Kata Inspisari Terindah

Orang Malas Tidak Akan Menangkap Buruannya, Tetapi Orang Rajin Akan Memperoleh Harta Yang Berharga (Amsal 12 : 27) By : Bona Sumbayak
ff

Thursday 3 December 2015

Kritik Terhadap System Etika New Morality

Kritik   Terhadap System Etika New Morality
I.                   Pendahuluan
Old Morality merupakan standard yang diterima oleh umat Kristen sebagai kaidah bagi pikiran dan perbuatan kita dan sebagai norma yang berlaku bagi kehidupan kita sehari-hari. Jadi Old morality mencerminkan response dan sikap orang Kristen terhadap setiap aspek kehendak Allah. New morality merupakan reaksi keras terhadap Old Morality terutama di kalangan muda mudi. Mereka berpendapat bahwa norma-norma tersebut tidak mungkin dipertahankan lagi dalam abad ke-20 ini. Untuk lebih memahaminya saya akan memaparkan tentang Kritik terhadap New Morality semoga sajian ini dapat menambah wawasan kita bersama.
II.                Pembahasan
2.1.Pengertian New Morality
Kata New Morality berasal dari kata New artinya Baru dan Morallity dalam  bahasa latin Mos (Moris), artinya kelakuan.[1] Menurut KBBI kata moral artinya baik buruk yang diterima umum mengenai perilaku, sikap serta kelakuan (ahklak).[2] Kata moral mengacu pada baik - buruknya manusia sebagai manusia sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia dan norma-norma moral adalah tolok-tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Maka dengan norma-norma moral kita betul-betul dinilai.[3]
Jadi dapat disimpulkan New Morality adalah kelakuan atau perbuatan yang baru sehingga meninggalkan perbuatan atau ahklak atau aturan yang lama dalam lingkungan masyarakat.
2.2.Latarbelakang New Morality
New Morality dimulai di dunia Barat melalui beberapa buku karangan, Soundings oleh Vidler tahun 1962 dan tahun 1963 diterbitkan Honest to God oleh J.A. Robinson. Honest to God sungguh mengemparkan umat Kristen di Eropah karna memperkenalkan pikiran dan perkembangan baru dalam bidang Theologia. Dengan perkembangan tersebut timbullah masalah baru “permissive Society” dimana masyarakat menyambut dan menyetujui segala perubahan sikap tehadap mutu hukum kesusilaan yang lama. Masyarakat mengizinkan perbuatan, tingkah laku, pandangan , dan pikiran yang dahulu tidak diizinkan. Permissive Society membiarkan dan mengiakan praktek-praktek pergaulan yang dahulu merupakan pelanggaran terhadap kesusilaan. Permissive Society adalah masyarakat dan pandangan masyarakat di Eropah pada masa kini. Masyarakat umum berpendapat bahwa ajaran Tuhan Yesus dan kepercayaan Kristen tidak lagi sesuai dengan perkembangan ilmiah pada abad ke-20 ini. Maka mereka mengungkapkan keadaan pada masa kini sebagai “Post Christian Era” ( Zaman setelah Kekristenan). Sehingga muncul angket pendidikan agama di sekolah-sekolah “ Apakah pendidikan agama perlu dipertahankan atau dihapuskan ?” hasil angket ini mengejutkan dimana lebih dari 80 % ingin mempertahankan pendidikan agama di sekolah-sekolah tetapi walaupun banyak orang menyadari dekadensi moral namun sedikit sekali yang bersikap konsekwen, sedikit yang berpikir secara objektif. Mereka tidak menyadari bahwa Etika dan agama berjalan sejajar walaupun pendidikan agama dirasakan penting sebab mempengaruhi Etika.[4]
2.3.Tokoh New Morality
Sigmund Freud (1856-1939) lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg Moravia yang pada masa itu merupakan provinsi di bagian utara Kekaisaran Autro Hongaria dan sekarang adalah wilayah Republik Ceska. Freud seorang Austria keturunan Yahudi dan pendiri aliran psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi.[5]  Sigmund Freud yang dipelopori oleh Feurbach, Theologia pengenalan dan pengetahuan akan Allah diganti dengan psikologi (pengetahuan ilmu jiwa). Agama dianggap therapeutic belaka (pengobatan/penghiburan), menurut pandangan Freud, konsepsi Allah Bapa kita di sorga adalah proyeksi jiwa manusia yang mencari perlindungan, sebab manusia merasa kurang aman di tengah-tengah bahaya, ancaman dan ketegangan yang dialaminya di dunia ini. Freud berpendapat agama hanya Psicological chruth atau tongkat yang kita pegang karena merindukan dan mencari stabilitas.[6] Kesadaran moral seseorang berkembang dalam proses penyesuaian dorongan-dorongan instingtualnya pada realitas hidup bersama dalam masyarakat. Secara lebih terinci perkembangan kesadaran moral menurut Freud terjadi dalam proses interaksi kompleks dalam lingkungan keluarga. Di antara dorongan- dorongan spontan manusia (Id) yang paling berperan adalah Libido, nafsu yang ingin memiliki dan menikmati, dan agresi, nafsu yang ingin menghancurkan.[7] Menurut freud, manusia bukan ciptaan Allah atas gambar dan rupa-Nya, melainkan mahkluk yang semata-mata dikuasai oleh libido atau naluri sex, sehingga kebutuhan akan Allah hilang dengan sendirinya dan menolak ajaran Alkitab tengtang manusia sebagai ciptaan Tuhan dan menggantikannya dengan konsepsi baru, yakni bahwa manusia dikuasai oleh Libido.[8]

