Kata Inspisari Terindah

Orang Malas Tidak Akan Menangkap Buruannya, Tetapi Orang Rajin Akan Memperoleh Harta Yang Berharga (Amsal 12 : 27) By : Bona Sumbayak
ff

Sunday 13 September 2015

Ormas Islam ( Nahdatul Ulama/ NU )



Ormas Islam ( Nahdatul Ulama/ NU )
I. Pendahuluan
            Perkembangan agama Islam akhirnya mengalami perubahan-perubahan yaitu dapat dilihat dengan adanya gerakan-gerakan baru yang disebut ORMAS Islam (Organisasi Masyarakat Islam). Dimana Ormas Islam ada beberapa aliran yaitu Muhamadiyah dan Nahdatul Ulama. Dan pada pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai Nahdatul Ulama ( NU). Semoga sajian kami kali bermanfaat untuk menambah wawasan kita.
II. Pembahasan
2.1. Pengertian Ormas Islam
 Ormas adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat warga Negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk ikut serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan Nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.[1] Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada Al-Quran yang diturunkan kedunia melalui Wahyu Allah lewat Malaikat Jibril. Dari pemahaman diatas dapat disimpulkan bahwa Ormas Islam adalah suatu organisasi masyarakat yang di dalamnya ada system hubungan antar orang maupun antar kelompok untuk menyelesaikan kewajiban bersama yang berdasarkan ajaran Nabi Muhammad dan Al-Quran.[2]
2.2. Pengertian Nahdatul Ulama (NU)
 Nahdatul Ulama atau yang disebut dengan Nahdah Al-Ulama (Kebangkitan Ulama). organisasi ini merupakan organisasi yang bersifat sosial berdasarkan ajaran Islam yang berdiri pada tanggal 31 januari 1926 di Surabaya yang diprakarsai oleh K.H. Hasyim Asy’ari ( 1871-1971) dan K.H. Abdul Wahab Hasbullah ( 1888-1971). Organisasi ini menganut empat Mazhab yaitu Hanafi, Maliki, Syahfii, dan Hanbali yang berdasarkan Pancasila. Lambing organisasi ini adalah gambar bola dunia yang dilingkari tali simpul, dikelilingi 9 bintang dan tulisan Nahdatul Ulama bertuliskan huruf Arab dengan warna putih diatas dasar hijau.[3]
2.3. Latar Belakang Berdirinya Nahdatul Ulama
Nahdatul Ulama berasal dari bahasa Arab yaitu Nadhal al-ulama, yang berarti kebangkitan ulama.[4] Latar belakang NU dimulai dari kelompok diskusi Taswirul Afkar yang dibentuk oleh K.H. Wahab Hasbullah dengan rekan-rekan kerjanya yaitu K.H. Mas Mansur yang sebelumnya mereka merupakan mantan anggota organisasi dari Muhammadiyah. Dari hasil diskusi tersebut maka terbentuklah organisasi yang diberi nama dengan Jamyah Nahdatul Wathan ( perkumpulan kebangkitan tanah–tanah air), dengan tujuan agar untuk memperluas mutu pendidikan madrasa. Pada tahun 1992 K.H. Mas Mansur keluar dari Jamyah Nahdatul Wathan dan masuk kedalam organisasi Muhammadiyah pada tahun 1924. Adapun sebab-sebab berdirinya NU yaitu:
1.        Seruan  terhadap penguasa Arab Saudi, Ibn Saud untuk meninggalkan kebiasaan beragama menurut tradisi. Golongan tradisi ini tidak menyukai Wahabisme berkembang di Hijaz oleh karena itu mereka membentuk komite Hijaz yang kemudian berubah menjadi Nahdatul Ulama dalam sebuah rapat di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926
2.        Ketika pembaharuan Islam di Jawa yang dipelopori  oleh Muhammadyah dan PERSIS yang dipimpin oleh K.H.Mas Mansur, Fakih Hasyim dan K.H.Ahmad Dahlan. Pemikiran golongan tradisi selalu bertentangan dengan golongan pembaharu. Dengan demikian latar belakang berdirinya NU merupakan sosial keagamaan di Indonesia yang dalam sejarah perjalanannya jadi PARPOL.

Ada beberapa tahap sehingga nama organisasi ini bernama Nahdatul Ulama yaitu :
·            Para pelajar di Indonesia menuntut ilmu di Mekkah dan mendirikan Serikat Islam di Mekkah dan kemudian mereka pulang ke Indonesia untuk mengembangkan organisasi kaum Muslim.
·            Tahun 1916 Nahdatul-Watan mendapat pengakuan badan hukum dan bantuan pimpinan serikat Islam yaitu oleh Winoto dan seorang arsitek Soejanto.
·            Gerakan ini begerak masih banyak lagi gerakan Islam yang lain seperti Taswitul-Afkar yang berdiri pada tahun 1918 dan organisasi ini bekerja sama dengan Nahdatul-Watan dan gerakan tersebut bergerak dibidang sosial
·            Pada tanggal 31 Januari 1926 maka berdirilah Komite Hizaz dengan tujuan agar umat Islam menjalankan Seriat Agama. Dan dari Komite tersebut maka lahirlah Nahdatul Ulama yang berdiri pada 16 Rajab 1344 di kota Surabaya.[5] Dan organisasi ini menjadi organisasi sosial yang tersebar di Indonesia.[6]

