Ormas Islam ( Nahdatul Ulama/ NU )
I. Pendahuluan
Perkembangan agama Islam akhirnya
mengalami perubahan-perubahan yaitu dapat dilihat dengan adanya gerakan-gerakan
baru yang disebut ORMAS Islam (Organisasi Masyarakat Islam). Dimana Ormas Islam
ada beberapa aliran yaitu Muhamadiyah dan Nahdatul Ulama. Dan pada pembahasan
kali ini kita akan membahas mengenai Nahdatul Ulama ( NU). Semoga sajian kami
kali bermanfaat untuk menambah wawasan kita.
II. Pembahasan
2.1. Pengertian Ormas Islam
Ormas adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat warga
Negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan,
profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk
ikut serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan Nasional Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.[1] Islam adalah agama yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada Al-Quran yang diturunkan
kedunia melalui Wahyu Allah lewat Malaikat Jibril. Dari pemahaman diatas dapat
disimpulkan bahwa Ormas Islam adalah suatu organisasi masyarakat yang di
dalamnya ada system hubungan antar orang maupun antar kelompok untuk
menyelesaikan kewajiban bersama yang berdasarkan ajaran Nabi Muhammad dan
Al-Quran.[2]
2.2. Pengertian Nahdatul Ulama (NU)
Nahdatul Ulama atau yang disebut
dengan Nahdah Al-Ulama (Kebangkitan Ulama). organisasi ini merupakan organisasi
yang bersifat sosial berdasarkan ajaran Islam yang berdiri pada tanggal 31
januari 1926 di Surabaya yang diprakarsai oleh K.H. Hasyim Asy’ari ( 1871-1971)
dan K.H. Abdul Wahab Hasbullah ( 1888-1971). Organisasi ini menganut empat
Mazhab yaitu Hanafi, Maliki, Syahfii, dan Hanbali yang berdasarkan Pancasila.
Lambing organisasi ini adalah gambar bola dunia yang dilingkari tali simpul,
dikelilingi 9 bintang dan tulisan Nahdatul Ulama bertuliskan huruf Arab dengan
warna putih diatas dasar hijau.[3]
2.3. Latar Belakang Berdirinya Nahdatul
Ulama
Nahdatul Ulama berasal dari bahasa Arab yaitu Nadhal al-ulama, yang
berarti kebangkitan ulama.[4] Latar belakang NU dimulai
dari kelompok diskusi Taswirul Afkar
yang dibentuk oleh K.H. Wahab Hasbullah dengan rekan-rekan kerjanya yaitu K.H.
Mas Mansur yang sebelumnya mereka merupakan mantan anggota organisasi dari
Muhammadiyah. Dari hasil diskusi tersebut maka terbentuklah organisasi yang
diberi nama dengan Jamyah Nahdatul Wathan
( perkumpulan kebangkitan tanah–tanah air), dengan tujuan agar untuk
memperluas mutu pendidikan madrasa. Pada tahun 1992 K.H. Mas Mansur keluar dari
Jamyah Nahdatul Wathan dan masuk kedalam organisasi Muhammadiyah pada tahun 1924.
Adapun sebab-sebab berdirinya NU yaitu:
1.
Seruan terhadap penguasa Arab Saudi, Ibn Saud untuk
meninggalkan kebiasaan beragama menurut tradisi. Golongan tradisi ini tidak
menyukai Wahabisme berkembang di Hijaz oleh karena itu mereka membentuk komite
Hijaz yang kemudian berubah menjadi Nahdatul Ulama dalam sebuah rapat di
Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926
2.
Ketika pembaharuan
Islam di Jawa yang dipelopori oleh
Muhammadyah dan PERSIS yang dipimpin oleh K.H.Mas Mansur, Fakih Hasyim dan
K.H.Ahmad Dahlan. Pemikiran golongan tradisi selalu bertentangan dengan
golongan pembaharu. Dengan demikian latar belakang berdirinya NU merupakan
sosial keagamaan di Indonesia yang dalam sejarah perjalanannya jadi PARPOL.
Ada beberapa tahap
sehingga nama organisasi ini bernama Nahdatul Ulama yaitu :
·
Para pelajar di
Indonesia menuntut ilmu di Mekkah dan mendirikan Serikat Islam di Mekkah dan
kemudian mereka pulang ke Indonesia untuk mengembangkan organisasi kaum Muslim.
·
Tahun 1916
Nahdatul-Watan mendapat pengakuan badan hukum dan bantuan pimpinan serikat
Islam yaitu oleh Winoto dan seorang arsitek Soejanto.
