Kritik Terhadap System Etika New Morality
I.
Pendahuluan
Old
Morality merupakan standard yang diterima oleh umat Kristen sebagai kaidah bagi
pikiran dan perbuatan kita dan sebagai norma yang berlaku bagi kehidupan kita
sehari-hari. Jadi Old morality mencerminkan response dan sikap orang Kristen
terhadap setiap aspek kehendak Allah. New morality merupakan reaksi keras
terhadap Old Morality terutama di kalangan muda mudi. Mereka berpendapat bahwa
norma-norma tersebut tidak mungkin dipertahankan lagi dalam abad ke-20 ini.
Untuk lebih memahaminya saya akan memaparkan tentang Kritik terhadap New
Morality semoga sajian ini dapat menambah wawasan kita bersama.
II.
Pembahasan
2.1.Pengertian
New Morality
Kata New
Morality berasal dari kata New artinya Baru dan Morallity dalam bahasa latin Mos (Moris), artinya kelakuan.[1]
Menurut KBBI kata moral artinya baik buruk yang diterima umum mengenai
perilaku, sikap serta kelakuan (ahklak).[2] Kata
moral mengacu pada baik - buruknya manusia sebagai manusia sehingga bidang moral adalah bidang
kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia dan norma-norma
moral adalah tolok-tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan
seseorang. Maka dengan norma-norma moral kita betul-betul dinilai.[3]
Jadi dapat disimpulkan
New Morality adalah kelakuan atau perbuatan yang baru sehingga meninggalkan
perbuatan atau ahklak atau aturan yang lama dalam lingkungan masyarakat.
2.2.Latarbelakang
New Morality
New
Morality dimulai di dunia Barat melalui beberapa buku karangan, Soundings oleh
Vidler tahun 1962 dan tahun 1963 diterbitkan Honest to God oleh J.A. Robinson.
Honest to God sungguh mengemparkan umat Kristen di Eropah karna memperkenalkan
pikiran dan perkembangan baru dalam bidang Theologia. Dengan perkembangan
tersebut timbullah masalah baru “permissive Society” dimana masyarakat
menyambut dan menyetujui segala perubahan sikap tehadap mutu hukum kesusilaan
yang lama. Masyarakat mengizinkan perbuatan, tingkah laku, pandangan , dan
pikiran yang dahulu tidak diizinkan. Permissive Society membiarkan dan
mengiakan praktek-praktek pergaulan yang dahulu merupakan pelanggaran terhadap
kesusilaan. Permissive Society adalah masyarakat dan pandangan masyarakat di Eropah
pada masa kini. Masyarakat umum berpendapat bahwa ajaran Tuhan Yesus dan
kepercayaan Kristen tidak lagi sesuai dengan perkembangan ilmiah pada abad
ke-20 ini. Maka mereka mengungkapkan keadaan pada masa kini sebagai “Post
Christian Era” ( Zaman setelah Kekristenan). Sehingga muncul angket pendidikan
agama di sekolah-sekolah “ Apakah pendidikan agama perlu dipertahankan atau
dihapuskan ?” hasil angket ini mengejutkan dimana lebih dari 80 % ingin
mempertahankan pendidikan agama di sekolah-sekolah tetapi walaupun banyak orang
menyadari dekadensi moral namun sedikit sekali yang bersikap konsekwen, sedikit
yang berpikir secara objektif. Mereka tidak menyadari bahwa Etika dan agama
berjalan sejajar walaupun pendidikan agama dirasakan penting sebab mempengaruhi
Etika.[4]
2.3.Tokoh
New Morality
Sigmund
Freud (1856-1939) lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg Moravia yang pada
masa itu merupakan provinsi di bagian utara Kekaisaran Autro Hongaria dan
sekarang adalah wilayah Republik Ceska. Freud seorang Austria keturunan Yahudi
dan pendiri aliran psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi.[5] Sigmund Freud yang dipelopori oleh Feurbach,
Theologia pengenalan dan pengetahuan akan Allah diganti dengan psikologi
(pengetahuan ilmu jiwa). Agama dianggap therapeutic belaka
(pengobatan/penghiburan), menurut pandangan Freud, konsepsi Allah Bapa kita di
sorga adalah proyeksi jiwa manusia yang mencari perlindungan, sebab manusia
merasa kurang aman di tengah-tengah bahaya, ancaman dan ketegangan yang
dialaminya di dunia ini. Freud berpendapat agama hanya Psicological chruth atau
tongkat yang kita pegang karena merindukan dan mencari stabilitas.[6] Kesadaran
moral seseorang berkembang dalam proses penyesuaian dorongan-dorongan
instingtualnya pada realitas hidup bersama dalam masyarakat. Secara lebih
terinci perkembangan kesadaran moral menurut Freud terjadi dalam proses
interaksi kompleks dalam lingkungan keluarga. Di antara dorongan- dorongan
spontan manusia (Id) yang paling berperan adalah Libido, nafsu yang ingin
memiliki dan menikmati, dan agresi, nafsu yang ingin menghancurkan.[7]
Menurut freud, manusia bukan ciptaan Allah atas gambar dan rupa-Nya, melainkan
mahkluk yang semata-mata dikuasai oleh libido atau naluri sex, sehingga
kebutuhan akan Allah hilang dengan sendirinya dan menolak ajaran Alkitab
tengtang manusia sebagai ciptaan Tuhan dan menggantikannya dengan konsepsi
baru, yakni bahwa manusia dikuasai oleh Libido.[8]
2.4.Faktor-faktor
ilmiah yang sangat mempengaruhi persoalan New Morality
Perkembangan pemikiran ilmiah dalam aspek
humanisme, filsafat, teologia, sosiologi, darwin, dan psikologi yang berpengaruh
dalam persoalan "new morality" yaitu :[9]
1.
