Psikologi Analisis
I.
Pendahuluan
Pada
abad 19 psikologi muncul sebagai disiplin ilmu yang dipelajari. Pada awalnya
ilmu ini belum dipelajari karena psikologi ini masih tergabung dalam filsafat.
Terpisahnya psikologi dari filsafat dapat diidentifikasikan dengan adanya
aliran pertama dalam psikologi yang strukturalisme, yaitu tentang keadaan
mental. Sehingga psikologi terus berkembang dengan munculnya aliran-aliran
modern dalam psikologi, salah satunya ialah psikologi analisis. Pada kesempatan
ini para penyaji akan membahas tentang psikoanalisis tersebut. Semoga dengan
sajian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita.
II. Pembahasan
2.1
Pengertian
Psikologi
Istilah
psikologi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Psychology” yang sekarang ini
telah menjadi kata Indonesia dan merupakan istilah yang menunjukkan kepada
suatu disiplin ilmu tertentu yang sebelumnya dikenal dengan istilah Ilmu Jiwa.
Baik istilah “Ilmu Jiwa” maupun “Psikologi” secara etimologis berasal dari
sumber yang sama, yaitu dari kata Yunani.[1]
Psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan
kata “logos” yang berarti ilmu. Dengan gabungan kedua kata itu, psikologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari jiwa. Tetapi mengartikan psikologi
sebagai ilmu yang mempelajari jiwa sebenarnya kurang tepat, karena dalam
kaitannya psikologi tidak mengkaji jiwa sebagai objeknya karena jiwa merupakan
sesuatu yang tidak dapat diamati secara konkrit. Jiwa hanyalah merupakan salah
satu aspek saja dari kehidupan individu secara keseluruhan. Psikologi
mempelajari perilaku sebagai manifestasi jiwa.[2]
Jiwa itu tidak menampak, maka yang dapat dilihat atau diobservasi ialah
perilaku atau aktivitas-aktivitas yang merupakan manifestasi atau penjelmaan
kehidupan jiwa itu. Karena itu psikologi merupakan suatu ilmu yang meneliti
serta mempelajari tentang perilaku atau aktivitas-aktivitas, dan perilaku atau
aktivitas-aktivitas itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan. Perilaku atau
aktivitas-aktivitas di sini adalah dalam pengertian yang luas, yaitu meliputi perilaku
yang menampak (overt behavior) dan
juga perilaku yang tidak menampak (innert
behavior) atau kalau yang dikemukakan oleh Woodworth dan Marquis ialah baik
aktivitas motorik, aktivitas kognitif, maupun aktivitas emosional.[3]
2.2
Pengertian
Psikologi Analisis
Istilah
ini diciptakan oleh Freud sendiri dan muncul untuk pertama kalinya pada tahun
1896. Secara umum boleh dikatakan bahwa psikoanalisis merupakan suatu pandangan
baru tentang manusia, di mana ketidaksadaran memainkan peranan sentral.
Pandangan ini mempunyai relevansi praktis, karena dapat digunakan dalam
mengobati pasien-pasien yang mengalami gangguan psikis. Freud tidak mulai
dengan menyusun suatu ajaran. Teori psikoanalisis lahir dari praktek dan tidak
sebaliknya. Psikoanalisis ditemukan dalam usaha untuk menyembuhkan
pasien-pasien histeria. Baru kemudian Freud menarik kesimpulan-kesimpulan
teoritis dari penemuannya di bidang praktis.[4]
Freud
sendiri beberapa kali menjelaskan arti istilah psikoanalisis, tetapi cara
menjelaskannya tidak selalu sama. Salah satu cara yang terkenal berasal dari
tahun 1923 dan terdapat dalam suatu artikel yang dia tulis bagi sebuah kamus
ilmiah Jerman. Di situ ia membedakan tiga arti. Pertama istilah “psikoanalisis”
dipakai untuk menunjukkan suatu metode penelitian terhadap proses-proses psikis
(seperti misalnya mimpi) yang sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh
penelitian ilmiah. Kedua, istilah ini menunjukkan juga suatu teknik untuk
mengobati gangguan-gangguan psikis yang dialami pasien neurosis.[5]