·
Gerakan ini
begerak masih banyak lagi gerakan Islam yang lain seperti Taswitul-Afkar yang
berdiri pada tahun 1918 dan organisasi ini bekerja sama dengan Nahdatul-Watan dan
gerakan tersebut bergerak dibidang sosial
·
Pada tanggal 31
Januari 1926 maka berdirilah Komite Hizaz dengan tujuan agar umat Islam
menjalankan Seriat Agama. Dan dari Komite tersebut maka lahirlah Nahdatul Ulama
yang berdiri pada 16 Rajab 1344 di kota Surabaya.[5] Dan organisasi ini menjadi
organisasi sosial yang tersebar di Indonesia.[6]
2.4. Tujuan Nahdatul Ulama
NU memiliki tujuan untuk memperjuangkan
berlakunya ajaran Islam yang berhaluan Ahlusunah menzhab Waljamaah dan menganut
menzhab 4ditengah-tengah kehidupan didalam wadah Negara NKRI yang berdasarkan
Pancasila.[7] Dalam merealisasikan
tujuannya, NU membentuk berbagai upaya dibidang masing-masing yaitu :
1. Bidang Keagamaan
Nahdatul Ulama mengusahakan agar terlaksananya ajaran Islam dalam masyarakat dengan melaksanakan kebaikan dan
menjauhi kejahatan serta mempererat tali persaudaraan dengan sesama muslim.
2. Bidang Pendidikan , pengajaran dan
kebudayaan
Pengajaran dan kebudayaan dalam mewujudkan penyelenggaraan pendidikan
dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan berdasarkan ajaran Islam untuk
membina manusia muslim yang bertaqwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas,
terampil, berkepribadian, serta mampu berguna untuk bangsa, agama, dan Negara.
3. Bidang Sosial
NU berupaya untuk mewujudkan keadilan sosial dan hukum disegala lapangan
bagi rakyat untuk menuju kesejahteraan umat didunia dan keselamatan di akhirat.
4. Bidang Ekonomi
Untuk mewujudkan terciptanya pembangunan ekonomi yang meliputi berbagai
sector tumbuh dan berkembangnya koperasi untuk dapat meningkatkan ekonomi dan
kesejahteraan rakyat.[8]
2.5. Susunan Kepengurusan Nahdatul Ulama
Keanggotaan NU terdiri atas anggota biasa dan anggota kehormatan. Susunan kepengurusan NU terdiri atas:
1. Mustasyar ( Dewan Penasehat)
2. Syuriah ( Pimpinan Tertinggi )
3. Tanfiddziah ( Pelaksanaan Harian )
Sedangkan tingkat kepengurusannya adalah :
1. Pengurus Besar ( PB ) untuk tingkat pusat
2. Pengurus Wilayah ( PW ) untuk tingkat provinsi
3. Pengurus Cabang ( PC) untuk tingkat kabupaten
4. Pengurus Majelis Wakil Cabang ( PMWC) untuk tingkat Kecamatan
5. Pengurus Ranting ( PR) untuk tingkat desa / keluruhan.[9]
Kepengurusan NU dipegang oleh Muktamar ini
diadakan sekali dalam 5 tahun untuk membicarakan dan merumuskan, antara lain:
1. Masalah-masalah keagamaan
2. Mempertanggung jawabkan kebijaksanaan pengurus besar
3.Masalah yang bertalian dengan agama,
umat dan masalah yang bersifat umum
4. Memilih Pengurus Besar.
Selain itu, NU juga memiliki pedoman pokok
organisasi, yaitu:
a. Nilai dasar jaminan NU tentang hakikat
keberadaan NU sebagai upaya untuk mengantar umatnya dekat dengan Tuhannya.
b. Pola dasar perjuangan NU adalah wawasan
keagamaan yang sudah melembaga dan membudaya sehingga merupakan rangkaian
perwatakan yang membentengi NU dari segala goncangan
c. Pola pengembangan NU jangka panjang
yang meliputi tujuan, landasan, dasar pengembangan dan program umum.[10]
2.6.
Daftar Pimpinan Nadhatul Ulama
Berikut ini adalah daftar ketua Rais Aam Syuriyah (Dewan Syuro) Pengurus Besar Nadhatul Ulama:
No
|
Nama
|
Awal Jabatan
|
Akhir Jabatan
|
1
|
KH Mohammad Hasyim
Asy’arie
|
1926
|
1947
|
2
|
KH Abdul Wahab
Chasbullah
|
1947
|
1971
|
3
|
KH Bisri Syansuri
|
1972
|
1980
|
4
|
KH Muhammad Ali
Maksum
|
1980
|
1984
|
5
|
KH Achmad Muhammad
Hasan Siddiq
|
1984
|
1991
|
6
|
KH Ali Yafie(pjs)
|
1991
|
1992
|
7
|
KH Mohammad Iitas
Ruhiat
|
1992
|
1999
|
8
|
KH Mohammad Ahmad
Sahal Mahfudz
|
1999-sekarang[11]
|
|
2.7. Nahdatul
Ulama dan Perkembangan Islam di Indonesia
Aspek-aspek utama hubungan NU dalam perkembangan Islam dapat dilihat
dari hal-hal berikut ;
1. Tradisi Keilmuan yang dikembangkannya
2. Pandangan kemasyarakatan yang
dimilikinya
3. Cara pengambilan keputusan umum yang
digunakannya
4. Proses rekonsiliasi internalnya, jika
terjadi perbedaan pandangan yang tajam
Semua aspek utama itu berkaitan satu sama lain,
dan seringkali berfungsi saling tumpang
dindih walaupun secara keseluruhan berpola saling mendukung. Teori
politik NU masa kini menekankan kekuatan kebutuhan sebuah teori politik (
Theory of Non Violent-Politics ). Islam jelas dapat memberikan sumbangan besar
terhadap teori politik semacam ini.[12]
2.8.
