Reformasi
oleh Marthin Luther dan Philip Melancthon
I.
Pendahuluan
Reformasi lahir dan berkembang didalam lingkungan gereja
dan masyarakat Eropa Barat, yang terjadi pada GKR (Gereja Katolik Roma) di
Jerman yang dipimpin oleh Martin Luther dan dibantu sahabatnya Philip
Melanchton di kota Wittenberg yang dimana kepemimpinan Paus yang tidak sesuai
dengan kebenaran amanat Alkitab. Pada
sajian kali ini kita akan membahas tentang pengertian, latarbelakang terjadinya
reformasi serta reformasi yang dilakukan oleh Martin Luther dan Philip
Melancthon. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita.
II.
Pembahasan
2.1. Pengertian Reformasi
Dalam KBBI, Reformasi adalah perubahan secara dratis
untuk perbaikan(sosial, politik, atau agama) disuatu negara atau masyarakat.[1]
Reformasi juga diartikan sebagai gerakan untuk mengadakan pembaharuan dalam
kekristenan barat yang dimulai sejak abad ke-14 hingga abad ke-17.[2]
Kata Reformasi dipergunakan secara umum untuk menunjukkan kepada semua usul dan
tindakan yang bertujuan memulihkan keadaan gereja serta meniadakan
penyelewengan-penyelewengan yang terjadi di gereja.[3]
2.2. Latarbelakang
terjadinya Reformasi
Timbulnya
Reformasi tidak hanya berkaitan dengan krisis Kepausan pada akhir abad
pertengahan yang dijelaskan
dalam tulisan tentang gereja dan negara pada abad pertengahan. Timbulnya
Reformasi juga berkaitan dengan krisis rohani yang dialami oleh anggota-anggota
gereja.[4] Pada abad ke-16 Jerman mengalami krisis
di bidang agama dan ekonomi. Krisis ini terjadi karena Roma (pusat kepausan) terlalu mencampuri urusan
Gerejawi di masing-masing negara dan melalui imam-imam setempat menuntut banyak
pembayaran.
Sementara
itu biara-biara setempat memiliki banyak tanah dan harta dan para imam tidak
memberi teladan dalam hal perilaku, yang membuat masyarakat dan para petani
menjadi resah.[5]
Semua orang Kristen di bawah pimpinan Paus telah mulai pudar. Kini raja-raja/Kaisar masing-masing mengatur urusan negaranya
sendiri, termasuk urusan gereja di dalam wilayah negara itu. Di tengah situasi
yang demikian mempengaruhi jalannya reformasi karena Eropa sudah tidak merupakan
kesatuan lagi maka paus dan kaisar tidak dapat begitu saja menumpas gerakan
yang tidak mereka sukai. Sehingga munculah reformasi sebagai hasil pergumulan satu orang mengenai gereja pada
zamannya yang mendapat pertolongan dari amanat Alkitab.[6]
Timbulnya reformasi ini juga berkaitan dengan krisis
rohani yang dialami oleh anggota-gereja-gereja.[7]
Selain beberapa hal tersebut reformasi juga disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
a.
Bidang
Kerohanian
Sudah sejak abad ke-5 Uskup Roma semakin memperlihatkan dan
mengklaim supremasi atau keunggulan atas seluruh gereja, paling tidak di Eropa.
Dan klaim supremasi itu kemudian tidak hanya diberlakukan atas gereja melainkan
juga atas Negara atau pemerintah dan kemudian disusul dengan penetapan berbagai
ajaran gereja yang tidak berdasarkan Alkitab tetapi berdasarkan tradisi.
b.
Bidang
Sosial Politik
Setiap raja ingin mengatur urusan negeri atau wilayah
kekuasaannya masing-masing dan tidak mau lagi mengakui klaim supremasi gereja
atau paus atas gereja. Raja-raja tidak suka tunduk kepada kaisar dan kaisar
lebih sering dipandang sebagai antek paus ketimbang sebagai tokoh pemersatu
Jerman.
c.
Bidang
Kebudayaan
Sejak abad ke 15 timbul
Renaisans yaitu semangat untuk kembali ke kejayaan masa lalu dan untuk
itu perlu menggali sumber-sumber dan menemukan kekayaan masa lalu sehingga
mengembangkan dalam bentuk-bentuk baru. Dan banyak juga yang berupaya mengupayakan filsafat yunani dan
iman kristiani.
d.
Bidang
Ekonomi
Eropa Barat sedang mengalami perkembangan yang pesat,
sejak abad ke 15 kelas pedagang dan pengusaha di bidang perdagangan dan
industri yang menjadi cikal bakal kapitalisme.[8]
2.1 Martin Luther (1483-1546)
2.1.1
Riwayat
Hidup Martin Luther
Martin
Luther lahir pada tanggal 10
November 1483 dari pasangan petani di Eisleben, di Jerman. ayahnya
seorang penambang namanya Hans Luther, dan ia berasal dari orang miskin ibunya mendorongnya belajar hukum dengan mengirimnya
ke Universitas Erfurt dan pada
tahun 1505 dia lulus dalam ujian yang memberi hak kepadanya untuk menuntut ilmu
hukum. Tetapi tiba-tiba terjadilah perubahan besar dalam hidup Luther. Pada
tanggal 2 juni 1505, dia ditimpa oleh hujan keras disertai guruh dan
halilintar. Hampir ia disambar kilat maka ia sangat takut dan getar sambil
berseru: “Santa Anna yang baik, tolonglah aku! Aku mau menjadi rahib!”.[9]
Ia masuk biara Agustinian pada tahun 1505, dan menjadi iman pada tahun 1507.