Ketiga, istilah yang sama dipakai juga dalam arti lebih luas lagi, untuk
menunjukkan sebuah pengetahuan psikologis yang diperoleh melaui metode dan
teknik tersebut di atas. Dalam arti terakhir ini kata “psikoanalisis” mengacu
pada suatu ilmu yang di mata Freud betul-betul baru. Boleh dicatat lagi bahwa istilah
psikoanalisis mula-mula hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja,
sehingga “psikoanalisis” dan “psikoanalisis Freud” sama artinya.[6]
Nilai
terbesar dari psikoanalisis ialah penemuan macam-macam gejala dalam ketidaksadaran,
kaitan pendesakan dorongan-dorongan dengan neurosa, pentingnya kehidupan
affekt/ emosi dan kemauan, serta psikologi tentang mimpi. Psikoanalisis itu
merupakan aliran modern, yaitu: psikologi
totalitas, yang menitik beratkan kesatuan kehidupan psikis, yaitu kehidupan
kesadaran dan ketidaksadaran saling pengaruh-mempengaruhi. Psikoanalisa disebut
pula sebagai “psikologi verstehen”
(pemahaman), karena adanya pemahaman mengenai kehidupan psikis yang disadari
dalam kaitannya yang lebih tinggi dengan “kehidupan psikis yang tidak
disadari”. Jika pada psikologi lama refleks dan perangsang yang menjadi unsur/
elemen terkecil, maka Freud menyebutkan dorongan sebagai elemen terpenting.
Selanjutnya, orientasi psikoanalisis adalah evolusionistis-naturalistis,
karena menganggap manusia sebagai makhluk dorongan, yaitu dorongan das Es sebagai unsur asal, dan das Ich dan Uber-Ich yang muncul secara evolusionistis dari unsur das Es.[7]
2.3
Latar
Belakang dan Tokoh Lahirnya Psikologi Analisis
2.3.1
Sigmund Freud (1856-1939)
a.
Riwayat
Hidup Sigmund Freud
Ketika
aliran-aliran penting dalam psikologi sedang berkembang dengan pesatnya
mengadakan penelitian-penelitian psikologis secara eksperimental
(Strukturalisme dan Fungsionalisme) di saat itu pula muncul pandangan psikologi
yang dikembangkan melalui dasar-dasar tinjauan klinis-psikiatris oleh aliran
Psikoanalisa yang dipelopori oleh Sigmund Freud, seorang Psikiater Austria.[8]
Sigmund Freud lahir dalam sebuah keluarga Yahudi pada tanggal 6 Mei tahun 1856
di Freiburg, Moravia, dan meninggal dunia di London, Inggris. Ia adalah anak
tertua dari tujuh bersaudara, di antaranya tiga pria dan empat wanita. Ayahnya
Jacob Freud, adalah pedagang wol dan ibunya bernama Amelie Nathanson yang
adalah istri ketiga dari Jacob. Ketika ia berumur empat tahun, keluarganya
pindah ke Wina tempat Freud hidup dan
bekerja sampai tahun 1938. Meskipun ia selalu mengeluh tentang gerahnya
kehidupan di Wina, Freud tidak hanya tinggal di sana hampir seluruh masa
hidupnya, tetapi ia degan seluruh keluarganya hidup di alamat yang sama hampir
selama lima puluh tahun. Freud adalah seorang murid yang cemerlang, setiap
tahun selalu nomor satu di antara teman-temannya di Gymnasium, dan lulus dengan pujian pada tahun 1873.[9]
Ia masuk sekolah kedokteran di Universitas Wina. Di sini Freud menaruh
perhatian pada bidang biologi, ilmu hewan dan ilmu faal, sehingga tahun 1876 ia
sudah membuat penelitian di laboratorium ilmu faal dan kemudian ia diberi tugas
sebagai demonstrator (asisten) oleh Ernst Bruke. Pada tahun 1881 ia mendapatkan
gelar dokternya di Universitas Wina, dan terus bekerja di situ selama 15 tahun.
Pada tahun 1885 memenangkan beasiswa untuk melanjutkan studi di Paris. Di sana
ia belajar di bawah pengawasan Jean Martin Charcot di Salpetriere.[10]
Pada tahun 1886 ketika berumur tiga puluh tahun, tepatnya pada tanggal 13
September 1886, ia menikah dengan Martha Bernays yang memberinya tiga putra dan
tiga putri. Salah satu putrinya yang terkenal sebagai psikoanalisis anak adalah
Anna Freud. Dan karena alasan ekonomis ia mengurangi penelitian ilmiah, serta
membuka praktek sebagai dokter saraf.[11]
b.
