Kata Inspisari Terindah

Orang Malas Tidak Akan Menangkap Buruannya, Tetapi Orang Rajin Akan Memperoleh Harta Yang Berharga (Amsal 12 : 27) By : Bona Sumbayak
ff

Wednesday 26 August 2015

Pengertian Hermeneutika



Pengertian Hermeneutika
I.     Pendahuluan
       Setiap orang Kristen harus mempelajari Alkitab karena Alkitab adalah Firman Allah yang diinspirasikan oleh Allah sendiri, yang berisi segala pengetahuan tentang Allah dan hubungannya dengan semua karya dan ciptaanNya. Namun demikian untuk mengerti isi Alkitab tidaklah selalu mudah karena ada gap komunikasi yang besar sehingga perlu dijembatani. Allah menyampaikan FirmanNya kepada seluruh manusia sepanjang sejarah melalui para penulis Alkitab. Untuk Firman itu sampai kepada manusia dengan baik, dan pada pertemuan kali ini kami para penyaji akan memaparkan apa dan bagaimana hermeneutika yang digunakan dalam Alkitab. Semoga sajian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita bersama.
II.     Isi
2.1.    Etimologi Kata Hermeneutika
Kata Hermeneutik dalam bahasa Ibrani adalah pathar , yang artinya adalah menafsir" (to interprete). Sedangkan kata bendanya adalah pithron, artinya "tafsiran" (interpretation). Kata ini paling umum digunakan dalam konotasi menafsirkan mimpi, karena mimpi berwujud simbol yang artinya tidak jelas (Kej. 41:8,12,15).[1]
Kata Hermeneutik dalam bahasa Yunani adalah hermeneutikos, berasal dari kata hermeneuo,  artinya "menafsir" (to interprete). Kata benda yang dipakai adalah hermeneia, artinya "tafsiran" (interpretation).  
2.2. Defenisi Hermeneutika
Menafsir adalah kegiatan yang biasa kita lakukan setiap hari didalam hidup kita pada saat kita mendengarkan pernyataan lisan atau membaca pernyataan tertulis dan berusaha untuk memahaminya kita sebenarnya telah melakukan penafsiaran eksegese. Istilah “eksegesis” berasal dari kata Yunani exegeomai yang dalam bentuk dasarnya berarti “membawa keluar” atau “mengeluarkan”. Apabila  dikenakan pada tulisan-tulisan, kata tersebut berarti “membaca atau menggali” arti tulisan-tulisan itu. Kata bendanya sendiri berarti “tafsiran” atau “penjelasan”. Jadi pada waktu kita membaca sebuah tulisan atau mendengar suatu pernyataan yang kita coba pahami dan tafsirkan, kita sebenarnya telah melakukan penafsiran atau eksegesis.[2]
2.3. Latar Belakang Hermeneutika
Beberapa dasar defenisi kata hermeneutika dikataan memiliki asal-usulnya didalam nama hermes. Dalam mitologi Yunani, dewa-dewa dipimpin oleh Zeus bersama Maia.Pasangan ini mempunyai anak bernama Hermes. Hermes inilah yang bertugas untuk menjadi perantara dewa dalam menyampaikan pesan-pesan mereka kepada manusia.Metode hermeneutika secara sederhana merupakan perpindahan fokuspenafsiran dari makna literal atau makna bawaan sebuah teks kepada maknalain yang lebih dalam. [3] hermeneutic tidak hanya merupakan semacam ilmu pengtahuan tetapi juga merupakan semacam kesenian. Sebagai ilmu pengetshusn hermeneutic menggunsksn cara-cara ilmiah dalam mencari arti sesungguhnya dari alkitab. Prinsi-prinsip yang digunakannya merupakan suatu system yang masuk akal, dapat diuji dan dipertahankan. Dilain pihak, sebagai semacam kesenian,hermeniutikpun harus menghasilkan sesuatu yang indah, harmonis, bahkan pada kasus tertentu, ia menuntut pendekatan yang berbeda dengan pendekatan ilmiah. Secara sederhana hermeneutic adalah suatu bagian teologi yang bersifat ilmiah dan seni, yang memperhatikan hukum tertentu bahkan melibatkan diri penafsir sepenuhnya, dengan tujuan mencari maksud yang disampaikan oleh penulis alkitab.[4]
2.4. Penerapan Hermeneutika
Penerapan Hermeneutika yang cukup luas pada ilmu – ilmu kemanusiaan, sejarah, hukum, agama, filsafat, seni, kesusastraan, maupun ilmu pengetahuan tentang kehidupan ( life sciences ). Jika pengalaman manusia yang di ungkapkan dalam bentuk bahasa tampak asing bagi pembaca berikutnya maka perlulah di tafsirkan secara benar. Disiplin ilmu yang pertama yang banyak menggunakan hermeneutik adalah ilmu tafsir kitab suci. Sebab semua karya yang mendapatkan inspirasi ilahi seperti Al-Quran, kitab Taurat, kitab kitab Veda dan Upanishad supya dapat dimengerti memerlukan interpretasi atau hermeneutik, karena banyak istilah istilah sulit yang di gunakan dan sulit untuk di mengerti.[5]