Karena kemampuan akademisnya, atasannya
mengirim dia ke Universitas Wittenberg untuk meraih gelar teologi. Pada tahun
1510 dia pergi ke Roma dan kecewa oleh iman bersifat mekanis yang Ia temui di
sana. Ia melakukan semua yang dapat ia lakukan untuk menegakkan kesalehannya.
Ia bahkan naik tangga Pilatus, yang dianggap pernah dilalui Kristus. Luther berdoa dan mencium setiap tangga
ketika ia naik, namun keraguannya belum teredam. Beberapa tahun kemudian, ia
kembali ke Wittenberg sebagai doctor teologi untuk mengajar pelajaran Alkitab.
Pada tahun 1515, ia mulai mengajarkan surat Paulus kepada jemaat
di Roma.[10] Pada tahun 1525 Luther melangsungkan
pernikahan dengan seorang rahib wanita yang bernama “Katharina Van Bora” dan Luther menganggap bahwa pernikahannya
ialah suatu perkara yang suci, bahkan jauh lebih mulia daripada hidup rahib
yang pura-pura saja rohani. Martin Meninggal pada tanggal 18 Februari 1546 pada
usia 62 tahun di Eisleben.[11]
2.1.2
Reformasi
Martin Luther
Penyebab
mendasar dari timbulnya reformasi adalah perbedaan antara ajaran atau teologi
dan praktik gereja (GKR) dengan ajaran Alkitab. Tetapi peristiwa pemicu
reformasi itu adalah penjualan surat penghapusan siksa di Jerman oleh Johan
Tetzel.[12]
Johan Tetzel adalah kepala penjual seorang Dominican, yang mengadakan
propaganda besar dan mengosongkan dompet rakyat Jerman untuk mengisi
pundi-pundi Albercht dan Leo X dengan syarat
indulgensia, yaitu penyesalan
yang sunguh-sungguh tidak
disebut lagi dan Tetzel
mengatakan bahwa surat penghapusan itu mendatangkan hasil yang sangat besar
baik bagi pembeli sendiri maupun untuk keluarganya dalam api penyucian. Tetzel
berkata: Kalau
uang berdenting di dalam peti, melompatlah jiwa itu ke dalam sorga.[13]
Dengan adanya surat indulgensia ini banyak orang beranggapan bolehlah mereka
berbuat dosa sampai pada hari ajalnya. Lalu Luther terpaksa menyerang kebiasaan
buruk ini ketika orang datang mengaku dosa kepadanya menuntut penghapus siksa
berdasarkan surat indulgensia Tetzel itu.
Kemudian
Luther menulis 95 dalil(Ganjalan Hati) dalam tulisan Latin untuk
mengadakan perdebatan umum mengenai
surat itu, lalu
memakukannya
di depan gerbang istana Wittenbreg serta
mengundang orang cerdik, pandai
bertukar pikiran dengan dia baik secara lisan maupun tulisan yang terjadi pada
31 Oktober 1517. Dan pada tanggal ini Gereja-gereja reformatories di peringati
sebagai hari reformasi.[14]
2.1.3
Ajaran-ajaran Martin Luther
1. Firman
dan Sakramen
Firman
dan Sakramen adalah kata-kata kunci dalam kehidupan gereja-gereja Lutheran dan
merupakan pusat ajaran Lutheran yang mengacu pada Alkitab sebagaimana dinyatakan
lewat semboyan Sola Scriptura.[15] Kebenaran
dan keadilan Allah bukan terletak pada ganjaran yang setimpal atas setiap
perbuatan manusia, melainkan pengampunan yang Ia karuniakan pada orang berdosa.
Rahmat Allah yang mengampuni segala dosa karena darah Yesus Kristus.[16]
Penghargaan sakramen tertinggi terletak pada babtisan roh kudus dan perjamuan
roh kudus, dan keyakinan Luther bahwa keselamatan hanya diperoleh berdasarkan
kasih karunia melalui iman (Sola Grasia
dan Sola Fide), sedangkan sakramen mengacu pada
penghargaan atas kedua sakramen. Ajaran Luther tentang sakramen perjamuan kudus
disebut konsubstansiasi[17]
2.
Jabatan
dan Tata Gereja
Luther
tidak banyak berbicara tentang pembaruan jabatan tetapi berdasarkan pergumulannya dalam mendalami
Alkitab dan ajaran gereja.
Ini
didasarkan bahwa pemahaman tentang jabatan yang di berlakukan di dalam
lingkungan GKR pada waktu itu secara Theologis menyimpang dari amanat Alkitab.
Ketika Luther berbicara tentang jabatan, ia segera mengkaitkannya dengan pusat
atau inti amanat Alkitab dan dengan hakikat
gereja sebagai persekutuan orang-orang beriman, yang telah di selamatkan
Kristus dan yang hidup di sekitar Firman dan sakramen.[18]
3.
Tata
Ibadah
Bagi
Luther yang terpenting dalam Ibadah adalah bagaimana
agar jemaat mengalami dengan nyata tindakan penyelamatan Allah di dalam
Kristus, dan itu hanya bisa dialami bila kepada mereka Firman diberitakan
dengan murni dan dalam bahasa yang dapat dimengerti jemaat, dan sakramen dijalankan
dengan benar.[19]
Ketika Luther mulai menyelenggarakan sendiri ibadah di jemaat-jemaat, pengikutnya nyanyian dan musik mendapat tempat penting dalam dan tata ibadah yang
disebut dengan Agenda dan tidak ada pembacaan hukum Tuhan (Tata ibadah Lutheran
yang asli).[20]
2.1.4. Karya-karya Martin Luther
Sejak
1520 Luther lebih banyak memusatkan perhatian pada penulisan buku ataupun
traktat yang memuat rangkaian pandangan dan gagasan
yang baru yang kelak ikut menjadi acuan pokok dalam perumusan ajaran dan tata
Gereja Lutheran. Di antara tulisan-tulisan yang dihasilkannya pada tahun 1520,
ada tiga tulisannya yang patut di catat yaitu:
1) Kepada
Kristen Jemaat mengenai
Perbaikan Masyarakat Kristen
Disini
Luther antara lain menandaskan bahwa Paus dan kaum Rohaniwan tidak boleh
berkuasa atas “kaum
awam”(warga gereja).