2.4. Tujuan Nahdatul Ulama
 NU memiliki tujuan untuk memperjuangkan berlakunya ajaran Islam yang berhaluan Ahlusunah menzhab Waljamaah dan menganut menzhab 4ditengah-tengah kehidupan didalam wadah Negara NKRI yang berdasarkan Pancasila.[7] Dalam merealisasikan tujuannya, NU membentuk berbagai upaya dibidang masing-masing yaitu :
1. Bidang Keagamaan
Nahdatul Ulama mengusahakan agar terlaksananya ajaran Islam dalam  masyarakat dengan melaksanakan kebaikan dan menjauhi kejahatan serta mempererat tali persaudaraan dengan sesama muslim.
2. Bidang Pendidikan , pengajaran dan kebudayaan
Pengajaran dan kebudayaan dalam mewujudkan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan berdasarkan ajaran Islam untuk membina manusia muslim yang bertaqwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas, terampil, berkepribadian, serta mampu berguna untuk bangsa, agama, dan Negara.
3. Bidang Sosial
NU berupaya untuk mewujudkan keadilan sosial dan hukum disegala lapangan bagi rakyat untuk menuju kesejahteraan umat didunia dan keselamatan di akhirat.
4. Bidang Ekonomi
Untuk mewujudkan terciptanya pembangunan ekonomi yang meliputi berbagai sector tumbuh dan berkembangnya koperasi untuk dapat meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.[8]
2.5. Susunan Kepengurusan Nahdatul Ulama
Keanggotaan NU terdiri atas anggota biasa dan anggota kehormatan. Susunan kepengurusan NU terdiri atas:
1. Mustasyar ( Dewan Penasehat)
2. Syuriah ( Pimpinan Tertinggi )
3. Tanfiddziah ( Pelaksanaan Harian )
Sedangkan tingkat kepengurusannya adalah :
1. Pengurus Besar ( PB ) untuk tingkat pusat
2. Pengurus Wilayah ( PW ) untuk tingkat provinsi
3. Pengurus Cabang ( PC) untuk tingkat kabupaten
4. Pengurus Majelis Wakil Cabang ( PMWC) untuk tingkat Kecamatan
5. Pengurus Ranting ( PR) untuk tingkat desa / keluruhan.[9]

Kepengurusan NU dipegang oleh Muktamar ini diadakan sekali dalam 5 tahun untuk membicarakan dan merumuskan, antara lain:
1. Masalah-masalah keagamaan
2. Mempertanggung jawabkan kebijaksanaan pengurus besar
3.Masalah yang bertalian dengan agama, umat dan masalah yang bersifat  umum
4. Memilih Pengurus Besar.
Selain itu, NU juga memiliki pedoman pokok organisasi, yaitu:
a. Nilai dasar jaminan NU tentang hakikat keberadaan NU sebagai upaya untuk mengantar umatnya dekat dengan Tuhannya.
b. Pola dasar perjuangan NU adalah wawasan keagamaan yang sudah melembaga dan membudaya sehingga merupakan rangkaian perwatakan yang membentengi NU dari segala goncangan
c. Pola pengembangan NU jangka panjang yang meliputi tujuan, landasan, dasar pengembangan dan program umum.[10]
2.6.           Daftar Pimpinan Nadhatul Ulama
Berikut ini adalah daftar ketua Rais Aam Syuriyah (Dewan Syuro) Pengurus Besar Nadhatul Ulama:
No
Nama
Awal Jabatan
Akhir Jabatan
1
KH Mohammad Hasyim Asy’arie
1926
1947
2
KH Abdul Wahab Chasbullah
1947
1971
3
KH Bisri Syansuri
1972
1980
4
KH Muhammad Ali Maksum
1980
1984
5
KH Achmad Muhammad Hasan Siddiq
1984
1991
6
KH Ali Yafie(pjs)
1991
1992
7
KH Mohammad Iitas Ruhiat
1992
1999
8
KH Mohammad Ahmad Sahal Mahfudz
1999-sekarang[11]

2.7. Nahdatul Ulama dan Perkembangan Islam di Indonesia
Aspek-aspek utama hubungan NU dalam perkembangan Islam dapat dilihat dari hal-hal berikut ;
1. Tradisi Keilmuan yang dikembangkannya
2. Pandangan kemasyarakatan yang dimilikinya
3. Cara pengambilan keputusan umum yang digunakannya
4. Proses rekonsiliasi internalnya, jika terjadi perbedaan pandangan yang  tajam
             Semua aspek utama itu berkaitan satu sama lain, dan seringkali berfungsi saling tumpang  dindih walaupun secara keseluruhan berpola saling mendukung. Teori politik NU masa kini menekankan kekuatan kebutuhan sebuah teori politik ( Theory of Non Violent-Politics ). Islam jelas dapat memberikan sumbangan besar terhadap teori politik semacam ini.[12]

