KITAB-KITAB SUMBER AJARAN AGAMA HINDU
I.
Pendahuluan
Setiap agama pastilah memiliki latar
belakangnya masing- masing dan kitab sucinya masing-masing. Di dalam sajian
akan kita bahas apa saja kitab- kitab sumber ajaran agama Hindu. Semoga sajian
ini dapat menambah wawasan kita tentang agama Hindu.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian
Agama Hindu
Agama
Hindu bukanlah satu agama, tetapi sejumlah agama-agama, yang serupa dengan
garis besarnya yang sangat penting. Lagi pula di dalam agama Hindu tercantum
juga etika, yang termasuk pada agama-agama ini dan akhirnya juga bentuk
masyarakat, yang ada hubungannya dengan etika tersebut. Keseluruhan ini disebut
dengan nama agama Hindu. Jadi agama Hindu ialah agama orang India dan juga
seluruh kebudayaaan yang bersangkutan dengan itu. Di dalam seluruh kebudayaan
ini sifat yang paling kuat ialah susunan kasta, suatu tata tertib
kemasyarakatan, yang membagi rakyat atas banyak golongan. Susunan kasta ini
memuat:
1. Peraturan-peraturan
untuk perkawinan yang sah.
2. Peraturan-peraturan
untuk menjalankan pekerjaan atau jabatan.
3. Peraturan-peraturan
untuk hak mengadakan makan bersama.
4. Upacara
memberi penghormatan.
5. Peraturan-peraturan
untuk perhubungan perniagaan barang-barang tertentu.
6. Peraturan-peraturan
untuk para hakim, yang dipilih sendiri oleh tiap-tap kata.[1]
2.2.Latar
Belakang Agama Hindu
Agama Hindu adalah suatu agama yang
tertua di dunia yang masih hidup dan berkembang serta mempunyai pengaruh yang
amat luas pada seluruh aspek kehidupan manusia di belahan dunia ini, meskipun
ia berkembang sejak ± 5000 tahun yang lalu.
Hal ini disebabkan oleh
ajaran-ajarannya masih tetap relevan pada setiap masa dan jaman, demikian pula
dalam modern ini. Dalam kurun waktu 5000 tahun yang dilaluinya itu, sudah tentu
Agama Hindu banyak mengalami proses pengembangan dan pengadaptasian yang
dilakukan oleh para pemeluknya yang terdiri dari berbagai latar belakang
kebudayaan[2]
Sebutan agama Hindu sepertinya
berasal dari nama sungai yang sekarang terletak di Pakistan, bernama “Sindhu”,
yang menurut ucapan orang Parsi disebut “Hindu”. Agama ini merupakan peleburan dari
agama asli penduduk Dravida yang sudah tinggi peradabannya. Di India agam ini
sering disebut “Sanata Dharma” (agama yang kekal) atau “Waidika Dharma” (agama
yang berdasarkan atas kitab suci Weda).
Dalam tulisan- tulisan Hindu tua,
unsur- unsur Arya-lah yang sangat berpengaruh. Hal ini tidak mengherankan,
sebab tulisan-tulisan tersebut berasal dari zaman di mana bangsa Arya mengalami
kemenangan dalam peperangan melawan bangsa Dravida. Karena bangsa Dravida
menjadi bangsa yang lebih lemah, maka hidup mereka dijajah bangsa Arya. Hal
tersebut perpengaruh terhadap kebijaksanaan dan ketetapan yang diberlakukan
pada saat itu, oleh bangsa Arya. Dalam tulisan-tulisan terkemudian, lebih
banyak pengaruh kebudayaan pra-Arya tua, yang telah mencapai puncak perkembangan
tertinggi, ketika bangsa Arya yang lebih rendah peradabannya memasuki India[3].
2.2.1.
Kitab-Kitab
Sumber Agama Hindu
2.3.1
Kitab Weda
Pada zaman ini kehidupan keagamaan
orang hindu di dasarkan atas kitab-kitab
yang disebut WedaSamhita, yang
berarti pengumpulan weda.Kata weda berarti pengetahuan (Wid=tahu). Menurut tradisi Hindu kitab - kitab ini adalah
ciptaan dewa brahma sendiri. Isinya di wahyukan oleh dewa brahma kepada para
resi atau para pendeta dalam bentuk mantra-mantra, yang kemudian disusun
sebagai puji - pujian oleh pararesi ,sebagai pernyataan rasa hatinya[4]. Sebagai wahyu dewa yang
tertinggi, maka Weda - weda itu disebut Sruti. Kitab Sruti termasuk kitab utama dari agama Hindu yaitu Weda. Weda mengajarkan ajaran tertinggi
yang diketahui oleh manusia, dan membentuk sumber yang mutlak dalam Agama Hindu[5].