Setiap orang Kristen adalah imam dan ikut bertanggung jawab di dalam kehidupan
gereja. Pandangan ini kemudian dikenal dengan semboyan imamat am semua orang percaya.
2) Preludium
Tentang Pembuangan Babel untuk Gereja
Ini
berisi uraian tentang sakramen. Di sini ditegaskan bahwa hanya ada dua sakramen
yang ditetapkan Kristus sendiri dan yang ditemukan dasarnya di dalam Alkitab,
yaitu Baptisan kudus dan Perjamuan kudus. Makna sakramen serta hubungannya
dengan Firman Tuhan juga dirumuskan secara baru sakramen bukanlah saluran
anugrah sebagai penjamin keselamatan atas diri kita, melainkan tanda dari apa
yang dinyatakan Firman itu. Dengan kata lain, Sakramen adalah Firman dalam rupa
tanda, dan sambutan kita dalam menerima sakramen itu hanyalah iman.
3) Kebebasan
Seorang Kristen
Ini
merupakan karya yang paling terkenal dan merupakan buku etika Protestan yang
pertama, karena menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan perbuatan. Tulisan
ini di mulai Luther dengan dua dalil yang seakan-akan saling bertentangan: Seorang
kristen pada hakikatnya bebas dari hukum atau taurat mana pun, biar Paus
sekalipun, sebab ia sudah memiliki kebenaran kristus dan tidak lagi membutuhkan
perbuatan-perbuatan amal.[21]
2.2 Philip Melancthon (1497-1560)
2.2.1
Riwayat
Hidup Philip Melancthon
Melancthon
dilahirkan dari keluarga yang terhormat dan saleh pada 16 februari 1497 di
Bretten, Palatin, Jerman. Ayahnya seorang penyalut tenaga tentara yang cakap
bagi pangeran Philip dan Kaisar Maximilianus I. Ibunya adalah kemenakan
Reuchlin yang terkenal itu.[22]
Melanchthon adalah sahabat terdekat Luther, biarpun perangai mereka sangat
berbeda.[23]
Melancthon juga adalah salah seorang sarjana Jerman yang matang sebelum
waktunya. Ia memiliki banyak bidang keahlian ilmu pengetahuan terutama
Philologi Klasik. Pada umur 17 tahun ia telah memperoleh gelar MA dari
Universitas Tubingen. Ia menulis dan berbicara dalam bahasa yunani, Latin lebih
baik daripada orang Jerman lainnya.
Ia memulai karyanya di depan umum di
Universitas Tubingen sebagai dosen bahasa-bahasa Klasik. Ia menterjemahkan
karya-karya Plutarch, Aristoteles. Pada tahun 1518 ia menerbitkan Tata bahasa Yunani yang diterbitkan
beberapa kali. Namanya terkenal dimana-mana sehingga datanglah tawaran untuk
menjadi mahaguru pada universitas Ingolstadt, Leipzig dan Wittenberg. Ia
memutuskan untuk pergi ke wettenberg untuk menjadi mahaguru bahasa Yunani. Atas
anjuran Luther ia menikah dengan Katharian Krapp, yang dengan setia menemaninya
dalam suka dan duka. Mereka memperoleh 4 orang anak. Istrinya meninggal pada
tahun 1557 sementara Melanchthon dalam perjalanan ke Diet Worms. Mendengar
kematian istrinya di Heidelberg, ia berkata: “ Syukurlah, saya akan segera
mengikutimu”.
Melanchthon memainkan peranan penting dalam Diet-diet
yang diadakan oleh kaisar Karel V. Ia hadir dalam Diet Syeper, 1529 di
Margburg. Dalam diet Margburg ia menentang dengan keras ajaran Zwingli tentang
perjamuan kudus. Melanchthon di masa-masa akhir hidupnya mencurahkan
perhatiannya kepada mengorganisir gerejanya di Saksen atas dasar Semiepiskopal.
Karena pandangan-pandangan theologinya mirip dengan Calvin, maka Melanchthon
sering dicurigai sebagai Cripto-Calvinisme (calvinisme tersembunyi).
Melanchthon meninggal pada tahun 1560 di Wittenberg.[24]
2.2.2 Reformasi
Philip Melancthon
Reformasi
Philip Melancthon ketika pada tahun 1530
nasib Reformasi di jerman akan di tentukan.
Karel V kembali ke jerman sesudah
ia tidak mengunjungi negeri itu Sembilan tahun lamanya dan berjanji untuk mendengar segala pertimbangan dan keterangan
dari golongan-golongan yang bersangkutan pada rapat negara yang akan di adakan di
Agusburg. Sedangkan Luther tidak bisa menghadiri karena ia masih terkena kutuk
kaisar. Oleh karena itu Melancthon
mengharapkan perdamaian
dengan kaisar, ia berusaha menekankan segala pokok yang disetujui dan diakui
oleh kedua pihak, sudah tentu dengan karangannya yang menjelaskan dengan amat
terang tentang segala pandangan theologia reformasi, sehingga karangan itu
disebut “Pengakuan Agusburg (Confessio Augustana)”. Yang di akui sebagai
surat-surat pengakuan resmi Gereja Lutheran.[25]
2.3.2.