2.8.           Pemikiran NU
            Doktrin NU adalah Ahlusssah  Waljama’ah sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem agl ( rasionalis) dengan kaum ekstrem atau naql ( scripturalis ).[13] Karena itu sumber pemikiran NU tidak hanya Al-Quran dan Sunnah tetapi juga menggunakan yang ditambah dengan Realitas Empirik. Dengan demikian NU merumuskan sebagai berikut :
1.        Tawassuth yaitu sikap moderat yang berpijak prinsip keadilan serta berusaha menghindari bentuk sikap Tatharuf ( ekstrim ) baik dalam bidang agama maupun politik karena sikap tersebut mengarah pada kekerasan.
2.        Tasamuh yaitu sikap toleran berisikan penghargaan terhadap perbedaan pandangan dan kemajemukan identitas budaya masyarakat. Karena hanya dengan sikap tasamuh rasa saling percaya dan solidaritas bisa ditegakkan ini merupakan sikap berbangsa.
3.        Tawazun selalu berusaha menciptakan keseimbangan hubungan antara sesame manusia dengan Allah SWT. Dengan sikap Tawazun harmoni dalam kehidupan baik pikiran maupun tindakan bisa terwujud.[14]

III. Kesimpulan
            Dapat disimpulkan bahwa Nahdatul Ulama ini adalah organisasi keagamaan di Indonesia, NU juga sering disebut dengan kebangkitan Ulama. Tujuan NU berdiri untuk memperjuangkan berlakunya ajaran Islam yang berhaluan Ahlusunnah Waljamaah. Dimana Ormas adalah system hubungan antara orang dan kelompok berdasarkan jenis kegiatan dan pembagian fungsional untuk menyelesaikan kewajiban bersama dalam masyarakat. NU sering disebut juga Nahdah Al-Ulama ( kebangkitan Ulama), yang merupakan salah satu organisasi sosial keagamaan di Indonesia.


IV. Daftar Pustaka
……KBBI, Jakarta : Balai Pustaka 1998
…., Ensiklopedia Islam 3 ( Kal-Nah),  Jakarta : PT Bachtiar Baru Van Hoeve, 1994
Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia,  Jakarta: Gunung Mulia, 2006
M.Ali Haidar, Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia,  Jakarta: PT. Gramedia 1999
Nina, M.Armando, dkk, Ensiklopedia Islam ( 5 MAWA-QIBI), Jakarta: Djambatan 1992
Nina, M.Armando,dkk,Ensiklopedia Islam ( 5 MAWA-QIBI), Jakarta: PT.Gramedia 1999
Abdurahman Wahid, Mengurai Hubungan Agama dan Negara,  Jakarta: PT.Gramedia Widyasarana Indonesia, 1999
Nina, M.Armando,Dkk,Ensiklopedia Islam ( 5-MAWA-QIBI ), Jakarta:Indermasa
Abdurahman Wahid, Mengurai Hubungan Agama dan Negara,  Jakarta: PT. Gramedia Widyasarana Indonesia, 1999
Mujamil Komar, NU “ Liberal” dari tradisionalisme Ahulssunah ke universalisme Islam,  Bandung : Mizan, t.t.
Katimin, Mozaik pemikiran Islam, Bandung : Cipta Pustaka Media Perintis, 2010     
      




[2] ……KBBI, ( Jakarta : Balai Pustaka 1998), 630
[3] …., Ensiklopedia Islam 3 ( Kal-Nah), ( Jakarta : PT Bachtiar Baru Van Hoeve, 1994), 345
[4] Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia, ( Jakarta: Gunung Mulia, 2006), 168
[5] M.Ali Haidar, Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia, ( Jakarta: PT. Gramedia 1999), 41-43
[6] Nina, M.Armando, dkk, Ensiklopedia Islam ( 5 MAWA-QIBI), ( Jakarta: Djambatan 1992), 724
[7] ….., Ensiklopedia Islam 3, 345
[8] Nina, M.Armando,dkk,Ensiklopedia Islam ( 5 MAWA-QIBI), (Jakarta: PT.Gramedia 1999), 162
[9] Abdurahman Wahid, Mengurai Hubungan Agama dan Negara, ( Jakarta: PT.Gramedia Widyasarana Indonesia, 1999), 327
[10] Nina, M.Armando,Dkk,Ensiklopedia Islam ( 5-MAWA-QIBI ), Jakarta:Indermasa
[11] WWW.Wikipedia. Com dalam “NU, dan sejarah dan perkembangannya”, diakses 10 September 2013
[12] Abdurahman Wahid, Mengurai Hubungan Agama dan Negara, ( Jakarta: PT. Gramedia Widyasarana Indonesia, 1999), 427,55
[13] Mujamil Komar, NU “ Liberal” dari tradisionalisme Ahulssunah ke universalisme Islam, ( Bandung : Mizan, t.t.), 27
[14] Katimin, Mozaik pemikiran Islam, ( Bandung : Cipta Pustaka Media Perintis ), 322-323

No comments:

Post a Comment