2.4.Faktor-faktor ilmiah yang sangat mempengaruhi persoalan New Morality
 Perkembangan pemikiran ilmiah dalam aspek humanisme, filsafat, teologia, sosiologi, darwin, dan psikologi yang berpengaruh dalam persoalan "new morality" yaitu :[9]
1.      Perkembangan Humanisme
Humanism mulai pada abad ke-18 dengan Comte dan Feuerbach, yang menyangkali eksistensi Oknum Allah. Humanisme menganggap Allah bukan sebagai oknum tersendiri yang menyatakan diri-Nya , melainkan sebagai prinsip tertinggi adalah kasih dalam diri manusia. Ciri- ciri khas daripada seorang Humanis yaitu kepercayaan penuh akan manusia. Manusia cukup cakap dan sanggup menyelesaikan segala persoalan yang dihadapinya, baik yang bersifat intelektual maupun moral. Seorang humanis memunyai keyakinan dan harapan akan menghasilkan Utopia dalam dunia ( Kemakmuran dalam bidang social politik dan ekonomi).
2.      Perkembangan Filsafat
Posisi humanisme bertambah kuat dan sangat mempengaruhi ilmu filsafat, yang dikembangkan oleh Paul Tillich seorang ahli filsafat Jerman, mengajarkan “ Extreme Immanentism”. Tillich mengemukakan pendapatnya bahwa Allah itu adalah being itself, dan being itself transcends Existence”. Eksitensi terbatas pada waktu dan ruang, sedangkan Being (berada) melampaui segala batas dan ruang. “Being itu tidaklah terbatas”. Allah itu lah dasar daripada Being (berada). Tillich menganggap agama hanya sebagai ekspresi atau kenyataan daripada kebudayaan nasional sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan ilmu filsafat berdasarkan humanisme.
3.      Perkembangan Theologia
Sesuai dengan pandanagn filsafat, Theologia modern menganggap Allah itu hanya Immanen atau sangat dekat dan  bukan lagi jauh ( Transcendent). Dalam Theologia pun Allah tidak lagi oknum Allah Bapa di Sorga, melainkan dasar kehidupan kita ( groud of our being). Allah menjadi impersonal. Para penganut New Morality menyambut pengajaran-pengajaran theologia modern bahwa “God Is Dead Movement “ (Allah sudah Mati) yang pertama kali diutarakan oleh Friedrich Nietzsche, seorang ahli filsafat Jerman pada tahun 1844-1900.  God is dead berarti Theologia lama tengtang Allah yang tertulis dalam kitab suci sudah mati, konsep Allah Bapa yang kita kenal dalam Tuhan Yesus mati seluruhnya.
4.      Pengaruh Sosiologi
John Dewey dari Amerika Serikat mengatakan bahwa Allah itu bukan suatu oknum di luar manusia, melainkan berada “In man’s highest social experiences” ( Allah terdapat ditengah-tengah kehidupan social manusia yang merupakan pengalaman manusia yang paling indah). Durkheim berpendapat bahwa agama dan Etika dalam masyarakat berasal dari “ The collective mind of society” ( Keyakinan dan kepercayaan masyarakat bersama). Allah dibayangkan sebagai kesejahteraan manusia. Maka yang menimbulkan kesejahteraan ialah masyarakat sendiri, masyarakatlah menciptakan security dan rasa aman.
5.      Pengaruh melalui Darwin
Menurut Darwin, keadaan semula merupakan kekacauan, bukan rencana dan order. Kekacauan berangsur-angsur berubah menjadi order melalui proses seleksi dan “ survival of the fittest” (hanya yang paling kuat mepertahankan eksistensi dan hidup). Darwin menyangkal penciptaan Allah dan memajukan teori evolusi.
6.      Pengaruh Psikologi
Freud menyangkal ke-Tuhanan dan agama serta oknum Allah, malah merasa bahwa keagamaan dari manusia merupakan gejala-gejala psikologi yang kurang sehat.  Sigmund Freud yang dipelopori oeh Feuerbach, Theologia (pengenalan dan pengetahuan akan Allah) diganti dengan psikologi ( pengetahuan ilmu jiwa).

