorang yang kekurangan dan melewatinya, memberikan uang untuk mendapatkan pengampunan dosa, tidak sedang membeli surat pengampunandosa dari Paus untuk dirinya sendiri, tetapi murka Allah.
46. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, kecuali mereka memiliki kekayaan yang berlimpah, mereka terikat untuk melakukan hal yang perlu untuk dipakai bagi keperluan rumah tangga mereka sendiri dan dengan cara apa pun tidak boleh menghamburkannya untuk mendapatkan surat pengampunan.
47. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, meskipun mereka bebas untuk membeli surat pengampunan dosa, mereka tidak diwajibkan untuk melakukannya.
48. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa Paus, dalam memberikan pengampunan, memiliki kebutuhan lebih banyak dan keinginan lebih banyak agar doa yang tekun dinaikkan baginya, daripada uang yang sudah siap untuk dibayarkan.
49. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa pengampunan dari Paus itu berguna,jika mereka tidak meletakkan kepercayaan mereka penyucian; tetapi paling berbahaya, jika melaluinya mereka kehilangan rasa takut mereka kepada Allah.
50. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa,jika Paus mengetahui tuntutan para pengkhotbah pengampunan dosa, ia akan lebih menyukai jika Basilika St. Petrus dibakar sampai menjadi abu, daripada dibangun dengan kulit, daging, dan tulang domba-dombanya.
51. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, seperti halnya merupakan kewajiban, demikian juga itu merupakan harapan Paus yang jika perlu menjual Basilika St. Petrus dan memberikan uangnya sendiri kepada banyak orang, yang darinya para pengkhotbah pengampunan dosa menarik uang.
52. Sia-sialah harapan untuk mendapatkan keselamatan melalui surat-surat pengampunan dosa, bahkan sekalipun itu komisaris, tidak,bahkan Paus sendiri - harus menjanjikan jiwanya sendiri bagi mereka.
53. Orang yang, demi memberitakan pengampunan dosa, mengutuk firrnan Allah untuk meredakan ketenangan di gereja lainnya, adalah musuh Kristus dan Paus.
54. Kesalahan dilakukan terhadap firman Allah jika, dalam khotbahyang sama, waktu yang sama atau lebih lama dihabiskan untuk membahas surat pengampunan daripada untuk membahas firman Allah.
55. Menurut pikiran Paus jika surat pengampunan, yang merupakan masalah yang sangat kecil, dirayakan dengan satu bel, satu prosesi, dan satu seremoni; Injil, yang merupakan masalah yang sangat besar,seharusnya diberitakan dengan ratusan bel, ratusan prosesi, dan ratusan seremoni.
56. Kekayaan gereja yang menyebabkan Paus mengeluarkan surat pengampunan dosa, tidak cukup didiskusikan atau dikenal di antara umat Kristus.
57. Tampak jelas bahwa kekayaan tersebut bukanlah kekayaan sementara; sebab kekayaan tersebut tidak untuk dibagikan secara gratis,tetapi hanya ditimbun oleh banyak pengkhotbah surat pengampunan dosa.
58. Kekayaan itu juga bukan kebaikan Kristus dan para Rasul; sebab tanpa peran Paus, kebaikan selalu menghasilkan kasih karunia kepada manusia rohani; dan salib, kematian, dan neraka bagi manusia lahiriah.
59. St. Lawrence berkata bahwa harta benda gereja adalah orang-orang miskin di gereja, tetapi ia berbicara menurut penggunaankata itu pada zamannya.
60. Kami tidak tergesa-gesa berbicara jika kami berkata bahwa kuncigereja, yang diserahkan melalui kebaikan Kristus, adalah kekayaan itu.
61. Sangat jelas bahwa kuasa Paus pada hakikatnya sudah memadai untuk mengampuni hukuman dan kasus-kasus yang khusus diberikan padanya.
62. Kekayaan gereja yang sejati adalah Injil Kudus dari kemuliaan dan kasih karunia Allah.
63. Namun, kekayaan itu paling dibenci karena membuat orang yang pertama menjadi yang terkemudian.
64. Sementara kekayaan surat pengampunan dosa paling diterima karena membuat yang terakhir menjadi yang pertama.
65. Oleh karena itu kekayaan Injil adalah jala, yang pada mulanya digunakan untuk menjala orang kaya.
66. Kekayaan surat pengampunan dosa adalah jala yang sekarang digunakan untuk menjala kekayaan orang.
67. Surat pengampunan dosa, yang dipromosikan secara jelas oleh para pengkhotbah sebagai kasih karunia terbesar, dipandang sungguh-sungguh seperti itu sepanjang berkaitan dengan meningkatnya keuntungan.