Karya-karya
Philip Melancthon
1.
Loci
Communes
Melancthon
mempersiapkan suatu teologi yang sistimatis bagi golongan reformatoris
karangannya itu disebut Loci Communes yang diselesaikannya pada tahun
1521.dalam buku ini melancthon menguraikan ajran ajaran pokok reformatoris
terutama
mengenai dosa dan anugerah
pertobatan dan keselamatan. Loci merupakan buku Dogmatika pertama dari kalangan
reformatoris serta bertujuan untuk mempersiapkan jalan menuju pada pengakuan
Agusburg yang disusun oleh melancthon sendiri.
Pengakuan Agusburg adalah salah satu surat pengakuan resmi Gereja Lutheran. Dan
karyanya yang kedua yaitu Apologi
(Pembelaan).[26]
2.3.
Perlawanan dari Pihak Paus dan Kaisar
Pada
tanggal 15 Juli 1520 terbitlah Bulla Paus, dimana 41 ucapan Luther di tolak dan
di anggap sesat. Dan jika dalam waktu 60 hari Luther tidak mencabut perkataannya
itu ia akan di pandang penyesat dan harus kenakan hukum gereja. Namun Luther
membalas bulla itu dengan suatu karang
yang berkepala: Melawan Bulla Kutuk Antikrist.
Dan pada 10 desember ia membakar bulla Paus di depan pintu gerbang kota
Wittenberg dan bersama undang-undang GKR karena kitab itu yang membuktikan
dengan sejelas-jalasnya, betapa
besar kelaliman yang Paus lakukan dengan
sewenang - wenang terhadap Gereja Kristus. Pada tanggal 3 Januari 1521 keluarlah Bulla kutuk Paus, tetapi hampir tak seorangpun
juga yang memperhatikannya. Karena
semua orang sadar bahwa sejarah Gereja bukan lagi tergantung kepada Roma Dan
pada bulan April 1521 di kota Worms Luther di panggil untuk mempertanggung
jawabkan perbuatan-perbuatan dan karangan-karangannya. Dan pada pembelaanya di
hadapan kaisar dan raja-raja pada tanggal 18 April 1521 menjadi termasyur. [27]
Sungguhpun
rakyat Jerman menghormati Luther selaku pahlawannya, tetapi Kaisar Karel tak
ragu-ragu lagi, di mana pada tanggal 26 Mei ia mengeluarkan Edik Worm, di mana
Luther dan pengikutnya di kucilkan dari masyarakat dengan kutuk negara dan
segala karangan Luther harus di bakar dan dia sendiri boleh ditangkap atau di
bunuh oleh siapa saja yang menemui dia. Ketika ia hendak pulang ia disembunyikan oleh
Raja Frederik yang bijaksana yang hendak meluputkan sahabatnya dari bahaya maut
dan membawanya kedalam Puri Wartburg yang tinggi letaknya dekat Eisenach untuk
menjaga keamanannya.[28]
III.
Kesimpulan
Dari
pemaparan diatas kami para penyaji dapat menyimpulkan bahwa perjuangan Martin
Luther dan Philip Melancthon adalah perjuangan yang tidak kenal lelah dalam
menentang apa yang salah atau yang lari dari jalurnya(tidak sesuai Firman
Tuhan) dengan hikmat dan keberanian yang
sangat gigih serta mempertaruhkan
nyawa sekalipun tetap di jalankan, dan berserah kepada Tuhan adalah suatu iman yang teguh guna untuk mewujudkan kebenaran
yang sesungguhnya inilah yang dilakukan Martin Luther dan sahabatnya
Melanchthon dan hal hasil buah iman itu berbuah dan Lutheran diakui sebagai
Gereja dan menjadi Kristen protestan(Lutheran) dan dari sinilah banyak Negara
tidak percaya lagi dengan GKR
dan membuat gerakan reformasi yang seperti yang terjadi di Negara-negara lain seperti Swiss, Prancis
dan Negara yang lainnya.
IV.
Daftar
Pustaka
....KBBI,
Jakarta: Balai Pustaka, 1996
Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran didalam dan di luar Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2009
Aritonang, Jan S., Garis
Besar Sejarah Reformasi, Bandung:
Jurnal Info Media, 2007
Curtis, A. Kenneth, J. Stephen Lang & Randy Petersen,
100
Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009
End, Thomas Van Den, Harta Dalam Bejana, Jakarta: Gunung Mulia, 2013
Enklaar, H. Berkof. I.H., Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010
Jonge, Cristian de, Gereja Mencari Jawab, Jakarta: Gunung Mulia, 2009
Lane, Tony, Runtur Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani, Jakarta: Gunung Mulia,
2012
Willem, F.D., Kamus
Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011
Willem, F.D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, Jakarta:
Gunung Mulia, 1999
95
Dalil Martin Luther*
1. Tuhan dan Guru
kita Yesus Kristus, ketika Ia mengucapkan"Bertobatlah," dan
seterusnya, menyatakan bahwa seluruh hidup orang-orang yang percaya harus
diwarnai dengan pertobatan.
2. Kata ini tidak
boleh dimengerti mengacu kepada hukuman sakramental; maksudnya, berkaitan
dengan proses pengakuan dan pelepasan(dosa), yang diberikan oleh imam-imam yang
dilakukan di bawah pelayanan imam-imam.