2.5.
Hubungan – Hubungan Dari Hermeneutika
Hermenuetik sangat penting dan sangat dibutuhkan, oleh sebab itu hampir semua orang Kristen menyetujuinya.karena Alkitab merupakan sumber utama umat Tuhan mengenal Allah dan Alkitab perlu dipelajari dengan penafsiran. Namun, fakta menunjukan bahwa gereja tidak selalu sepaham dalam penafsiran alkitab.[6] Kepentingan dari hermeneutika untuk dapat mempelajari Alkitab lebih dalam  lagi dalam mengenal Allah, maka kita perlu mengetahui hubungan-hubungan hermeneutika.[7]
Hermeneutic berhubungan erat dengan alkitab-firman Allah yang menyelamatkan manusia yang tersesat.
a.       Hermeneutic berhubungan erat dengan Alkitab sebagai makanan Rohani orang Kristen.
b.      Hermeneutic berhubungan erat dengan Alkitab sebagai petunjuk Allah bagi orang Kristen.
c.       Hermeneutic berhubungan erat denagan Alkitab sebagai senjata Rohani orang Kristen
d.      Hermeneutic berhubungan erat deanagn Alkitab sebagai dasar teologi Agama Kristen
e.       Hermeneutuk berhubungan erat dengan Alkitab sebagai dasar ajaran dan pelayanan berkhotbah dalam jemaat Allah
f.       Hermeneutic berhububgan erat dengan Alkitab sebagai dasar harapan orang Kristen
g.      Hermeneutic berhubungan erat dengan alkitab sebagai wahyu Allah tentang jemaat dan universal
h.      Hermeneutic berhubungan erat dengan Alkitab sebagai kita yang sangat terkenal
2.6. Cara Kerja Hermeneutika
Untuk dapat membuat interpretasi orang lebih dulu harus mengerti atau memahami. Namun keadaan lebih dahulu mengerti ini bukan didasarkan atas penentuan waktu, melainkan bersifat alamiah. Sebab menurut kenyataannya bila seseorang menegerti ia sebenarnya telah melakukan interpretasi, dan juga sebaliknya. Ada kesertamertaan antara mengerti dan membuat interpretasi. Keduanya bukan moment dalam satu proses. Mengerti dan interpretasi menimbulkan lingkaran hermeneutic.  Ia juga harus merumuskan sebuah meteodologi yang akan dipergunakan untuk mengukur seberapa jauh kemungkinan masuknya pengaruh subjektivitas interpretasi objektif yang diharapkan. Dan Ia harus mengenal pesan atau kecondongan sebuah teks, lalu ia harus meresapi isi teks. Jadi seorang penafsir tidak boleh bersikap pasif, ia harus merekonstruksi makna.[8]
III.     Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, penyajin ( "Bona Sogi Sumbayak" dan temen teraneh yg pernah ada yaitu Irma Sari Damanik dan Erna Wati Pasaribu) menyimpulkan bahwa hermeneutic berasal dari bahasa Yunani () yang mempunyai arti menyampaikan (suatu pikiran atau keinginan), menjelaskan (suatu ucapan), dan menerjemahkan  sesuatu dari satu basah ke bahasa lain. Hermeneutic adalah suatu bagian theology yang bersifat ilmiah dan seni, yang memperhatikan hukum tertentu bahkan melibatkan diri penafsir sepenuhnya dengan tujuan mencari maksud yang ingin di sampaikan oleh penafsir Alkitab. 
  IV.     Daftar Pustaka
http://learning.sabda.org/baca.php?b=hermeneutik
John H. Hayes. Dan Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, ( Jakarta: PT BPK 1996), 1
Henry A.Virkler and Karelynne G. Ayayo, hermeneutics principles and processes of biblical interpretation, (America:baker books house company 2008), 15-16
Hasan Susanto, hermeneutic prinsip dan metode Penafsiran Alkitab,(Malang:Departemen Literatur SAAT, 2007), 2-3
Ferguson, Biblical hermeneutics: An Introductio,
Hasan Susanto,Hermeneutik Prinsip dan Metode Pena



[1]http://learning.sabda.org/baca.php?b=hermeneutik
[2] John H. Hayes. Dan Carl R. Holladay, Pedoman Penafsiran Alkitab, ( Jakarta: PT BPK 1996), 1
[3] Henry A.Virkler and Karelynne G. Ayayo, hermeneutics principles and processes of biblical interpretation, (America:baker books house company 2008), 15-16
[4] Hasan Susanto, hermeneutic prinsip dan metode Penafsiran Alkitab,(Malang:Departemen Literatur SAAT, 2007), 2-3
[5] E.Sumaryono, Hermeneutik, (Yogyakarta:Kanisius 1999), 28
[6] Ferguson, Biblical hermeneutics: An Introductio,
[7] Hasan Susanto,Hermeneutik Prinsip dan Metode PenafsitanAlkitab, (Malang: departemen literature SAAT, 2007), 4-11
[8] E.Sumaryono, Hermeneutik, (Yogyakarta:Kanisius 1999), 30

No comments:

Post a Comment