Karya-Karya
Sigmund Freud
Sigmund
Freud sebagai bapak pasikoanalisis mempunyai
banyak karya. Pada tahun 1895 Freud dan Breuer mempublikasikan “Studies on Hysteria” (Studi-studi tentang
Histeria). Buku ini melaporkan tentang permulaan penemuan Freud, sebab ia
menemukan psikoanalisis waktu mengobati pasien-pasien histeria dengan metode
Breuer. Berdasarkan metode katarsis itu, telah terbukt adanya kaitan antara
ingatan-ingatan yang dilupakan dengan gejala-gejala histeria, sebab arti
gejala-gejala itu dapat dinyatakan setelah pasien dimasukkan ke dalam keadaan
hipnotis.[12] Tidak
hanya sebatas karya itu saja, dalam perjalanan kerjanya mendapatkan bahwa
impian dari pasiennya dapat memberikan sumber mengenai emotional material yang bermakna. Freud kemudian mempublikasikan
bukunya “The Interpretation of Dreams”
pada tahun 1900 yang dianggap sebagai kerja besar dari Freud. Selama kehidupan
Freud buku tersebut telah ke luar delapan edisi.
Selanjutnya,
pada tahun 1901 Freud mempublikasikan bukunya “The Psychopathology of Everyday Life”, yang berisi deskripsi yang
sekarang dikenal dengan Freudian slip.
Menurut Freud dalam kehidupan sehari-hari baik orang yang normal maupun orang
yang neurotik keadaan tidak sadar (unconcious
ideas) bergelut untuk mengekspresikan dan dapat memodifikasi pemikiran
ataupun perilaku, yang terlihat pada slips
of the tongue. Buku lain dari Freud adalah “Three Essays on the Theory of Sexuality” yang diterbitkan pada
tahun 1905.[13] Begitu
banyak penilaian terhadap freud, akan tetapi pemikirannya tidak dapat
dilupakan. Banyak karya-karyanya yang masih dibaca banyak orang. Terlihat bahwa
banyak edisi murah, seperti paperback
dan pocketbook, tersedia di pasaran
buku di Eropadan Amerika; di samping tentu edisi-edisilebih mahal yang
menyajikan karya-karya klengkap Sigmund Freud. Sangat banyak karya-karya dari
seorang tokoh psikoanalisis Sigmund Freud dan masih dibaca banyak orang. Secara
pendidikan Freud adalah dokter, tetapi ketertarikannya pada bidang filsafat
sudah dimiliki sejak remaja.[14]
c.
Pandangan
Sigmund Freud
Pada
permulaan Freud berpendapat bahwa kehidupan psikis mengandung dua bagian, yaitu
kesadaran (the conscious) dan
ketidaksadaran (the unconcious).
Bagian kesadaran bagaikan permukaan gunung es yang nampak, merupakan bagian
kecil dari kepribadian, sedangkan bagian ketidaksadaran (yang ada di bawah
permukaan air) mengandung insting-insting yang mendorong semua perilaku
manusia. Bagi Freud pengaruh-pengaruh ketidaksadaran ini memainkan peranan yang
besar sekali. Bagian terbesar dari kehidupan psikis itu tidak disadari dan
hanya bagian kecil saja yang muncul dalam kesadaran.[15]
Melalui
analisa terhadap jiwa, yaitu via
psikoanalisa, Freud berusaha menembus kedalaman dari ketidaksadaran, lalu
mengenali macam-macam dorongan dan isi-isi lainnya dalam ketidaksadaran. Dalam
ketidaksadaran itu beroperasilah dorongan-dorongan dan tenaga asal, semuanya
merupakan penampilan dari libido-seksualis atau dorongan kelamin. Freud
berkeyakinan behwa kehidupan seks itu tidak muncul pada usia puber (seperti
yang dinyatakan oleh psikologi lama), akan tetapi sudah muncul sejak usia
kanak-kanak yang masih muda sekali, yang disebutnya sebagai seksualitas infantil.[16]
Misalnya, bayi yang menyusu adalah salah satu penampilan dorongan seksual.[17]
Freud
membedakan tiga sistem dalam hidup psikis, yaitu Id, Ego, dan Superego.[18]
Dalam peristilahan psikoanalisis, tiga faktor ini juga dikenal sebagai tiga
“instansi” yang menandai hidup psikis.