3. Dan, pertobatan
tidak hanya mengacu pada penyesalan batiniah; tidak, penyesalan batiniah
semacam itu tidak ada artinya, kecualisecara lahiriah menghasilkan
pendisiplinan diri terhadap keinginan daging.
4. Jadi, hukuman
itu terus berlanjut selama ada kebencian pada diri sendiri - maksudnya,
penyesalan batin yang sejati berlanjut: yaitu,sampai kita masuk ke dalam
kerajaan surga.
5. Paus tidak
memiliki kekuatan maupun kuasa untuk mengampuni kesalahan apa pun, kecuali yang
telah ia diberikan dengan otoritasnya sendiri, atau oleh peraturan.
6. Paus tidak
memiliki kuasa untuk mengampuni dosa apa pun, kecuali dengan menyatakan dan
menjaminnya te1ah diampuni Allah; atau setidaknya ia dapat memberikan
pengampunan pada kasus-kasus yang menjadi tanggungjawabnya, da1am kasus
tersebut, jika kuasanya diremehkan, kesalahan akan tetap ada.
7. Allah tidak
pernah mengampuni dosa apa pun, tanpa pada saat yang sama Dia menundukkan diri
manusia itu, merendahkan diri da1am sega1a sesuatu, kepada otoritas imam,
wakilnya.
8. Peraturan
pengakuan dosa hanya dikenakan pada orang yang hidup dan tidak seharusnya
dikenakan pada orang yang mati; menurut peraturan tersebut.
9. Oleh karena itu
Roh Kudus berkarya da1am diri Paus me1akukan halyang baik bagi kita, sejauh da1am
keputusannya, Paus se1a1u membuat perkecualian terhadap aturan tentang kematian
dan nasib seseorang.
10. Imam-imam
bertindak salah dan tanpa pengetahuan,jika dalam kasus orang yang sekarat,
mengganti hukuman kanonik dengan api penyucian.
11. Benih ilalang
tentang mengubah hukuman kanonik menjadi hukuman di api penyucian tampaknya
tentu saja telah ditaburkan sementara para uskup tertidur.
12. Pada mulanya,
hukuman kanonik dikenakan bukan sesudah,melainkan sebelum pengampunan, sebagai
ujian untuk pertobatan mendalam yang sejati.
13. Orang yang
sekarat melunasi semua hukuman dengan kematian,dianggap sudah mati sesuai hukum
kanon dan mendapat hak dilepaskan dari hukum kanon.
14. Kebaikan atau
kasih yang tidak sempurna dari orang yang sekarat pasti menyebabkan ketakutan
yang besar; dan makin sedikit kebaikan atau kasihnya, makin besar ketakutan
yang diakibatkannya.
15. Rasa takut dan
ngeri tersebut sudah cukup bagi dirinya sendiri,tanpa berbicara hal-hal lain,
tanpa ditambah penderitaan di api penyucian karena hal itu sangat de kat dengan
kengerian keputusasaan.
16. Neraka, api
penyucian, dan surga tampak berbeda seperti halnyakeputusasaan, hampir putus
asa, dan kedamaian pikiran itu berbeda.
17. Jiwa da1am api
penyucian, tampaknya harus seperti ini: saat kengerian menghilang, kasih
meningkat.
18. Namun, hal itu
tampaknya tidak terbukti dengan penalaran apapun atau ayat Alkitab mana pun,
api penyucian berada di luar kebaikan seseorang atau meningkatnya kasih.
19. Hal itu juga
tidak terbukti; bahwa jiwa dalam api penyucian yakin dan mantap dengan berkat
mereka sendiri; mereka semua, bahkan jika kita bisa sangat yakin dengan hal
tersebut.
20. Oleh karena
itu Paus, ketika ia berbicara ten tang pengampunan sepenuhnya dari semua
hukuman, itu bukan sekadar bermakna semua dosa,melainkan hanya hukuman yang ia
jatuhkan sendiri.
21. Jadi, para
pengkhotbah pengampunan dosa, yang berkata bahwa dengan surat pengampunan dosa
dari Paus, seseorang dibebaskan dan diselamatkan dari semua hukuman, melakukan
kesalahan.
22. Sebab
sesungguhnya ia tidak menghapuskan hukuman, yang harus mereka bayar dalam
kehidupan sesuai dengan peraturan, bagi jiwa-jiwa diapi penyucian.
23. Jika
pengampunan sepenuhnya bagi semua hukuman bisa diberikan kepada seseorang,
sudah tentu tidak akan diberikan kepada seorang pun kecuali orang yang paling
sempurna - yaitu, kepada sangat sedikit orang.
24. Oleh karena
itu sebagian besar orang pasti tertipu dengan janji pembebasan dari hukuman
yang bersifat tidak pandang bulu dan sangat manis itu.
25. Kekuasaan
seperti itu dimiliki Paus atas api penyucian secara umum, seperti halnya
dimiliki setiap uskup di keuskupannya dan setiap imam di jemaatnya sendiri,
secara khusus.
26. Paus bertindak
dengan benar dengan memberikan pengampunan dosa kepada jiwa-jiwa, bukan dengan
kekuasaan kunci-kunci (yang tak ada gunanya dalam hal ini), melainkan dengan
doa syafaat.
27. Orang yang
berkata bahwa jiwa seseorang terlepas dari api penyucian segera setelah uang
dimasukkan ke dalam peti yang menimbulkan bunyi gemerencing, berkhotbah dengan
gila.
28. Sudah tentu,
ketika uang yang dimasukkan dalam peti menimbulkan bunyi gemerencing,
ketamakan, dan keuntungan mungkin meningkat, tetapidoa syafaat gereja
tergantung pada kehendak Allah semata-mata.