Weda ini adalah kebenaran yang abadi dimana pengamat weda, yang disebut dengan
para Resi, yang mendengar wahyu ini ketika mereka melakukan meditasi yang
mendalam. Weda bukanlah hasil dari pemikiran manusia, tetapi ungkapan apa yang
disadari melalui persepsi itu diisi oleh para Resi Weda, yang memiliki kekuatan
yang dianggap berasal dari Tuhan. Kaum Resi menerima wahyu ini atau
mendengarnya, dan kemudian direkam dalam empat Weda . Weda-weda tersebut adalah Rig Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharwa Weda. Wahyu ini dimunculkan dalam kesadaran para guru, dan
pengalaman-pengalaman, intuisi-intu isi mereka, apa yang mereka dengarkan
tentang Yang Ilahi dimuat dalam teks empat kitab Weda tersebut[6].
Sesudah di bukukan, mantra-mantra itu di bagi 4 bagian atau pengumpulan
(Samhita) beserta penjelasannya[7]:
A.
Rig Weda
Rig weda berasal dari kata “rig” yang berarti memuji. Kitab
ini berisi 1000 puji-pujian kepada para dewa dalam bentuk kidung, dan
masing-masing kidung (sukta) terbagi dalam
beberapa bait. Bagian akhir Rig Weda membicarakan perawatan orang mati,
pembakaran dan penguburannya. Menurut umat Hindu, Rig Weda ini sangat penting .
Di dalamnya terdapat pengertian dan isyarat akan agama yang monoteistis dengan
falsafah yang monistik. Arah monoteisme tersebut muncul sekitar Dewa Prajapati,
Tuhan Pencipta. Akan tetapi monoteisme disini belum dalam pengertian yang tajam
seperti pengertian monoteisme modern.
B.
Sama Weda
Sama Weda merupakan suatu bunga rampai dari Rig Weda, dan
sangat menekankan pada tanda-tanda irama musik. Tanda-tanda musik ini kemudian
memunculkan musik Karnatik India, musik klasik India yang asli. Musik Karnatik
berhubungan dengan lagu pengabdian pada para dewa dan didasarkan atas tujuh
suara: Sa, Re, Ga, Ma, Pa, Dha dan Ni. Kombinasi dan permutasi dari tujuh
suara ini digunakan untuk menciptakan irama yang dikenal dengan raga. Sama Weda terdiri dari 1.549 bait.
Puji-pujian dinyanyikan diikuti dengan irama musik oleh para pendeta yang
disebut udgatar, dan biasanya
dilakukan pada waktu upacara korban diselenggarakan.
C. Yayur
Weda.
Weda ini tidak hanya memuat mantra-mantra dan persembahan
Soma saja, akan tetapi juga mantra-mantra yang diucapkan dalam beberapa upacara
kecil. Yayur weda memiliki hubungan yang sangat erat dengan Rig weda dan
SamaWeda, dan ketiganya sering disebut dengan “Tri-Wedi”.
D. Atharwa-weda.
Para Atharwan adalah golongan pendeta tersendiri. Dalam Weda
ini dijumpai lagi kidung-kidung yang harus diucapkan pada waktu mempersembahkan
Soma. Isi Atharwa Weda berupa mantra-mantra magis dan doa-doa yang bunyi dan
artinya sendiri sudah diangga sudah memiliki kekuatan.
2.3.2. Kitab Brahmana
Berbeda dari naskah atau kitab Samhita, kitab Brahmana
disusun oleh para pendeta Brahmana sekitar abad ke-8 SM. Untuk menjelaskan
tentang daya kekuatan korban. Dengan kata lain, kitab tersebut bukanlah kitab
puji-pujian kepada para dewa, tetapi merupakan kitab yang berisi keterangan-keterangan dari para
Brahmana tentang korban dan sesaji. Uraian - uraian didalamnya banyak yang
membosankan dan sukar dipahami padahal pikiran dasarnya justru sangat
sederhana. Keterangan-keterangan tersebut disertai dengan mitos dan legenda
tentang manusia dan para dewa dengan memberikan ilustrasi ritus - ritus korban[8].