68. Namun, dalam kenyataan, surat itu tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan kasih karunia Allah dan kesalehan karena salib.
69. Uskup dan imam terikat untuk menerima komisaris kepausan yang mengurusi surat pengampunan dengan segala kehormatannya.
70. Namun, mereka masih terikat untuk melihatnya dengan segenap mata mereka dan memerhatikan dengan segenap telinga mereka supaya orang-orang ini tidak mengkhotbahkan keinginan mereka sendiri, namun mengkhotbahkan apa yang diperintahkan oleh Paus.
71. Biarlah orang yang berbicara menentang kebenaran surat pengampunan dosa Paus terkucil dan terkutuk.
72. Namun, pada sisi lain, orang yang mengeluarkan segenap kemampuannya untuk menentang hawa nafsu dan penye1ewengan kebebasan para pengkhotbah pengampunan, biarlah ia diberkati.
73. Seperti halnya Paus secara adil menghardik orang yangmenggunakan berbagai cara untuk merusak perdagangan surat pengampunan.
74. Terlebih-lebih jika ia menghardik orang yang, dengan dalihsurat pengampunan, menggunakannya sebagai alasan untuk merusak kasih kudus dan kebenaran.
75. Berpikir bahwa surat pengampunan Paus memiliki kuasa sedemikian sehingga mereka bisa membebaskan manusia bahkan jika -meskipun itu tidak mungkin - ia telah bersalah kepada Bunda Allah, merupakan kegilaan.
76. Sebaliknya, kami meneguhkan bahwa surat pengampunan Paus tidak bisa menghapuskan dosa paling remeh sekalipun, sepanjang hal itu terkait dengan kesalahannya.
77. Ungkapan yang mengatakan bahwa seandainya St. Petrus menjadi Paus sekarang, ia tidak bisa memberikan kasih karunia yang lebih besar,merupakan penghujatan kepada St. Petrus dan Paus.
78. Kami sebaliknya meneguhkan bahwa Paus saat ini atau Paus lain mana pun memiliki kasih karunia yang lebih besar yang dapat digunakan menurut kehendaknya - yaitu, Injil,  kuasa, karunia kesembuhan, dan sebagaimana tertulis (1 Korintus XII.9.)
79. Mengatakan bahwa salib yang dihiasi panji-panji kepausan merniliki kuasa yang sama dengan salib Kristus, merupakan penghujatan.
80. Uskup, imam, dan teolog yang mengizinkan khotbah semacam itu beredar di antara umat, harus memberikan pertanggung-jawaban.
81. Khotbah mengenai surat pengampunan dosa yang tidak terkontrolini bukanlah hal yang mudah, bahkan juga bagi orang terpelajar, tidak bisa menyelamatkan Paus dari fitnah, atau, dalam semua peristiwa, pertanyaan kritis kaum awam.
82. Misalnya: "Mengapa Paus tidak mengosongkan api penyucian demi kasih yang paling kudus, dan kebutuhan jiwa yang mendesak - ini menjadi yang paling benar dari semua alasan - jika ia menebus jumlah jiwa yangtidak terbatas demi hal yang paling hina, uang, untuk digunakan membangun Basilika - ini menjadi alasan yang paling sepele?"
83. Sekali lagi: "Mengapa misa penguburan dan misa peringatan hari kematian masih berlanjut, dan mengapa Paus tidak mengembalikan, atau mengizinkan penarikan dana yang diwariskan untuk tujuan ini; karena hal ini merupakan kesalahan untuk berdoa bagi orang-orang yang sudah ditebus?"
84. Sekali lagi: "Apakah karena kesalehan yang baru kepada Allah dan Paus, maksudnya, demi uang, pejabat gereja mengizinkan orang yang tidak beriman dan musuh Allah untuk menebus jiwa-jiwa yang saleh dan mengasihi Allah dari api pencucian, namun tidak menebus jiwa yang saleh dan terkasih itu, berdasarkan kasih yang cuma-cuma, demi kebutuhannya jiwa-jiwa itu sendiri?"
85. Sekali lagi: "Mengapa peraturan tentang penyesalan dosa, yang sudah lama dihapuskan dan mati dalam kenyataannya karena tidak digunakan, sekarang dipatuhi lagi dengan memberikan surat pengampunandosa, seolah-olah peraturan-peraturan tersebut masih hidup dan berlaku?"
86. Sekali lagi: "Mengapa Paus, yang kekayaannya saat ini jauh lebih banyak daripada orang yang paling kaya di antara orang kaya,tidak membangun Basilika St. Petrus dengan uangnya sendiri, sebaliknya dengan uang dari. orang-orang percaya yang miskin?"
87. Sekali lagi: "Apa yang diampuni atau dianugerahkan Paus kepada orang-orang, yang dengan penyesalan yang dalam dan sempurna, merniliki hak untuk mendapatkan pengampunan dan berkat yang sempurna?
88. Sekali lagi: "Berkat yang lebih besar apakah yang akan diterima gereja jika Paus, tidak satu kali, seperti yang ia lakukan sekarang, memberikan pengampunan dosa dan berkat seratus kali sehari kepada setiap orang yang setia dalam iman?"
89. Oleh karena keselamatan jiwa, bukannya uang, yang dicari Paus melalui surat pengampunannya, mengapa ia menunda surat-surat danpengampunan dosa yang diberikan sejak lama karena keduanya sama-sama manjur?
90. Untuk menindas keberatan dan argumen kaum awam dengan kekuatan semata-mata dan tidak menyelesaikannya dengan memberikan penjelasan, berarti memberi kesempatan kepada gereja dan Paus untuk dicemooh musuh-rnusuh mereka dan membuat orang-orang Kristen tidak senang.
91. jika, kemudian, pengampunan dikhotbahkan sesuai semangat dan pikiran Paus, sernua pertanyaan ini akan diselesaikan dengan mudah -tidak, bahkan tidak akan ada.
92. Jadi, menyingkirlah, semua nabi yang berkata kepada umat Kristus, "Damai, damai," dan tidak ada damai!
93. Diberkatilah semua nabi yang berkata kepada umat Kristus, "Salib, salib," dan tidak ada salib!
94. Orang-orang Kristen harus dinasihati untuk setia mengikuti Kristus Sang Kepala mereka melalui penderitaan, kematian, dan neraka.
95. Dan dengan demikian yakin untuk memasuki surga melalui penganiayaan, bukannya melalui damai sejahtera yang palsu.


[1] ....KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996),  
[2] F.D. Willem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 391
[3] A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang & Randy Petersen, 100  Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 75
[4] Cristian de Jonge, Gereja Mencari Jawab, (Jakarta: Gunung Mulia, 2009), 23
[5]  Jan S. Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 16
[6] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: Gunung Mulia, 2013), 152
[7] Christian de Jonge, Gereja Mencari Jemaat, (Jakarta: Gunung Mulia, 2009), 23
[8] Jan Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1995), 24-26
[9] H. Berkof. I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010), 120-121
[10]  A. KENNETH CURTIS, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, ( Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 75-77  
[11]  H. Berkof. I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010), 121
[12] Jan Sihar Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, ( Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 19
                [13] H.Berkhof dan I.H. Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia,2014),127
                 [14]  F.D. Willem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 1999),126          
[15]  Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran didalam dan di luar Gereja, (Jakarta: BPK-GM,2009), 44-45
[16] ……Ibid,172
[17] …..Ibid,135
[18] ……Ibid,46
[19] …..Ibid,49
[20] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan di luar Gereja, (Jakarta: BPK-GM,2009), 46
[21]  Jan Sihar Aritonang, Garis Besar sejarah Reformasi, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 22-23
[22]  F.D. Willem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 1999), 181
[23]  Tony Lane, Runtur Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani, (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 138
[24]  F.D. Willem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 1999), 181-182
[25]  H.Berkhof dan I.H.Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta:Gunung Mulia,2013), 147
[26]  …….Ibid,134
[27] Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: Gunung Mulia, 2013),167
[28] H.Berkhof dan I.H.Enklaar,Sejarah Gereja,(Jakarta:Gunung Mulia,2013),133-134

No comments:

Post a Comment