2.3.2
Ruang
Lingkup
Freud percaya bahwa
kepribadian terdiri dari tiga subsistem utama yang berinteraksi guna mengatur
prilaku manusia yaitu :
a)
Id
Istilah Id diambil
Freud dari Georg Groddeck (1922), seorang dokter yang tertarik pada
psikoanalisis. Dilihat dari perkembangannya, Id adalah bagian tertua dari
kepribadian. Id adalah bagian kepribadian yang sangat primitif yang sudah
beroperasi sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar, maka ia mengandung semua
dorongan bawaan yang tidak dipelajari yang di dalam psikoanalisis disebut
insting-insting.[19] Id
berkaitan dengan pengertian ketidaksadaran dan kekuatan yang berkaitan dengan
Id mencakup insting seksual dan insting agresif. Id membutuhkan satisfaction dengan segera tanpa
memperhatikan lingkungan realitas secara objektif, yang oleh Freud disebutnya
sebagai prinsip kenimatan (pleasure
principle).[20]
b)
Ego
Ego sadar akan
realitas. Oleh Freud ego disebutnya sebagai prinsip realita (reality principle). Ego menyesuaikan
diri dengan realita. Freud mengibaratkan hubungan ego-id sebagai penunggang kuda. Penunggang akan memperhatikan
tentang keadaan realitas, sedangkan kudanya mau kemana-mana.
c)
Superego
Struktur
kepribadian yang ketiga yaitu Superego berkembang pada permulaan masa anak
sewaktu peraturan-peraturan diberikan oleh orang tua, dengan menggunakan hadiah
dan hukuman. Perilaku yang salah (yang memperoleh hukuman) menjadi bagian dari conscience anak, yang menrupakan bagian
dari superego. Perbuatan anak semula dikontrol oleh orangtuanya, tetapi apabila
superego telah terbentuk, maka kontrol dari dirinya sendiri. Superego merupakan
prinsip moral.
2.4
Tujuan
Psikoanalisis
Sigmun
Freud mengemukakan tujuan dari psikoanalisis ini adalah membawa kita ketingkat
kesadaran mengenai ingatan atau pikira-pikiran yang di repres atau di tekan,
yang diasumsikan sebagai sumber prilaku yang tidak normal dari pasiennya.[21]
Psikologi
analisis bertujuan untuk mengenali kepribadian seseorang dan permasalahannya
dengan cara mendengarkan tanpa menilai atau memberi kritik. Dan memperlihatkan
sikap ingin mengetahui lebih banyak tentang seseorang tersebut. Dalam psikologi
analisis masalah transferens. Transferens
adalah suatu bentuk ingatan dari kejadian-kejadian yang telah dialami dan yang
diulang kembali dalam keadaan sekarang atau yang akan datang.[22]
2.5
Refleksi
Theologi
Setiap
umat manusia sesekali mengalami memori emosional intens bahwa mereka
menghidupkan kembali pengalaman masa
lalu. Ini adlah seperti sebuah “kilas balik”. Sperti memori stress, begitu
nyata terasa terjadi lagi, disebut suatu abreaksi, tetapi disini Allah hadir di
dalam injilnya membawa kabar baik tentang penyertaanNay didalam hidup setiap
umat manusia yang terdapat dalam Matius 11:28 “ Marilah kepadaKu semua yang
letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”. Inilah yang
bisa menjadi pegangan bagi kita umat kristen untuk mengobati maslah dengan
psikologi analisa. Bisa dikatakan inilah yang bisa menjadi psikoterapi[23]
iman bagi kita pengikut Dia.
III.
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas kami para
penyaji menyimpulkan bahwa psikologi analisa adalah bagian dari ilmu yang
mempelajari tentang jiwa dan kepribadian manusia. Psikologi analisa ini lebih
mendorong terhadap perkembang kepribadian seseorang melalui tingkat kesadaran
dan tingkat ketidaksadaran. Contoh masalah yang dikaji oleh psikologi analisa
seperti depresi, kecemasan, fobia, stress, dan seksualitas yang tidak
terpenuhi. Dibutuhkanya psikologi analisa ini ialah untuk mendapatkan cara pengobatan
terhadap masalah tersebut yaitu dengan metode psikoterapi.