Brahmana juga menekankan dan membahas upacara pengorbanan dan teknik yang benar
dalam pelaksanaannya. Termasuk penjelasan dalam menggunakan mantra dalam
upacara dan menimbulkan kekuatan mistik dari pengorbanan itu. Bagian ini
disebut dengan Brahmana karena mereka membahas tugas dari para Brahim (pendeta)
yang melakukan pada saat upacara pengorbanan. Kitab Aitareya dan Kausitaki
(Samkhayana). Merupakan kitab Brahmana dari Rigweda dan Aitareya lebih tua
umurnya dan isinya pun lebih tebal. Aitareya merupakan karya gabungan, lima
bagian yang pertama (Panchika) lebih tua dibandingkan dengan tiga bagian yang
terakhir. Demikian pula hanya 2 kitab Brahmana dan Samaweda yang masih tersisa,
yakni : Jaiminiya dan Tandyamaha Brahmana, yang terakhir ini disebut pula
Pancavimsa Brahmana.
Pada
bagian akhir kitab Brahmana terdapat tambahan, kemudian tambahan inilah yang
disebut sebagai kitab Anyaraka. Kitab
ini berisi tentang renungan sekitar masalah korban sehingga dianggap sakti.
Karena itu mempelajarinya harus ditempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal
manusia, yaitu ditengah-tengah hutan, Aranya
= hutan. Aranya (“kitab yang berasal dari hutan”; yaitu buku yang
dihasilkan dengan bermeditasi di hutan yang sepi) yang menandai transisi dari
pengorbanan Brahma nikal menuju filsafat dan spekulasi metafisika, yang
kemudian dimuat dalam Upanisad. Aranyaka terdiri dari interpretasi mistik dari
mantra dan upacara, yang disatukan pada saat mengasingkan diri di hutan, yang
menimbulkan kedisiplinan. Pengetahuan yang didapat oleh para asketis ini
dianggap sebagai wahyu[9].
Kitab
Anyaraka tidak memberikan penjelasan
kepada kita tentang aturan dan penjelasan tentang upacara korban, melainkan
menyediakan penjelasan mistis tentang upacara agama itu. Pada bagian awal dari
Chandogya Upanishad merupakan kitab Anyaraka dari kitab Brahmana kitab
Samaweda. Kena (Talavakara) Upanisad merupakan Upanishad dari Jaiminiya Brahmana
dari Samaweda. Semuanya mengandung makna
mengenai hal tersebut dengan berbagai puasa di dalam kehidupan hutan
(Vanaprashta). Mereka sebagai orang yang meninggalkan kehidupan berumah tangga
(Grhastha) tidak terikat dengan kegiatan ritual. Aranyaka menjelaskan tentang
arti dan makna upacara agama, kemungkinannya mereka hanya melakukan meditasi
dan mencari makna dari upacara-upacara yang suci itu. Perbedaan antara kiat
Brahmana dan Aranyaka tidaklah mutlak benar[10].
Selain kitab Smrti
(tafsir) terhadap Sruti (wahyu)
terhadap kitab-kitab yang disebut Itihasa,
yang merupakan Wiracarita atau epos
kepahlawanan dan Purana (cerita-cerita
kuno). Yang tergabung dalam Itihasa
adalah kitab-kitab seperti Ramayana,
Mahabharata, Yogawisata, dan Hariwangsa.
Kitab
Ramayana digubah oleh Maha Rsi
Walmiki, isinya terdiri dari tujuh buah kanda
(buku) yang memuat sekitar 24.000 syair. Kitab ini menceritakan mengenai
kehidupan Rama dan Shinta. Kitab Mahabharata
digubah oleh Maha Rsi Wyasa, terdiri dari 17 parwa (buku) yang menceritakan mengenai peperangan antara keluarga
Pandawa dan keluarga Kurawa. Kitab Bhagawad Gitta berisi untaian wejangan Sri
Kresna kepada Arjuna. Kitab Purana menguraikan
mengenai cerita kuno penciptaan dunia dan silsilah raja-raja yang memerintah
dunia. Kitab ini terdiri dari 18 buku.[11]
2.3.3. Kitab Upanisad
Kitab
Upanisad adalah kitab yang termuda usianya. Istilah Upanisad berarti “duduk dekat”, yang dimaksud adalah duduk di dekat
guru untuk menerima ajaran yang lebih tinggi. Bentuknya berupa dialog antara guru
dan muridnya yang merupakan bagian dari kitab Aranyaka, isinya ditekankan
kepada ajaran rahasia (bersifat mistik dan magis). Upanisad mengajarkan monisme yang idealistis, bahwa segala sesuatu
dapat dikembalikan kepada salah satu asas (Brahman dan Atman). Brahman adalah
alam semesta, dan Atman adalah asas manusia. Sumber ajaran lain dari agama
Hindu yang dianggap sebagai naskah suci adalah kitab Tantra (kitab pemberian
Dewa Siwa kepada umat Hindu). Kitab ini berisi dialog antara Siwa dan istrinya
(Parwati) yang punya kedudukan penting sebagai inti kekuatan dewa. [12]
III.