29. Siapa tahu
apakah semua jiwa di api penyucian ingin dibebaskan darinya atau tidak, sesuai
dengan cerita yang dikisahkan tentang Santo Severinus dan Paschal?
30. Tidak ada
seorang pun yang yakin tentang realita perasaan berdosanya sendiri,
terlebih-lebih pencapaian pengampunan dosa seluruhnya.
31. Seperti halnya
petobat sejati itu jarang, demikian juga orangyang sungguh-sungguh membeli
surat pengampunan dosa itu jarang -maksudnya, sangat jarang.
32. Orang yang
percaya bahwa, melalui surat pengampunan dosa,mereka dijamin mendapatkan
keselamatan mereka, akan dihukum secara kekal bersama dengan guru-guru mereka.
33. Kita harus
secara khusus berhati-hati terhadap orang yang berkata bahwa surat pengampunan
dari Paus ini merupakan karunia Allah yang tak ternilai harganya, yang
menyebabkan seseorang diperdamaikan dengan Allah.
34. Sebab kasih
karunia yang disalurkan melalui pengampunan inihanya berkaitan dengan hukuman
untuk memenuhi hal-hal yang bersifat sakramen, yang ditentukan oleh manusia.
35. Orang yang
mengajar bahwa penyesalan yang mendalam itu tidak diperlukan oleh orang-orang
yang membeli jiwa-jiwa keluar dari api penyucian atau membeli lisensi
pengakuan, tidak mengkhotbahkan doktrinKristen.
36. Setiap orang
Kristen yang merasakan penyesalan yang sejati akan mendapatkan pengampunan dosa
seluruhnya yang sejati dari penderitaan dan rasa bersalah, bahkan meskipun
tanpa surat pengampunan dosa.
37. Setiap orang
Kristen sejati, entah yang hidup atau yang mati, mendapatkan bagian dalam semua
berkat Kristus dan gereja yang diberikan kepadanya oleh Allah meskipun tanpa
surat pengampunan dosa.
38. Namun,
pengampunan dosa, yang dilakukan oleh Paus, tidak boleh dipandang rendah dengan
cara apa pun sebab pengampunan, seperti saya katakan, merupakan pernyataan
pengampunan dosa dari Allah.
39. Menekankan
dampak pengampunan dosa yang besar dan pada saat yang sama menekankan
pentingnya penyesalan yang sejati di mata orang-orang, merupakan hal yang
paling sulit, bahkan juga untuk teologi yang paling terpelajar sekalipun.
40. Penyesalan
yang sejati mendambakan dan mencintai hukuman,sementara hadiah pengampunan dosa
menjadikannya lega dan membuat manusia membencinya, atau paling tidak
memberikan kesempatan bagi mereka untuk membencinya.
41. Pengampunan
dosa apostolik harus dinyatakan dengan penuh hati-hati, jika tidak, orang-orang
secara salah akan menduga hal itu diletakkan pada perbuatan baik kasih lainnya.
42. Orang-orang
Kristen harus diajar bahwa Paus tidak pernah berpikir bahwa pembelian surat
pengampunan dosa dalam cara apa pun bisa dibandingkan dengan karya kasih
karunia.
43. Orang-orang
Kristen harus diajar bahwa orang yang memberi kepada orang miskin, atau memberi
pinjaman kepada orang yang kekurangan, berbuat lebih baik daripada jika ia
membeli surat pengampunan dosa.
44. Karena,
me1alui kasih, kasih meningkat, dan manusia menjadilebih baik; sementara
melalui surat pengampunan dosa, ia tidak menjadi lebih baik, tetapi hanya lebih
bebas dari hukuman.
45. Orang-orang
Kristen harus diajar bahwa orang yang memandang seseorang yang kekurangan dan
melewatinya, memberikan uang untuk mendapatkan pengampunan dosa, tidak sedang
membeli surat pengampunandosa dari Paus untuk dirinya sendiri, tetapi murka
Allah.
46. Orang-orang
Kristen harus diajar bahwa, kecuali mereka memiliki kekayaan yang berlimpah,
mereka terikat untuk melakukan hal yang perlu untuk dipakai bagi keperluan
rumah tangga mereka sendiri dan dengan cara apa pun tidak boleh
menghamburkannya untuk mendapatkan surat pengampunan.
47. Orang-orang
Kristen harus diajar bahwa, meskipun mereka bebas untuk membeli surat
pengampunan dosa, mereka tidak diwajibkan untuk melakukannya.
48. Orang-orang
Kristen harus diajar bahwa Paus, dalam memberikan pengampunan, memiliki
kebutuhan lebih banyak dan keinginan lebih banyak agar doa yang tekun dinaikkan
baginya, daripada uang yang sudah siap untuk dibayarkan.
49. Orang-orang
Kristen harus diajar bahwa pengampunan dari Paus itu berguna,jika mereka tidak
meletakkan kepercayaan mereka penyucian; tetapi paling berbahaya, jika
melaluinya mereka kehilangan rasa takut mereka kepada Allah.
50. Orang-orang
Kristen harus diajar bahwa,jika Paus mengetahui tuntutan para pengkhotbah
pengampunan dosa, ia akan lebih menyukai jika Basilika St. Petrus dibakar
sampai menjadi abu, daripada dibangun dengan kulit, daging, dan tulang
domba-dombanya.
51. Orang-orang
Kristen harus diajar bahwa, seperti halnya merupakan kewajiban, demikian juga
itu merupakan harapan Paus yang jika perlu menjual Basilika St. Petrus dan
memberikan uangnya sendiri kepada banyak orang, yang darinya para pengkhotbah
pengampunan dosa menarik uang.
52. Sia-sialah
harapan untuk mendapatkan keselamatan melalui surat-surat pengampunan dosa,
bahkan sekalipun itu komisaris, tidak,bahkan Paus sendiri - harus menjanjikan
jiwanya sendiri bagi mereka.
53. Orang yang,
demi memberitakan pengampunan dosa, mengutuk firrnan Allah untuk meredakan
ketenangan di gereja lainnya, adalah musuh Kristus dan Paus.
54. Kesalahan
dilakukan terhadap firman Allah jika, dalam khotbahyang sama, waktu yang sama
atau lebih lama dihabiskan untuk membahas surat pengampunan daripada untuk
membahas firman Allah.
55. Menurut
pikiran Paus jika surat pengampunan, yang merupakan masalah yang sangat kecil,
dirayakan dengan satu bel, satu prosesi, dan satu seremoni; Injil, yang
merupakan masalah yang sangat besar,seharusnya diberitakan dengan ratusan bel,
ratusan prosesi, dan ratusan seremoni.
56. Kekayaan
gereja yang menyebabkan Paus mengeluarkan surat pengampunan dosa, tidak cukup
didiskusikan atau dikenal di antara umat Kristus.
57. Tampak jelas
bahwa kekayaan tersebut bukanlah kekayaan sementara; sebab kekayaan tersebut
tidak untuk dibagikan secara gratis,tetapi hanya ditimbun oleh banyak
pengkhotbah surat pengampunan dosa.
58. Kekayaan itu
juga bukan kebaikan Kristus dan para Rasul; sebab tanpa peran Paus, kebaikan
selalu menghasilkan kasih karunia kepada manusia rohani; dan salib, kematian,
dan neraka bagi manusia lahiriah.
59. St. Lawrence
berkata bahwa harta benda gereja adalah orang-orang miskin di gereja, tetapi ia
berbicara menurut penggunaankata itu pada zamannya.
60. Kami tidak
tergesa-gesa berbicara jika kami berkata bahwa kuncigereja, yang diserahkan
melalui kebaikan Kristus, adalah kekayaan itu.
61. Sangat jelas
bahwa kuasa Paus pada hakikatnya sudah memadai untuk mengampuni hukuman dan
kasus-kasus yang khusus diberikan padanya.
62. Kekayaan
gereja yang sejati adalah Injil Kudus dari kemuliaan dan kasih karunia Allah.
63. Namun,
kekayaan itu paling dibenci karena membuat orang yang pertama menjadi yang
terkemudian.
64. Sementara
kekayaan surat pengampunan dosa paling diterima karena membuat yang terakhir
menjadi yang pertama.
65. Oleh karena
itu kekayaan Injil adalah jala, yang pada mulanya digunakan untuk menjala orang
kaya.
66. Kekayaan surat
pengampunan dosa adalah jala yang sekarang digunakan untuk menjala kekayaan
orang.
67. Surat
pengampunan dosa, yang dipromosikan secara jelas oleh para pengkhotbah sebagai
kasih karunia terbesar, dipandang sungguh-sungguh seperti itu sepanjang
berkaitan dengan meningkatnya keuntungan.
68. Namun, dalam
kenyataan, surat itu tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan kasih
karunia Allah dan kesalehan karena salib.
69. Uskup dan imam
terikat untuk menerima komisaris kepausan yang mengurusi surat pengampunan
dengan segala kehormatannya.
70. Namun, mereka
masih terikat untuk melihatnya dengan segenap mata mereka dan memerhatikan
dengan segenap telinga mereka supaya orang-orang ini tidak mengkhotbahkan
keinginan mereka sendiri, namun mengkhotbahkan apa yang diperintahkan oleh
Paus.
71. Biarlah orang
yang berbicara menentang kebenaran surat pengampunan dosa Paus terkucil dan
terkutuk.
72. Namun, pada
sisi lain, orang yang mengeluarkan segenap kemampuannya untuk menentang hawa
nafsu dan penye1ewengan kebebasan para pengkhotbah pengampunan, biarlah ia
diberkati.
73. Seperti halnya
Paus secara adil menghardik orang yangmenggunakan berbagai cara untuk merusak
perdagangan surat pengampunan.
74. Terlebih-lebih
jika ia menghardik orang yang, dengan dalihsurat pengampunan, menggunakannya
sebagai alasan untuk merusak kasih kudus dan kebenaran.
75. Berpikir bahwa
surat pengampunan Paus memiliki kuasa sedemikian sehingga mereka bisa
membebaskan manusia bahkan jika -meskipun itu tidak mungkin - ia telah bersalah
kepada Bunda Allah, merupakan kegilaan.
76. Sebaliknya,
kami meneguhkan bahwa surat pengampunan Paus tidak bisa menghapuskan dosa
paling remeh sekalipun, sepanjang hal itu terkait dengan kesalahannya.
77. Ungkapan yang
mengatakan bahwa seandainya St. Petrus menjadi Paus sekarang, ia tidak bisa
memberikan kasih karunia yang lebih besar,merupakan penghujatan kepada St.
Petrus dan Paus.
78. Kami
sebaliknya meneguhkan bahwa Paus saat ini atau Paus lain mana pun memiliki
kasih karunia yang lebih besar yang dapat digunakan menurut kehendaknya -
yaitu, Injil, kuasa, karunia kesembuhan,
dan sebagaimana tertulis (1 Korintus XII.9.)
79. Mengatakan
bahwa salib yang dihiasi panji-panji kepausan merniliki kuasa yang sama dengan
salib Kristus, merupakan penghujatan.
80. Uskup, imam,
dan teolog yang mengizinkan khotbah semacam itu beredar di antara umat, harus memberikan
pertanggung-jawaban.
81. Khotbah
mengenai surat pengampunan dosa yang tidak terkontrolini bukanlah hal yang
mudah, bahkan juga bagi orang terpelajar, tidak bisa menyelamatkan Paus dari
fitnah, atau, dalam semua peristiwa, pertanyaan kritis kaum awam.
82. Misalnya:
"Mengapa Paus tidak mengosongkan api penyucian demi kasih yang paling
kudus, dan kebutuhan jiwa yang mendesak - ini menjadi yang paling benar dari
semua alasan - jika ia menebus jumlah jiwa yangtidak terbatas demi hal yang
paling hina, uang, untuk digunakan membangun Basilika - ini menjadi alasan yang
paling sepele?"
83. Sekali lagi:
"Mengapa misa penguburan dan misa peringatan hari kematian masih
berlanjut, dan mengapa Paus tidak mengembalikan, atau mengizinkan penarikan
dana yang diwariskan untuk tujuan ini; karena hal ini merupakan kesalahan untuk
berdoa bagi orang-orang yang sudah ditebus?"
84. Sekali lagi:
"Apakah karena kesalehan yang baru kepada Allah dan Paus, maksudnya, demi
uang, pejabat gereja mengizinkan orang yang tidak beriman dan musuh Allah untuk
menebus jiwa-jiwa yang saleh dan mengasihi Allah dari api pencucian, namun
tidak menebus jiwa yang saleh dan terkasih itu, berdasarkan kasih yang
cuma-cuma, demi kebutuhannya jiwa-jiwa itu sendiri?"
85. Sekali lagi:
"Mengapa peraturan tentang penyesalan dosa, yang sudah lama dihapuskan dan
mati dalam kenyataannya karena tidak digunakan, sekarang dipatuhi lagi dengan
memberikan surat pengampunandosa, seolah-olah peraturan-peraturan tersebut
masih hidup dan berlaku?"
86. Sekali lagi: "Mengapa
Paus, yang kekayaannya saat ini jauh lebih banyak daripada orang yang paling
kaya di antara orang kaya,tidak membangun Basilika St. Petrus dengan uangnya
sendiri, sebaliknya dengan uang dari. orang-orang percaya yang miskin?"
87. Sekali lagi:
"Apa yang diampuni atau dianugerahkan Paus kepada orang-orang, yang dengan
penyesalan yang dalam dan sempurna, merniliki hak untuk mendapatkan pengampunan
dan berkat yang sempurna?
88. Sekali lagi:
"Berkat yang lebih besar apakah yang akan diterima gereja jika Paus, tidak
satu kali, seperti yang ia lakukan sekarang, memberikan pengampunan dosa dan
berkat seratus kali sehari kepada setiap orang yang setia dalam iman?"
89. Oleh karena
keselamatan jiwa, bukannya uang, yang dicari Paus melalui surat pengampunannya,
mengapa ia menunda surat-surat danpengampunan dosa yang diberikan sejak lama
karena keduanya sama-sama manjur?
90. Untuk menindas
keberatan dan argumen kaum awam dengan kekuatan semata-mata dan tidak
menyelesaikannya dengan memberikan penjelasan, berarti memberi kesempatan
kepada gereja dan Paus untuk dicemooh musuh-rnusuh mereka dan membuat
orang-orang Kristen tidak senang.
91. jika,
kemudian, pengampunan dikhotbahkan sesuai semangat dan pikiran Paus, sernua
pertanyaan ini akan diselesaikan dengan mudah -tidak, bahkan tidak akan ada.
92. Jadi,
menyingkirlah, semua nabi yang berkata kepada umat Kristus, "Damai,
damai," dan tidak ada damai!
93. Diberkatilah
semua nabi yang berkata kepada umat Kristus, "Salib, salib," dan
tidak ada salib!
94. Orang-orang
Kristen harus dinasihati untuk setia mengikuti Kristus Sang Kepala mereka
melalui penderitaan, kematian, dan neraka.
95. Dan dengan
demikian yakin untuk memasuki surga melalui penganiayaan, bukannya melalui
damai sejahtera yang palsu.
[3] A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang &
Randy Petersen, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2009), 75
[4]
Cristian de Jonge, Gereja Mencari Jawab,
(Jakarta: Gunung Mulia, 2009), 23
[5] Jan S. Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007),
16
[6]
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana,
(Jakarta: Gunung Mulia, 2013), 152
[8] Jan Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, (Jakarta:BPK Gunung
Mulia, 1995), 24-26
[10] A. KENNETH CURTIS, 100 Peristiwa Penting
dalam Sejarah Kristen, ( Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 75-77
[12]
Jan Sihar Aritonang, Garis Besar Sejarah
Reformasi, ( Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 19
[16]
……Ibid,172
[17]
…..Ibid,135
[18]
……Ibid,46
[19]
…..Ibid,49
[21] Jan Sihar Aritonang, Garis Besar sejarah
Reformasi, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 22-23
[22] F.D. Willem, Riwayat Hidup Singkat
Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: Gunung Mulia, 1999), 181
[23] Tony Lane, Runtur Pijar Sejarah Pemikiran
Kristiani, (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 138
[24] F.D. Willem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, (Jakarta:
Gunung Mulia, 1999), 181-182
[26] …….Ibid,134
[27]
Thomas Van Den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: Gunung
Mulia, 2013),167
[28]
H.Berkhof dan I.H.Enklaar,Sejarah Gereja,(Jakarta:Gunung Mulia,2013),133-134
No comments:
Post a Comment