Perkembangan Humanisme
Humanism
mulai pada abad ke-18 dengan Comte dan Feuerbach, yang menyangkali eksistensi
Oknum Allah. Humanisme menganggap Allah bukan sebagai oknum tersendiri yang
menyatakan diri-Nya , melainkan sebagai prinsip tertinggi adalah kasih dalam
diri manusia. Ciri- ciri khas daripada seorang Humanis yaitu kepercayaan penuh
akan manusia. Manusia cukup cakap dan sanggup menyelesaikan segala persoalan
yang dihadapinya, baik yang bersifat intelektual maupun moral. Seorang humanis
memunyai keyakinan dan harapan akan menghasilkan Utopia dalam dunia (
Kemakmuran dalam bidang social politik dan ekonomi).
2.
Perkembangan Filsafat
Posisi
humanisme bertambah kuat dan sangat mempengaruhi ilmu filsafat, yang
dikembangkan oleh Paul Tillich seorang ahli filsafat Jerman, mengajarkan “
Extreme Immanentism”. Tillich mengemukakan pendapatnya bahwa Allah itu adalah
being itself, dan being itself transcends Existence”. Eksitensi terbatas pada
waktu dan ruang, sedangkan Being (berada) melampaui segala batas dan ruang.
“Being itu tidaklah terbatas”. Allah itu lah dasar daripada Being (berada).
Tillich menganggap agama hanya sebagai ekspresi atau kenyataan daripada
kebudayaan nasional sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan ilmu filsafat
berdasarkan humanisme.
3.
Perkembangan Theologia
Sesuai
dengan pandanagn filsafat, Theologia modern menganggap Allah itu hanya Immanen
atau sangat dekat dan bukan lagi jauh (
Transcendent). Dalam Theologia pun Allah tidak lagi oknum Allah Bapa di Sorga,
melainkan dasar kehidupan kita ( groud of our being). Allah menjadi impersonal.
Para penganut New Morality menyambut pengajaran-pengajaran theologia modern
bahwa “God Is Dead Movement “ (Allah sudah Mati) yang pertama kali diutarakan
oleh Friedrich Nietzsche, seorang ahli filsafat Jerman pada tahun
1844-1900. God is dead berarti Theologia
lama tengtang Allah yang tertulis dalam kitab suci sudah mati, konsep Allah
Bapa yang kita kenal dalam Tuhan Yesus mati seluruhnya.
4.
Pengaruh Sosiologi
John
Dewey dari Amerika Serikat mengatakan bahwa Allah itu bukan suatu oknum di luar
manusia, melainkan berada “In man’s highest social experiences” ( Allah
terdapat ditengah-tengah kehidupan social manusia yang merupakan pengalaman
manusia yang paling indah). Durkheim berpendapat bahwa agama dan Etika dalam
masyarakat berasal dari “ The collective mind of society” ( Keyakinan dan
kepercayaan masyarakat bersama). Allah dibayangkan sebagai kesejahteraan
manusia. Maka yang menimbulkan kesejahteraan ialah masyarakat sendiri,
masyarakatlah menciptakan security dan rasa aman.
5.
Pengaruh melalui Darwin
Menurut
Darwin, keadaan semula merupakan kekacauan, bukan rencana dan order. Kekacauan
berangsur-angsur berubah menjadi order melalui proses seleksi dan “ survival of
the fittest” (hanya yang paling kuat mepertahankan eksistensi dan hidup).
Darwin menyangkal penciptaan Allah dan memajukan teori evolusi.
6.