2.5.Unsur- unsur New Morallity
1.      Situation
Dalam etika situasi, benar atau salah harus dipertimbangkan dalam setiap keadaan berdasarkan pertimbangan fisik, psikologis, dan materi; bukan "benar" atau "salah", melainkan
apakah tindakah itu bertanggung jawab atau tidak .[10] sehingga etika situasi mempunyai penekanan bahwa untuk menentukan suatu perbuatan itu benar atau tidak bukanlah berdasarkan pada hukum atau norma yang berlaku, melainkan tergantung pada situasi yang ada.[11] 

2.      Kasih
Kasih menjadi sebuah pengganti bagi hukum,  di dalam etika new morality lebih berfokus pada kasih Eros dimana kita mengetahui patokan norma kebenaran dari keempat kasih yaitu Philia, Eros, Storge dan Agave. Sehingga yang menjadi persoalan dalam new morality adalah kasih eros yang dialami kaum muda-mudi tentang asmara.[12]
2.6.Akibat New Morality
·         Timbulnya free Seks
Dalam perjanjian baru, percabulan atau perzinahan (dalam bahasa Yunani Porneia atau Moichos) adalah tindakan- tindakan seksual yang tidak bermoral. Istilah porneia (pornografi) mencakup hubungan seksual tidak sah di antara orang yang belum menikah dengan siapapun , disamping mereka yang sudah kawin dengan orang-orang lain daripada orang dengan siapa mereka bersetubuh dan istilah Moichos berarti perzinahan dalam hal hubungan seksual yang tidak sah antara orang yang sudah nikah dengan orang yang bukan suami atau istrinya.[13] Menurut new Morality, free sex senantiasa berdasarkan mutual agreement (persetujuan bersama yaitu kedua belah pihak), oleh karena itu tidak boleh dipersalahkan.
Ada dua efek sosial yang buruk akibat dari free sex yaitu :
v  Pertama, Pengaruh Watak.
 Dimana hati yang lembut berubah menjadi keras, acuh tak acuh, bahkan menjadi kasar dan sadis. Ia kurang menghargai dan menghormati sesamanya dan miliknya kurang dihargainya.
v  Kedua efek yang paling buruk yaitu yang menjadi dasar pernikahan adalah nafsu.
New morality menuntut kebebasan untuk free seks, asal kasih yang menentukan dan ketaatan mutlak akan hukum kesusilaan tidak akan menguntungkan tapi menyatakan ketidakdewasaan mental. Kalau nafsu sudah surut, maka kedua belah pihak merasa bosan dan bebas untuk mencari patner yang lain.[14] New Morality juga menganjurkan “ Trial Marriage” ((Nikah percobaan) sehingga menimbulkan adanya perceraian.[15]