IV.
Daftar
Pustaka
Bertens, K., Panorama Filsafat Modern, Jakarta:
TERAJU, 2005
Bertens,Kees,
Psikoanalisis Sigmund Freud, Jakarta:
Gramedia, 2006
Kartono,
Kartini, Psikologi Umum, Jakarta: Yayasan Penerbit KOSGORO, 1980
Lechte, John, 50 Filsuf Kontemporere: dari Strukturalisme
Sampai Postmodernitas, Yogyakarta: KANISIUS, 2001
Muis,Saludin,
Kenali Kepribadian Anda dan
Permaslahannya dari Sudut Panadang Teori Psikoanalisa, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2009
Naisaban,
Ladidlaus, Para Psikolog Termuka Dunia:
Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, dan Karya, Jakarta: Grasindo, 2004
Palmquist,
Stephen, Fondasi Psikologi Perkembangan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005
Sabri, Alisuf, Pengantar
Psikologi Umum Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993
Semiun,Yustinus, Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik
Freud, Yogyakarta: KANISIUS
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan Bagian I: Ilmu Pendidikan
Teoretis, Bandung: IMTIMA, 2007
Walgito, Bimo, Pengantar
Psikologi Umum, Yogyakarta: ANDI, 2004
[1] Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum Perkembangan, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1993), 1
[2] Tim Pengembang Ilmu
Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I: Ilmu Pendidikan Teoretis
(Bandung: IMTIMA, 2007), 125
[3] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta:
ANDI, 2004), 10
[4]Kees Bertens, Psikoanalisis Sigmund Freud, (Jakarta:
Gramedia, 2006), 1
[5] Neurosis, sering disebut juga psikoneurosis, adalah istilah umum yang merujuk pada
ketidakseimbangan mental yang menyebabkan stress, tapi tidak sepertipsikosis atau kelainan kepribadian, neurosis tidak
memengaruhi pemikiran rasional. Konsep neurosis
berhubungan dengan bidang psikoanalisis, suatu aliran pemikiran
dalam psikologi atau psikiatri.
[6]
Ibid, 2
[7] Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Jakarta: Yayasan
Penerbit KOSGORO, 1980), 127-128
[8] Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum Perkembangan,
30
[9] Ladidlaus Naisaban, Para Psikolog Termuka Dunia: Riwayat Hidup,
Pokok Pikiran, dan Karya, (Jakarta: Grasindo, 2004), 141
[11] Ladidlaus Naisaban, Para Psikolog Termuka Dunia: Riwayat Hidup,
Pokok Pikiran, dan Karya, 142
[12] Kees Bertens, Psikoanalisis Sigmund Freud, 11
[13] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, 76-77
[14] K. Bertens, Panorama Filsafat Modern, (Jakarta:
TERAJU,2005), 118
[15] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, 77
[16] Secara kualitatif
seksualitas infantil sangat berbeda dari seksualitas dewasa, dan penyertaan
perasaan yang diasosiasikan dengan seksualitas infantil sama sekali tidak dapat
dianalogikan dengan penyertaan perasaan dan impulse seksual seperti halnya pada
kehidupan seksual orang dewasa, walaupun kemudian Freud pun menekankan bahwa
perasaan seksual pada masa anak-anak memang ada, namun maknanya sangat berbeda
dari makna seksualitas pada orang dewasa.
[17] Kartini Kartono, Psikologi Umum, 124
[18] Dalam bahasa Jerman, yang
dipakai Freud adalah Es, Ich, dan Ueberich. Dalam bahasa Inggris sudah
menjadi kebiasaan menggunakan kata-kata Latin, yaitu Id, Ego, dan Superego.
[19]Yustinus Semiun, Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik
Freud, (Yogyakarta: KANISIUS), 61
[20] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, 77
[21] Stephen Palmquist, Fondasi Psikologi Perkembangan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 87
[22] Saludin Muis, Kenali Kepribadian Anda dan Permaslahannya
dari Sudut Panadang Teori Psikoanalisa, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 2
[23] Sebuah taktik yang
dilakukan oleh Dokter untuk menangani suatu penyakit mental yang bercirikan
emosi yang mendalam hingga mengganggu norma raga.
i like it
ReplyDeleteTerimakasih :)God Bless
ReplyDelete