Pengaruh Psikologi
Freud
menyangkal ke-Tuhanan dan agama serta oknum Allah, malah merasa bahwa keagamaan
dari manusia merupakan gejala-gejala psikologi yang kurang sehat. Sigmund Freud yang dipelopori oeh Feuerbach,
Theologia (pengenalan dan pengetahuan akan Allah) diganti dengan psikologi (
pengetahuan ilmu jiwa).
2.5.Unsur-
unsur New Morallity
1.
Situation
Dalam etika situasi, benar atau
salah harus dipertimbangkan dalam setiap keadaan berdasarkan pertimbangan fisik,
psikologis, dan materi; bukan "benar" atau "salah",
melainkan
apakah tindakah itu bertanggung
jawab atau tidak .[10]
sehingga etika situasi mempunyai penekanan bahwa untuk menentukan suatu
perbuatan itu benar atau tidak bukanlah berdasarkan pada hukum atau norma yang
berlaku, melainkan tergantung pada situasi yang ada.[11]
2.
Kasih
Kasih menjadi sebuah
pengganti bagi hukum, di dalam etika new
morality lebih berfokus pada kasih Eros dimana kita mengetahui patokan norma
kebenaran dari keempat kasih yaitu Philia, Eros, Storge dan Agave. Sehingga
yang menjadi persoalan dalam new morality adalah kasih eros yang dialami kaum
muda-mudi tentang asmara.[12]
2.6.Akibat
New Morality
·
Timbulnya
free Seks
Dalam
perjanjian baru, percabulan atau perzinahan (dalam bahasa Yunani Porneia atau
Moichos) adalah tindakan- tindakan seksual yang tidak bermoral. Istilah porneia
(pornografi) mencakup hubungan seksual tidak sah di antara orang yang belum
menikah dengan siapapun , disamping mereka yang sudah kawin dengan orang-orang
lain daripada orang dengan siapa mereka bersetubuh dan istilah Moichos berarti
perzinahan dalam hal hubungan seksual yang tidak sah antara orang yang sudah
nikah dengan orang yang bukan suami atau istrinya.[13]
Menurut new Morality, free sex senantiasa berdasarkan mutual agreement
(persetujuan bersama yaitu kedua belah pihak), oleh karena itu tidak boleh
dipersalahkan.
Ada dua efek sosial
yang buruk akibat dari free sex yaitu :
v Pertama,
Pengaruh Watak.
Dimana hati yang lembut berubah menjadi keras,
acuh tak acuh, bahkan menjadi kasar dan sadis. Ia kurang menghargai dan
menghormati sesamanya dan miliknya kurang dihargainya.
v Kedua
efek yang paling buruk yaitu yang menjadi dasar pernikahan adalah nafsu.
New
morality menuntut kebebasan untuk free seks, asal kasih yang menentukan dan
ketaatan mutlak akan hukum kesusilaan tidak akan menguntungkan tapi menyatakan
ketidakdewasaan mental. Kalau nafsu sudah surut, maka kedua belah pihak merasa
bosan dan bebas untuk mencari patner yang lain.[14]
New Morality juga menganjurkan “ Trial Marriage” ((Nikah percobaan) sehingga
menimbulkan adanya perceraian.[15]
2.7.Kritik
Etika Kristen terhadap New Morality
Kritik
Etika Kristen menolak New Morality karna menuntut kebebasan dalam pengalaman
Kasih Eros sehingga New Morality menegakkan hanya satu hukum yaitu kasih Eros
bukan Kasih Agape. Maka “saling menyerahkan diri” merangkap juga penyerahan
fisik sebelum atau diluar pernikahan yang sah.
Kasih Eros berasal dari Allah, sama seperti agape dan Filia, dan
merupakan Karunia yang dianugerahkan kepada manusia untuk memperkaya kehidupan
kita. Namun, Eros disalahgunakan sehingga mendatangkan kesusahan dan
penderitaan bukan kebahagiaan. Kasih tidak terbit dari seks ; seks tidak
mendahului kasih. .
Empat
hal yang harus diketahui tentang kasih eros selaku orang beriman yaitu :
1. Eros tidak akan selalu berakhir dengan pernikahan.
2. Eros harus dikontrol dan diberi disiplin.
3. Eros harus dipelajari dan diketahui secara matang dan mendalam.
4. Eros harus tunduk kepada Allah.
Secara kontekstual Iman Kristiani mengajarkan bahwa
Eros merupakan titik pertemuan kasih dan Tuhan. Eros disini juga bisa diartikan
Tubuh dan Jiwa. Maka untuk mengasihi Tuhan diperlukan keterlibatan Tubuh dan
Jiwa juga.[16]
Dalam Roma 12 : 28 “ Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan Kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu
mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
Penganut
new morality tidak menyetujui hukum-hukum kesusilaan yang berdasarkan hukum
Allah dan menggantikan kepercayaan kepada Allah dengan kepercayaan diri sendiri
. Dalam kejadian 1:26 Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya.
Manusia disebut mahluk yang bermoral dan ditempatkan oleh Allah dalam alam yang
tunduk kepada hukum moral. Dalam Efesus pasal 4, Rasul Paulus menggariskan rupa
Allah dengan sifat-sifat-Nya, yakni kebenaran dan kesucian. Pembaharuan itulah
intisari daripada penebusan Yesus Kristus yaitu pembaharu watak dan sifat dalam
kebenaran dan kesucian.
Ada tiga unsur penting dalam moral manusia
yakni:
1)
Mahkluk yang moral mengerti perbedaan
antara benar dan salah, baik dan buruk .
2)
Mahkluk yang moral mampu melakukan yang
benar dan dapat memilih yang benar
3)
Mahluk yang moral hanya memperoleh
kebahagiaan yang sejati, kalau ia hidup dalam kebenaran dan kesucian.[17]
Dalam
hukum Allah yang ke-7 “ Jangan berzinah” dan mengenai perkawinan Allah
mengingatkan supaya setia (Mat.19:5-6), Paulus mengingatkan bahwa tubuh adalah
bait Allah maka harus dijaga kekudusannya (1 Kor.6:12-20). Sehingga Free seks dilarang oleh
Allah untuk menjamin dan memelihara personality, untuk menjaga kepribadian
ataupun tingkah laku dan melarang free seks supaya prikemanusiaan tidak
dihinakan. Gejala ini sangat berbahaya karena meniadakan kasih
sebagai dasar pernikahan dan unsur terpenting kasih senantiasa dinyatakan dalam
kesetiaan, tetapi free sex mengaburkan unsur kesetiaan itu.
III.
Kesimpulan
Dari
pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa New Morality suatu reaksi alam abad ke
– 20 yang telah mengantikan kepercayaan kepada Allah dengan kepercayaan kepada
diri sendiri serta kepercayaan kepada ilmu seperti ilmu Filsafat, Theologia,
Sosiologi, Pengaruh Darwin, dan Psikologi. Penganut-penganut New Morality
menyambut segala pikiran baru itu dan tidak mempertahankan standard dan norma
yang diterima oleh umat Kristen sebagai kaidah bagi pikiran dan perbuatan dan
sebagai norma yang berlaku bagi kehidupan sehari-hari ( Old Morality). Para
penganut New Morality tidak menyetujui hukum-hukum kesusilaan yang berdasarkan
hukum Allah. Mereka beranggapan bahwa hukum-hukum tersebut tidak menguntungkan
manusia, melainkan merugikan.
IV.
Daftar
Isi
…KBBI Jakarta: Balai Pustaka,2005
Frans
Magnis - Suseno,Etika Dasar
masalah-masalah pokok Filsafat Moral ,Yogyakarta:Kanisius,1987
Marx
,Dorothy I., New Morality,Bandung:Yayasan
Kalam Hidup,1994
Suseno-,
Frans Magnis., 12 Tokoh Etika Abad ke-20,
Yogyakarta:Kanisius,2000
Verkuyl
, J., Etika Kristen Bagian Umum, Jakarta:BPK-GM,2009
White,Jerry
., Kejujuran Moral & Hati Nurani
Jakarta : BPK-GM,1999
[1]
Dorothy I. Marx, New Morality,(Bandung:Yayasan
Kalam Hidup,1994),9
[2]
…KBBI (Jakarta: Balai Pustaka,2005),754
[3]
Frans Magnis- Suseno,Etika Dasar masalah-masalah
pokok Filsafat Moral ,(Yogyakarta:Kanisius,1987),19
[4]
Dorothy I. Marx, New Morality,1
[5]
Frans Magnis-Suseno, 12 Tokoh Etika Abad
ke-20,( Yogyakarta:Kanisius,2000),151
[6]
Dorothy I. Marx, New Morality,(Bandung:Yayasan
Kalam Hidup,1994),26
[7]
Frans Magnis-Suseno, 151
[8]
Dorothy I. Marx,26
[9]
Dorothy I. Marx,19-27
[10]
Dorothy I. Marx, New Morality,48
[11]
Frans Magnis-Suseno,12 Tokoh Etika Abad
ke-20,104
[12]
J. Verkuyl, Etika Kristen Bagian Umum, (Jakarta:BPK-GM,2009),253
[13]
Jerry White, Kejujuran Moral & Hati
Nurani ( Jakarta : BPK-GM,1999),164
[14]
Dorothy I. Marx, New Morality,78
[15]
Ibid, 81
[16]
Ibid, 60-62
[17]
Dorothy I. Marx, New Morality,34
Mantap gan terus nulis ya gan...
ReplyDelete