Kesimpulan
Dari sajian diatas dapat disimpulkan
bahwa agama Hindu memiliki bermacam- macam kitab suci yaitu kitab Weda samhita,
yang berarti pengumpulan Weda. Kata Weda berarti pengetahuan. Kitab ini adalah
ciptaan Dewa Brahma sendiri, yang ditujukan kepada para resi untuk mengajarkan
kebenaran abadi dari sang pencipta menurut agama Hindu. Dari kitab Weda dapat
dibagi dua bagian besar kitab, yaitu Sbruti dan Smiriti.
IV.
Refleksi
Theologi
Menurut kami para penyaji bahwa setiap suku bangsa
yang ada di muka bumi ini dapat menerima Firman Allah. Seperti yang kita
ketahui bangsa Arya yang menerima kitab Weda. Mereka mengaggap bahwa kitab Weda
wahyu dari Dewa Brahma ataupun dapat disebut sebagai Firman. Seperti yang
didalam Kisah Para Rasul 11:1 “ Rasul-
rasul dan saudara- saudara di Yudea mendengar, bahwa bangsa- bangsa lain juga
menerima firman Allah.
V.
Daftar
Pustaka
Honig, A. G., Ilmu Agama,
(Jakarta: BPK-GM, 2000),
I Wayan, Surpha. Pengantar Hukum Hindu, (Surabaya:
PARAMITA, 2005),
Tony, Tedjo, Mengenal Agama Hindhu, Buddha, Khong Hu cu, (Bandung:
Agape, 2011),
Hadiwijono,Harun,Agama Hindu Buddha(Jakarta:Gunung
Mulia,2012)
Bansit,Pandit,Pemikiran Hindu(Surabaya:Paramita,2006)
Ruslani,WacanaSpiritualitasTimur Dan Barat(Yogyakarta:Qalam,2000)
Ali, Mukti ,Agama-agama
di Dunia(Yogyakarta:IAINSunanKalijaga Pres,1998)
Bansit,Pandit, Pemikiran Hindu(Surabaya:Paramita,2006)
Titib, Made, PengantarWeda, (Jakarta: HaumanSakti,
1996)
Tony, Tedjo., Mengenal Agama Hindhu, Buddha, Khong Hu cu, (Bandung: Agape, 2011)
[1]Honig,
A. G., Ilmu Agama, (Jakarta: BPK-GM, 2000), 124
[2]Surpha,
I Wayan,. Pengantar Hukum Hindu, (Surabaya:
PARAMITA, 2005), 4
[3]Tedjo,
Tony., Mengenal Agama Hindhu, Buddha,
Khong Hu cu, (Bandung: Agape, 2011), 14-15
[4]Hadiwijono,Harun,Agama Hindu Buddha(Jakarta:Gunung
Mulia,2012) 17
[5]Bansit,Pandit,Pemikiran Hindu(Surabaya:Paramita,2006)
22
[6]Ruslani,WacanaSpiritualitasTimur Dan Barat(Yogyakarta:Qalam,2000)92
[7]Mukti
Ali ,Agama-agama di Dunia(Yogyakarta:IAINSunanKalijaga Pres,1998)60
[8]Mukti
Ali, Agama-Agama Di Dunia(Yogyakarta:IAINSunanKalijaga
Press,1998) 66
[9]BansiPandit, Pemikiran Hindu(Surabaya:Paramita,2006)27
[10]
I Made Titib, PengantarWeda, (Jakarta:
HaumanSakti, 1996)112.
[11]Tedjo,
Tony., Mengenal Agama Hindhu, Buddha,
Khong Hu cu, (Bandung: Agape, 2011)24
[12] Tedjo, Tony., Mengenal Agama Hindhu, Buddha, Khong Hu cu, (Bandung: Agape,
2011)25
No comments:
Post a Comment