2.7.Kritik Etika Kristen terhadap New Morality
Kritik Etika Kristen menolak New Morality karna menuntut kebebasan dalam pengalaman Kasih Eros sehingga New Morality menegakkan hanya satu hukum yaitu kasih Eros bukan Kasih Agape. Maka “saling menyerahkan diri” merangkap juga penyerahan fisik sebelum atau diluar pernikahan yang sah.  Kasih Eros berasal dari Allah, sama seperti agape dan Filia, dan merupakan Karunia yang dianugerahkan kepada manusia untuk memperkaya kehidupan kita. Namun, Eros disalahgunakan sehingga mendatangkan kesusahan dan penderitaan bukan kebahagiaan. Kasih tidak terbit dari seks ; seks tidak mendahului kasih. . Empat hal yang harus diketahui tentang kasih eros selaku orang beriman yaitu :
  1. Eros tidak akan selalu berakhir dengan pernikahan.
  2. Eros harus dikontrol dan diberi disiplin.
  3. Eros harus dipelajari dan diketahui secara matang dan mendalam.
  4. Eros harus tunduk kepada Allah.
Secara  kontekstual Iman Kristiani mengajarkan bahwa Eros merupakan titik pertemuan kasih dan Tuhan. Eros disini juga bisa diartikan Tubuh dan Jiwa. Maka untuk mengasihi Tuhan diperlukan keterlibatan Tubuh dan Jiwa juga.[16] Dalam Roma 12 : 28 “ Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan Kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
Penganut new morality tidak menyetujui hukum-hukum kesusilaan yang berdasarkan hukum Allah dan menggantikan kepercayaan kepada Allah dengan kepercayaan diri sendiri . Dalam kejadian 1:26 Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya. Manusia disebut mahluk yang bermoral dan ditempatkan oleh Allah dalam alam yang tunduk kepada hukum moral. Dalam Efesus pasal 4, Rasul Paulus menggariskan rupa Allah dengan sifat-sifat-Nya, yakni kebenaran dan kesucian. Pembaharuan itulah intisari daripada penebusan Yesus Kristus yaitu pembaharu watak dan sifat dalam kebenaran dan kesucian.
 Ada tiga unsur penting dalam moral manusia yakni:
1)      Mahkluk yang moral mengerti perbedaan antara benar dan salah, baik dan buruk .
2)      Mahkluk yang moral mampu melakukan yang benar dan dapat memilih yang benar
3)      Mahluk yang moral hanya memperoleh kebahagiaan yang sejati, kalau ia hidup dalam kebenaran dan kesucian.[17]
Dalam hukum Allah yang ke-7 “ Jangan berzinah” dan mengenai perkawinan Allah mengingatkan supaya setia (Mat.19:5-6), Paulus mengingatkan bahwa tubuh adalah bait Allah maka harus dijaga kekudusannya (1 Kor.6:12-20). Sehingga Free seks dilarang oleh Allah untuk menjamin dan memelihara personality, untuk menjaga kepribadian ataupun tingkah laku dan melarang free seks supaya prikemanusiaan tidak dihinakan. Gejala ini sangat berbahaya karena meniadakan kasih sebagai dasar pernikahan dan unsur terpenting kasih senantiasa dinyatakan dalam kesetiaan, tetapi free sex mengaburkan unsur kesetiaan itu.

III.             Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa New Morality suatu reaksi alam abad ke – 20 yang telah mengantikan kepercayaan kepada Allah dengan kepercayaan kepada diri sendiri serta kepercayaan kepada ilmu seperti ilmu Filsafat, Theologia, Sosiologi, Pengaruh Darwin, dan Psikologi. Penganut-penganut New Morality menyambut segala pikiran baru itu dan tidak mempertahankan standard dan norma yang diterima oleh umat Kristen sebagai kaidah bagi pikiran dan perbuatan dan sebagai norma yang berlaku bagi kehidupan sehari-hari ( Old Morality). Para penganut New Morality tidak menyetujui hukum-hukum kesusilaan yang berdasarkan hukum Allah. Mereka beranggapan bahwa hukum-hukum tersebut tidak menguntungkan manusia, melainkan merugikan.
IV.             Daftar Isi
KBBI Jakarta: Balai Pustaka,2005
Frans Magnis - Suseno,Etika Dasar masalah-masalah pokok Filsafat Moral ,Yogyakarta:Kanisius,1987
Marx ,Dorothy I., New Morality,Bandung:Yayasan Kalam Hidup,1994
Suseno-, Frans Magnis., 12 Tokoh Etika Abad ke-20, Yogyakarta:Kanisius,2000
Verkuyl , J., Etika Kristen Bagian Umum, Jakarta:BPK-GM,2009
White,Jerry ., Kejujuran Moral & Hati Nurani Jakarta : BPK-GM,1999


[1] Dorothy I. Marx, New Morality,(Bandung:Yayasan Kalam Hidup,1994),9
[2]KBBI (Jakarta: Balai Pustaka,2005),754
[3] Frans Magnis- Suseno,Etika Dasar masalah-masalah pokok Filsafat Moral ,(Yogyakarta:Kanisius,1987),19
[4] Dorothy I. Marx, New Morality,1
[5] Frans Magnis-Suseno, 12 Tokoh Etika Abad ke-20,( Yogyakarta:Kanisius,2000),151
[6] Dorothy I. Marx, New Morality,(Bandung:Yayasan Kalam Hidup,1994),26
[7] Frans Magnis-Suseno, 151
[8] Dorothy I. Marx,26
[9] Dorothy I. Marx,19-27
[10] Dorothy I. Marx, New Morality,48
[11] Frans Magnis-Suseno,12 Tokoh Etika Abad ke-20,104
[12] J. Verkuyl, Etika Kristen Bagian Umum, (Jakarta:BPK-GM,2009),253
[13] Jerry White, Kejujuran Moral & Hati Nurani ( Jakarta : BPK-GM,1999),164
[14] Dorothy I. Marx, New Morality,78
[15] Ibid, 81
[16] Ibid, 60-62
[17] Dorothy I. Marx, New Morality,34

1 comment: