Penafsiran terhadap 1 Samuel 5: 6-12
Metode Penafsiran Ilmu-ilmu murni (Sosial,
Ekonomi, Budaya, Politik, dan Agama)
I.
Pendahuluan
Alkitab
merupakan Firman Allah yang dinyatakan bagi umat-Nya untuk mengajar dan menjadi
pedoman bagi kehidupan yang dijalani. Dan bagi kita sebagai penafsir Alkitab,
kita harus mengetahui segala situasi yang ada dan yang terjadi pada saat
Alkitab itu dituliskan. Untuk menafsirkanya, diperlukan berbagai macam metode
untuk dapat memahaminya, yang salah satunya adalah metode penafsiran ilmu-ilmu
murni. Dan kami penyaji akan memaparkan pokok bahasan kali ini dengan metode
ini.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian Metode Ilmu-ilmu Murni
Metode
ilmu murni merupakan tulisan Alkitab yang berakar dalam kelompok interaksi dari
bangsa yang diorganisasikan dalam stuktur sosial yang diawasi oleh aspek utama
dari kehidupan umum seperti ekonomi, kepercayaan, sosial, budaya. Sistem sosial
Israel kuno menjelaskan interaksi komunal yang kompleks dalam fungsi, peran,
dan proses serta jaringan kerja yang berbeda dari sub-sistem organisasi sosial.
Lebih dari itu adalah unit sosial hidup yang dipakai sebagai jaringan kerja
total yang terlihat dalam konteks Alkitab, termasuk metode pendekatan yang lama
dan yang baru.[1]
2.1.2.Keunggulan dan Kelemahan Metode
Ilmu-ilmu Murni
Keunggulan:
1.Memberikan
suatu frustasi umum dengan prestasi terbatas dari paradigma religious dan
kritik historis.
2.Untuk
mengubah objek studi dalam alkitab menyediakan jalan masuk untuk menyediakan
dimensi dimensi dari tulisan-tulisan yang dirasakan menjadi sangat perlu
terhadap pengertian sepenuhnya dari Alkitab Ibrani.
3.Paradigma
ilmu sosial mengubah perhatian dari sejarah dan agama melalui konsentrasi pada
Alkitab Ibrani sebagai suatu sisa dari dunia-sunia sosial.
4.Sebagai
tambahan, isi, struktur dan perkembangan lintasan sistem sosial.
Kelemahan:
1.Penafsiran
terhadap satu teks dengan metode ilmu murni kadangkala membuat proses pembacaan
semakin sulit.
2.Alkitab
dipahami sebagai sejarah sosial manusia.
2.2. Kelahiran dan Samuel Pengertian
Kitab Samuel
Elkana, ayah Samuel, seorang Lewi,
tinggal di Ramataim-Zofim atau di Rama, sebuah kota dipegunungan Efraim. Elkana
disebut sebagai seorang Efraim, yang termasuk golongan Lewi. Elkana mempunyai
dua istri. Hana, yang paling dikasihinya tidak punya anak, tetapi Penina ada
anaknya. Penina tahu bahwa Elkana lebih kasih kepada Hana, karena itu Hana
dicela dan dihinanya, karena tidak ada anaknya.
Tiap-tiap tahun Elkana pergi ke Silo
bersama dengan keluarganya untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan.
Dijanjikanya pula, bahwa bila ada anaknya, maka anaknya itu akan dipersembahkan
lagi kepada Tuhan dan akan dididiknya menjadi seorang nazir. Demikian ia berdoa
sambil menangis tersedu-sedu, sehingga Eli yang tidak jauh duduk disana
menyangka ia mabuk. Eli pada saat itu adalah sebagai seorang hakim di Silo,
yang disanalah kemah suci, dan ia menjabat pangkat imam besar pula dan ia
diangkat menjadi hakim pada umur 58 tahun (1 samuel 4:15 dan 18). Hana menjawab
Eli bahwa ia tidak mabuk, lalu diceritakanyalah segala hal ihwalnya kepada Eli.
Sesudah itu jawab Eli, Tuhan akan mengabulkan permitaanmu itu. Hana pulang ke
rumah. Tuhan mengabulkan permintaanya; Hana mendapat seorang anak dan dnamainya
Samuel, artinya diminta dari Tuhan dan didengarkanya. Setelah berumur tiga
tahun ia diserahkan kepada Eli, seperti yang telah dijanjikanya dulu. Samuel
melayani Tuhan di Silo ditengah orang yang tidak lagi mengacuhkan undang-undang
Tuhan.[2]
Kitab
1 dan 2 samuel pada mulanya merupakan hanya satu Kitab dalam kitab bahasa
Ibrani, Syemu`el (Samuel) yang artinya diminta dari Allah.[3]
2.2.1 Latar Belakang Kitab Samuel
Panggilan
Samuel untuk menjadi nabi dan hakim Israel merupakan sebuah titik balik yang
kuat di dalam perkembangan PL. Tugas Samuel adalah memimpin Israel keluar dari
masa hakim-hakim untuk memasuki masa raja-raja. Dia menyelesaikan tugas para
hakim nukan dengan kekuatan fisiknya saja, namun dengan kuasa rohani dari
ucapan dan doanya. Samuel juga terlibat secara mendalam dalam urusan-urusan
kenegaraan. Samuel dipercayai untuk mengurapi seorang pemimpin nasional.
Pperistiwa ini merupakan benih awal dari masa tumbuhnya pohon monarki dalam
sejarah Israel.[4]
Kitab
1 Samuel berisi sejarah Israel pada masa peralihan dari zaman para hakim kepada
zaman kerajaan. Para tokoh utamanya adalah:
Ø Samuel,
hakim terakhir sekaligus nabi, yang melantik raja pertama dan raja kedua
Ø Saul,
raja pertama yang mengecewakan
Ø Daud,
calon raja kedua yang merupakan raja yang terbesar.[5]
Kedua
Kitab Samuel semula yang adalah pertama satu kitab dalam kitab Ibrani, seperti
yang ditunjukkan oleh talmud. Ketika perjanjian lama dalam bahasa Yunani
(Septuaginta) dibuat, diperlukan lebih banyaktempat, karena huruf hidup tiidak
ditulis dalam bahasa ibrani kuno, dengan demikian kitab samuel dibagi menjadi
dua kitab untuk pertama kalinya pada tahun 1518 A.D dalam edisi Bbomberg, dan
setelah itu pembagian itu berlaku hingga sekarang.[6] Kitab 1 dan 2 samuel
adalah lanjutan dari sejarah Deutronomis. Kitab ini ditulis dalam skema teologi
deutronomis yaitu dosa, hukuman, pertobatan, dan keselamatan.[7]
2.2.2. Penulis dan waktu penulisan
Penulis kitab ini tidak diketahui,
tetapi tradisi Yahudi (Talmud) mengatakan bahwa kemungkinan kitan samuel ini
ditulis oleh samuel sendiri. Samuel kemungkinan menulis bagian pertama dari
kitab ini, namun karena dalam 1 samuel 25:1 menuliskan kematianya, jelaslah
bahwa samuel tidak mungkin menuliskan semua isi dari kitab 1 dan 2 samuel. 1
Tawarikh 29: 29 mengatakan :”riwayat samuel itu”, “riwayat nabi Natan”, dan
“riwayat Gad pelihat itu” yang mencatat perbuatan-perbuatan Daud dari awal
sampai akhirnya. Ketiga orang ini jelas menulis kedua kitab samuel ini yang
mulanya hanya 1 kitab. Kemunkinan seorang pengumpul kitab memakai
riwayat-riwayat ini untuk mempersatukan kitab-kitab ini. Tanggal penulisan
kitab 1 samuel ini kemungkinan ditulis sekitar tahun 1060-900 sm. Kitab ini
meliputi waktu paling sedikit 110 tahun semenjak kelahiran samuel sampai pada
kematian Saul.
2.2.3. Tujuan Penulisan Kitab
Maksud dan tujuan penulisan kitab
samuel adalah memusatkan perhatian pada permulaan kerajaan Israel, dengan
segala cita-cita dan kemampuanya. Fakta-fakta sejarah yang dikemukakan oleh
pengarang 1 dan 2 samuel bukan hanya untuk menambah pengetahuan para pembaca
sejarah bangsa Israel, tetapi juga untuk menggunakan peristiwa-peristiwa
tersebut. Dengan jalan ini para pembaca baik pada masa sekarang menjadi
mengerti akan terjadinya perubahan bentuk pemerintahan dan yang menyebabkan
kegagalan saul dalam hal mencapai kebenaran yang sesungguhnya.
Dalam 1 Samuel menguraikan titik
peralihan yang kritis dalam sejarah Israel dari kepemimpinan para hakim kepada
pemerintahan seorang raja. Kitab ini menyatakan ketegangan diantara pengharapan
bangsa itu akan seorang raja (seorang pemimpin yang lalim, “seperti pada segala
bangsa lain” 8:5) dan pola Teokrasi Allah, dengan Allah sebagai raja mereka.
Kitab ini menunjukkan dengan jelas bahwa ketidaktaatan Saul dan pelanggaranya
terhadap tuntutan-tuntutan teokratis jabatanya membuat Allah menolak dan
menggantikanya sebagai raja.[8]
2.2.4. Ciri-ciri Kitab
Ada
enam ciri utama menandai 1 samuel:
ü Kitab
ini dengan jelas menyajikan standar standar kudus Allah bagi kerajaan Israel.
Para raja harus menjadi pemimpin yang tunduk kepada Allah selaku raja
sesungguhnya atas bangsa itu, menaati hukum-Nya dan membiarkan dirinya
dibimbing dan ditegur oleh penyataan-Nya melalui para nabi.
ü Kitab
ini mencatat dasar bagi permulaan pentingnya jabatan nabi di Israel sebagai
sederajat secara rohani dengan jabatan imam.
ü Pertama
Samuel menekankan pentingnya doa dan kuasanya
ü Kitab
ini berisi informasi biografis yang kaya dan wawasan mengenai tiga pemimpin
Israel
ü Kitab
ini perlu dengan kisah-kisah Alkitab yang terkenal, misalkan Allah berbicara
kepada Samuel, Daud, Goliath,dll
ü Kitab
ini merupakan sumber dan istilah istilah yang sering kali dipakai[9]
2.2.5. Struktur Kitab
Pasal
1-8: Hakim samuel
Pasal
9-15: Saul menjadi Raja
16-31:
Saul kontra Daud[10]
2.3.1. Analisa teks
Dalam
membaningkan nats alkitab, penafsir diperhadapkan dengan bahasa lain untuk
memperbandingkan dengan teks masora (teks asli bahasa Ibrani). Untuk itu
penafsir harus memperbandingkan nats tersebut dengan tiga bahasa yaitu LAI,
Bibel Batak Toba, dan NIV.
6.
LAI : Menghajar
Bibel
: Mangago (menyesatkan)
NIV
: Devastation (merusak/menghancurkan)
TM
: וַיְשִמֵּם ( dan menakutkan)
Keputusan: Tidak ada yang mendekati teks
masora
7.
LAI : keras
Bibel
: Posi (sakit)
NIV
: Heavy (Berat)
TM
: קָשָה (Berat)
Keputusan: Yang mendekati teks masora
adalah NIV
8.
LAI : Memanggil
Bibel
: Disuru (Menyuruh)
NIV
:Called (Memanggil)
TM
: וַיִּשְלְחוּ (dan dia telah mengirim kepada kami)
Keputusan: Tidak ada yang mendekati teks
masora. Tetapi kami penafsir mengusulkan apa
yang dikatakan oleh Bibel, karena lebih memperjelas makna teks.
9.
LAI : Kota
Bibel
: Huta (kampung)
NIV
: City (kota)
TM
: בָּעִיר (di Kota)
Keputusan: Yang mendekati teks masora
adalah LAI dan NIV
10.
LAI : Berteriak
Bibel : manganggui (menggaggui)
NIV
:Cryed out (Berteriak)
TM
: וַיִּזְעֲקוּ (mereka berteriak)
Keputusan: Yang mendekati teks masora
adalah LAI dan NIV
11.
LAI : Diantarkan
Bibel :
Tongos (Mengantarkan)
NIV
: Send (Mengirim)
TM
: שַלְּחוּ (Mengirim)
Keputusan: Yang mendekati teks masora
adalah NIV
12.
LAI : Teriakan
Bibel : angguk-angguk (menjerit-jerit)
NIV :
Teriakan
TM
: שַוְעַת(Tangisan)
Keputusan: Tidak ada yang mendekati teks
masora
2.3.2. Kritik aparatus
Kritik
Aparatus
Ayat
6 A
Dalam
teks Masora terdapat kata אֶל
(kata depan) yang artinya “ke, kepada, menuju”. Berdasarkan naskah PL Ibrani pada abad pertengahan dan sering
dikutip dalam sastra para rabi dan sastra yahudi pada abad pertengahan (1911).
Dalam kritik aparatus, para ahli mengusulkan agar kata צל yang
artinya “di atas” agar dibandingkan dengan Mazmur 32 : 4.
Keputusan
: kami menolak usulan aparatus karena menurut kami penambahan kata itu semakin
membuat makna teks tidak jelas.
Ayat
6b
Dalam
teks Masora terdapat kata וַיְשִמֵּם (bentuk Hipal, imperfek tunggal maskulin,
orang ketiga) yang artinya “dan dia menakutkan mereka” berdasarkan terjemahan
yunani lajur ketiga dan lajur keenam dalam hexapla origenes. Kritik aparatus
menambahkan kata εφαγεδαινησεν (artinya
tidak ditemukan penafsir) agar
dibandingkan dengan pasal 7 : 10a.
Keputusan
: kami menolak usulan aparatus karena penafsir tidak menemukan arti dari usulan
aparatus.
ayat
6c
Dalam
teks Masora terdapat kata וַיַךְ
(bentuk hipal, imperfek tunggal maskulin, orang ketiga) yang artinya “dan
menyebabkan derita bagi mereka”. Berdasarkan terjemahan Yunani septuaginta yang
diterbitkan oleh A. Rahlfs (1935) dan
merupakan kodeks legionensis (1946), replika kodeks legionensis (1864),
marginalia incunabilis 54 (1478) yang sebagian berlainan di luar pasal 6 : 4.
Keputusan
: Kami menolak aparatus karena tidak ada usulan untuk memperjelas teks.
Ayat
6d
Dalam
teks Masora terdapat kata בַּעִפֹלִים
(bentuk preposition, jamak) yang artinya “pada tumor-tumor”. Beberapa naskah PL
Ibrani abad pertengahan sehingga usul perbaikan dari ahli-ahli masora di
pinggir halaman mengenai cara membaca atau melisankan teks tertulis yang
dianggap tidak betul atau sulit dimengerti. Aparatus mengusulkan agar
membandingkan terjemahan siria menurut keselarasan saksi-saksi kodeks Ambrosius
(abad ke-6/ke-7, 1876) dan menurut Poliglot London (1654), dan berdasarkan
terjemahan teks ibrani dalam bahasa aram (1959-1962), terjemahan latin vulgata.
Keputusan
: penafsir menolak aparatus karena usulan aparatus tidak memperjelas makna
teks.
Ayat
8a
Dalam
teks Masora terdapat kata וַיּאמְרוּ (bentuk Qal imperfek maskulin orang ketiga
jamak) yang artinya “dan mereka menjawab”. Berdasarkan terjemahan Yunani
septuaginta yang diterbitkan oleh A.
Rahlfs (1935), terjemahan latin vulgata, terjemahan siria menurut keselarasan
saksi-saksi kodeks Ambrosius (abad ke-6/ke-7, 1876) dan menurut Poliglot London
(1654), dan berdasarkan terjemahan teks ibrani dalam bahasa aram (1959-1962).
Keputusan
: kami menolak aparatus karena aparatus tidak memberikan usulan apakah itu
memperjelas teks atau tidak.
Ayat
9a
Dalam
teks Masora terdapat kata אֹתו
(bentuk objek ketiga maskulin tunggal) yang artinya “nya”. Aparatus mengusulkan
kata גתה
yang artinya (tidak ditemukan penafsir) berdasarkan buku-buku tulisan tangan
berbahasa ibrani (1960), teks Yunani LXX hasil penelitian ulang Lukianos dari
Antiokhia di Siria.
Keputusan
: penafsir menolak usulan aparatus karena penafsir tidak menemukan arti dari
usulan aparatus tersebut.
Ayat
9b
Dalam
teks masora terdapat kata בָּעִיר
(bentuk preposition-feminim tunggal) yang artinya “di kota”. Aparatus
mengusulkan kata בעם
(penafsir tidak menemukan artinya) berdasarkan kodeks tulisan tangan berbahasa
ibrani menurut B. Kennicott (1776-1786) dan terjemahan latin vulgata.
Keputusan
: penafsir menolak aparatus karena penafsir tidak menemukan arti dari usulan
yang diberikan oleh aparatus.
Ayat
9b
Dalam
teks masora terdapat kata עְפֺלִים
(bentuk subjek maskulin jamak) yang artinya “tumor-tumor”. Sedikit dari
beberapa naskah PL Ibrani abad pertengahan mengusulkan perbaikan dari ahli-ahli
masora di pinggir halaman mengenai cara membaca atau melisankan teks tertulis
yang dianggap tidak betul atau sulit dimengerti. Bandingkanlah terjemahan siria
menurut keselarasan saksi-saksi kodeks Ambrosius (abad ke-6/ke-7, 1876) dan
menurut Poliglot London (1654), dan berdasarkan terjemahan teks ibrani dalam
bahasa aram (1959-1962), terjemahan Yunani oleh symmakhus, terjemahan latin
vulgata, terjemahan septuaginta, dan bandingkanlah dengan kodeks legionensis,
replika kodeks legionensis (1864), marginalia incunabitis (1478), terjemahan
Yunani oleh aquila (lajur ke tiga dalam hexapla origenes).
Keputusan
: penafsir menolak aparatus karena usulan yang diberikan tidak memperjelas
makna teks.
Ayat
10a
Dalam
teks masora terdapat kata הָאֱלהִים
(bentuk subjek maskulin) yang artinya “Allah itu”. Aparatus mengusulkan ישראנל אלוהי yang artinya (artinya tidak ditemukan oleh
penafsir), berdasarkan buku-buku tulisan tangan bahasa ibrani dan teks Yunani
LXX hasil penelitian ulang Lukianus dari Antiokhia di Siria mengusulkan kata
θεου Ισραηλ (Genitif tunggal) yang artinya “Allah Israel”.
Keputusan
: penafsir menolak usulan aparatus karena usulan yang diberikan tidak mengubah
makna teks.
Ayat
10b
Dalam
teks masora terdapat kata וַיְהִי (bentuk objek kata benda) yang artinya
“dan jadilah”. Tidak terdapat dalam beberapa naskah PL Ibrani abad pertengahan,
dan aparatus mengusulkan untuk membandingkanya dengan kodeks-kodeks terjemahan
Yunani, terjemahan Siria menurut keselarasan saksi-saksi kodeks Amrosius abad
ke 6 atau ke 7 (1876) dan menurut Poliglot London 1654, kodeks-kodeks tulisan tangan
menurut perangkat penelitian teks Sperber, kodeks-kodeks tulisan tangan menurut
perangkat penelitian teks dari terbitan biara Benediktin.
Keputusan:
Penafsir menolak Aparatus karena Aparatus tidak memebrikan usulan kata untuk
mengetahui apakah kata itu memperjelas teks atau tidak
Ayat
10 c
Dalam
teks masora terdapat kata הֵסַבּוּ
(bentuk hipal orang ketiga jamak) yang artinya mereka telah membawanya.
Berdasarkan buku-buku tulisan tangan berbahasa Ibrani (1960), terjemahan Yunani
septuaginta 1935, Aparatus mengusulkan agar kata למה (yang artinya; mengapa)
didahulukan di depan.
Keputusan:
Penafsir menolak aparatus, karena kata yang diusulkan tidak memperjelas kata.
Ayat
10 D
Dalam
teks masora terdapat kata אֵלֵי (bentuk preposision orang pertama tunggal)
yang artinya kepada saya. Semua terjemahan-terjemahan yang memiliki akhiran
ditambahkan pada bagian belakang kodeks-kodeks tulisan tangan menurut perangkat
penelitian teks Sperber, beberapa naskah PL Ibrani abad pertengahan, aparatus
mengusulkan kata תנו (penafsir tidak menemukan arti kata ini)
Keputusan:
Penafsir menolak usulan aparatus karena penafsir tidak menemukan arti kata yang
diusulkan aparatus
Ayat
11 A
Dalam
teks masora terdapat kata אֺתִי (bentuk hipal imperfek orang ketiga
tunggal maskulin) yang artinya bahwa itu tidak boleh membunuh. Berdasarkan
terjemahan septuaginta, terjemahan Siria, terjemahan latin vulgata dimana afiks
yang ditambahkan pada bagian belakang.
Keputusan:
Penafsir menolak usulan aparatus, karena usulan aparatus tidak memperjelas teks
Ayat
11 B
Dalam
teks masorah terdapat kata מָוֶת (bentuk kata benda feminim tunggal) yang
artinya kepanikan maut. Berdasarkan buku tulisan tagan berbahasa ibrani,
aparatus mengusulkan kata יהונ (penafsir tidak menemukan arti kata
tersebut).
Keputusan:
kami penafsir menolak aparatus, karena penafsir tidak menemukan arti kata yang
diusulkan oleh kritik aparatus tersebut.
Ayat
12 A
Dalam
teks masora terdapat kata בַּעְפלִים (bentuk preposotion-kata benda maskulin
jamak) yang artinya pada tumor-tumor. Sedikit jumlah naskah dari beberapa
naskah Pl ibrani abad pertengahan diusulkan aparatus untuk mengadakan perbaikan
di pinggir halaman mengenai cara membaca atau menuliskan teks tertulis yang
dianggap sulit dimengerti dan agar dibandingkan dengan terjemahan siria,
targum, terjemahan latin vulgata, dan berdasarkan terjemahan Yunani septuaginta
aparatus mengusulkan kata εδρας (tidak menemukan arti kata).
Keputusan:
kami penafsir menolak usulan aparatus karena tidak menemukan arti kata yang
diusulkan aparatus, sehingga tidak tahu kata itu memperjelas atau memperkabur
makna teks.
Ayat
12 B
Dalam
teks masora terdapat kata הַשָּמֳיִם (kata benda maskulin) yang artinya surga
itu. Berdasarkan beberapa naskah PL ibrani abad pertengahan, aparatus
mengusulkan kata ימה (laut).
Keputusan:
Penafsir menolak aparatus karena usulan yang diberikan memperkabur makna teks.
2.3.3. Terjemahan akhir
Ayat
6: Tangan TUHAN menekan orang-orang Asdod itu dengan berat dan Ia membingungkan
mereka : Ia menakutkan mereka pada tumor-tumor, baik Asdod maupun daerahnya.
Ayat
7: Ketika dilihat orang-orang Asdod, bahwa demikian halnya, berkatalah mereka:
"Tabut Allah Israel tidak boleh tinggal pada kita, sebab tangan-Nya berat
melawan kita dan melawan Dagon, allah kita."
Ayat
8: Sebab itu mereka menyuruh berkumpul kepadanya semua raja di kota orang
Filistin dan berkata: "Apakah yang akan kita lakukan dengan tabut Allah
Israel itu?" Lalu kata mereka: "Tabut Allah Israel harus dipindahkan
ke Gat." Jadi mereka memindahkan tabut Allah Israel itu ke sana.
Ayat
9: Tetapi setelah mereka memindahkannya, maka tangan TUHAN mendatangkan
kegemparan yang sangat besar atas kota itu; Ia menghajar orang-orang kota itu,
anak-anak dan orang dewasa, sehingga timbul tumor-tumor pada mereka.
Ayat
10: Lalu mereka mengantarkan tabut Allah itu ke Ekron. Tetapi sesampai tabut
Allah itu di Ekron, berteriaklah orang Ekron itu, demikian: "Mereka
memindahkan tabut Allah Israel itu kepada kita untuk mematikan kita dan bangsa
kita."
Ayat
11: Sebab itu mereka memanggil berkumpul semua raja kota orang Filistin itu dan
berkata: "Kirimlah tabut Allah Israel itu; biarlah itu kembali ke
tempatnya, supaya jangan dimatikannya kita dan bangsa kita." Sebab di
seluruh kota itu ada kegemparan maut; tangan Allah menekan orang-orang di sana
dengan sangat berat:
Ayat
12: orang-orang yang tidak mati, dihajar dengan tumor-tumor, sehingga tangisan
kota itu naik ke langit.
2.3.4. Tafsiran
Kami
penafsir menafsirkan teks ini berdasarkan pada konteks yang ada pada teks,
yaitu konteks sosial, politik, dan agama, sehingga kami menafsirkan teks
tersebut tidak secara berurutan.
·
Tafsiran
Segi Sosial
Dalam
teks ini yang menjadi sudut pandang sosial, penafsir menemukan sesuatu hal yang
mana oleh karena orang-orang Filistin merampas tabut Tuhan dari tangan
orang-orang Israel, dan membawanya ke Filistin, maka Tuhan mendatangkan musibah
atau bencana pada mereka yang daerahnya diletakkan tabut tersebut. Allah
mendatangkan tumor-tumor pada mereka dan mereka pun berteriak-teriak (ayat 6,
9, 12). Dan orang-orang Filistin pada saat itu sangat menderita.
·
Tafsiran
Segi Politik
Dari
segi politik yang dapat penafsir lihat dari teks ini adalah ketika tabut Tuhan
dirampas dari tangan bangsa Israel, maka tabut itu dibawa ke Asdod, dan
diletakkan di kuil di sisi Dagon. Karena tabut itu dirampas dan dibawa ke
Asdod, maka Tuhan mendatangkan musibah atau bencana bagi orang-orang Asdod dan
daerahnya dengan tumor-tumor. Dengan
adanya bencana itu, orang-orang Asdod menderita dan mereka tidak ingin tabut
itu berada di daerah mereka, dan mereka ingin raja-raja di kota itu membuat
keputusan untuk memindahkan tabut itu ke daerah lain agar Tuhan tidak lagi
mendatangkan tumor pada mereka. Maka tabut itu dipindahkan ke Gat, dan hal sama
juga terjadi disana. Orang-orang Gat juga tidak menginginkan tabut itu berada
di daerah mereka dan mereka ingin tabut itu dipindahkan ke daerah lain sehingga
tabut itu pun dipindahkan ke Ekron, namun orang-orang Ekron keberatan dengan
penempatan tabut itu di daerah mereka, karena mereka sudah tahu apa yang
terjadi pada daerah-daerah yang lain ketika tabut itu diletakkan di daerah
tersebut. Dan mereka mengajukan kepada raja-raja yang ada di daerah-daerah
Filistin untuk mengembalikan tabut Tuhan itu ke tempat asalnya, agar Tuhan
tidak lagi memberikan bencana bagi mereka, agar mereka lepas dari penderiataan
itu. Dari sini tampak bahwa untuk menyelamatkan diri sendiri atau daerah
sendiri, orang-orang Filistin rela agar orang lain yang mengalami penderitaan,
itu tampak dari sikap mereka yang menginginkan tabut itu agar dipindahkan ke
daerah lain sehinga daerah mereka lepas dari bencana yang didatangkan Tuhan.
·
Tafsiran
Segi Ekonomi
Dari
teks tersebut, penafsir tidak menemukan sesuatu hal dari segi ekonomi untuk
ditafsirkan.
·
Tafsiran
Segi Budaya
Dari
teks tersebut, penafsir tidak menemukan sesuatu hal dari segi budaya untuk
ditafsirkan.
·
Tafsiran
Segi Agama
Dalam
teks ini, dari sudut pandang Agama, orang-orang Filistin pada waktu itu
memiliki allah sendiri yang disebut dengan Dagon (ayat 7). Dagon adalah dewa
utama sembahan bangsa Filistin yang mana kuil utamanya terdapat di Asdod. Namun
allah orang Filistin itu tidaklah lebih kuat dari pada Allah orang Israel,
karena ketika tabut Allah diletakkan di sisi Dagon di Asdod (ayat 2), yang
terjadi adalah Dagon terjatuh dengan mukanya menghadap ke tanah di hadapan
tabut Tuhan. Dari situ tampak bahwa Dagon itu seperti berlutut di hadapan tabut
Tuhan yang menandakan Dagon takut pada Allah Israel.
2.4. Refleksi teologis
Setelah
penafsir membaca dan menganalisa apa yang terjadi pada orang-orang Filistin
pada saat itu, terlihat bahwa allah orang Filistin atau dewa sembahan orang
Filistin tidak mempunyai kekuatan sedikitpun untuk melawan Allah karena Allah Israel
pada saat itu mendatangkan bencana borok pada orang-orang Filistin. Orang-orang
Filistin hanya bisa menerima penderitaan itu, allah mereka (Dagon) tidak bisa
menolong mereka ketika mereka mengalami penderitaan itu. Dagon tidaklah lebih
kuat dari pada Allah orang Israel.
Yang
dapat kita refleksikan adalah bahwa Allah yang kita sembah saat ini adalah juga
Allah orang Israel yang merupakan satu-satunya Allah yang kuat, yang memiliki
Kuasa atas segala sesuatu di dunia dan di sorga. Dia lah Allah di atas segala
allah lain, karena allah-allah lain masih tunduk dan takut kepada-Nya. Ketika
kita dalam penderitaan, tertindas, kita tidak bisa pasrah menerima itu semua,
karena kita masih memiliki Allah yang penuh kuasa yang sanggup menolong kita
dan membebaskan kita dari penderitaan dan penindasan yang kita alami. Allah
tetap hadir dan berkarya dalam kehidupan kita disaat kita dalam suka maupun
duka, susah maupun senang. Sebab Allah adalah penyelamat kita, gunung batu
kita, kubu pertahanan kita, dan tempat perlidungan kita seperti yang tertulis
dalam Mazmur 18 : 3.
III.Kesimpulan
Maksud
dan tujuan penulisan kitab samuel adalah memusatkan perhatian pada permulaan
kerajaan Israel, dengan segala cita-cita dan kemampuanya. Fakta-fakta sejarah
yang dikemukakan oleh pengarang 1 dan 2 samuel bukan hanya untuk menambah
pengetahuan para pembaca sejarah bangsa Israel, tetapi juga untuk mengetahui
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu.
Setelah
kita membaca dan menganalisa nats 1 Samuel 5 : 6-12 ini, maka dapat disimpulkan
bahwa perampasan tabut Tuhan oleh orang-orang Filistin dari tangan orang Israel
membuat Tuhan marah dan mendatangkan bencana bagi orang-orang yang mengambil
tabut itu sehingga tabut itu harus dikembalikan ke tempatnya semula. Dengan
metode penafsiran ilmu-ilmu murni ini, maka kita dapat melihat dengan jelas
perbedaan konteks pada masa kini dengan konteks pada masa itu. Dengan metode
ini kita dibantu untuk memahami keadaan ataupun konteks pada masa teks itu
dengan memperbandingan dengan konteks masa kini.
IV.Daftar Pustaka
..., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,
Malang: Gandum Mas, 2000
..., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z, Jakarta: YKBK,
1995
Baker
David L, Mari Mengenal Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2002
Bakker
F.L., Sejarah Kerajaan Allah 1Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2007
Blommendaal
J., Pengantar
kepada Perjanjian Lama,Jakarta:
BPK-GM, 2010
Free
Joseph P., Arkeologi dan Sejarah Alkitab, Malang: Gandum Mas, 1997
Kidji
Barnabas, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama, Bandung: BMI, 2009
Lasor
W.S.,dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah, Jakarta:BPK-GM,
2008
Sitompul
A.A., Metode Pnafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2004
[1]
A.A.Sitompul, Metode Pnafsiran Alkitab,
Jakarta: BPK-GM, 2004, 173-174
[2] F.L.
Bakker, Sejarah Kerajaan Allah
1Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2007,
459-461
[3] W.S.
Lasor,dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1:
Taurat dan Sejarah, Jakarta:BPK-GM, 2008, 331
[4] ..., Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid II M-Z,
Jakarta: YKBK, 1995, 335
[5] David L
Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama,
Jakarta: BPK-GM, 2002, 64
[6] Joseph
P. Free, Arkeologi dan Sejarah Alkitab, Malang:
Gandum Mas, 1997, 185
[7] Barnabas
Kidji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama,
Bandung: BMI, 2009, 156
[8] ..., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,
Malang: Gandum Mas, 2000, 465
[9] ..., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,
[10] J.
Blommendaal, Pengantar kepada Perjanjian
Lama,Jakarta: BPK-GM, 2010, 82
No comments:
Post a Comment