Pemikiran NU
Doktrin NU adalah Ahlusssah Waljama’ah sebuah pola pikir yang mengambil
jalan tengah antara ekstrem agl (
rasionalis) dengan kaum ekstrem atau naql ( scripturalis ).[13] Karena itu sumber pemikiran
NU tidak hanya Al-Quran dan Sunnah tetapi juga menggunakan yang ditambah dengan
Realitas Empirik. Dengan demikian NU merumuskan sebagai berikut :
1.
Tawassuth yaitu
sikap moderat yang berpijak prinsip keadilan serta berusaha menghindari bentuk
sikap Tatharuf ( ekstrim ) baik dalam bidang agama maupun politik karena sikap
tersebut mengarah pada kekerasan.
2.
Tasamuh yaitu
sikap toleran berisikan penghargaan terhadap perbedaan pandangan dan
kemajemukan identitas budaya masyarakat. Karena hanya dengan sikap tasamuh rasa
saling percaya dan solidaritas bisa ditegakkan ini merupakan sikap berbangsa.
3.
Tawazun selalu
berusaha menciptakan keseimbangan hubungan antara sesame manusia dengan Allah
SWT. Dengan sikap Tawazun harmoni dalam kehidupan baik pikiran maupun tindakan
bisa terwujud.[14]
III. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Nahdatul Ulama ini
adalah organisasi keagamaan di Indonesia, NU juga sering disebut dengan
kebangkitan Ulama. Tujuan NU berdiri untuk memperjuangkan berlakunya ajaran
Islam yang berhaluan Ahlusunnah Waljamaah. Dimana Ormas adalah system hubungan
antara orang dan kelompok berdasarkan jenis kegiatan dan pembagian fungsional
untuk menyelesaikan kewajiban bersama dalam masyarakat. NU sering disebut juga
Nahdah Al-Ulama ( kebangkitan Ulama), yang merupakan salah satu organisasi
sosial keagamaan di Indonesia.
IV. Daftar Pustaka
http://idorastafara.blogspot.com/2011/04/organisasi-masyarakat.html, diakses
22-10-2013
……KBBI, Jakarta : Balai
Pustaka 1998
…., Ensiklopedia Islam 3 (
Kal-Nah), Jakarta : PT Bachtiar Baru
Van Hoeve, 1994
Jan S. Aritonang, Sejarah
Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia,
Jakarta: Gunung Mulia, 2006
M.Ali Haidar, Nahdatul Ulama dan
Islam di Indonesia, Jakarta: PT.
Gramedia 1999
Nina, M.Armando, dkk, Ensiklopedia Islam ( 5 MAWA-QIBI), Jakarta:
Djambatan 1992
Nina, M.Armando,dkk,Ensiklopedia
Islam ( 5 MAWA-QIBI), Jakarta: PT.Gramedia 1999
Abdurahman Wahid, Mengurai
Hubungan Agama dan Negara, Jakarta:
PT.Gramedia Widyasarana Indonesia, 1999
Nina, M.Armando,Dkk,Ensiklopedia
Islam ( 5-MAWA-QIBI ), Jakarta:Indermasa
Abdurahman Wahid, Mengurai
Hubungan Agama dan Negara, Jakarta:
PT. Gramedia Widyasarana Indonesia, 1999
Mujamil Komar, NU “ Liberal” dari
tradisionalisme Ahulssunah ke universalisme Islam, Bandung : Mizan, t.t.
Katimin, Mozaik pemikiran Islam, Bandung : Cipta
Pustaka Media Perintis, 2010
[2] ……KBBI, ( Jakarta : Balai Pustaka 1998), 630
[3] …., Ensiklopedia Islam 3 ( Kal-Nah), ( Jakarta : PT Bachtiar Baru Van
Hoeve, 1994), 345
[4]
Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan
Kristen dan Islam di Indonesia, ( Jakarta: Gunung Mulia, 2006), 168
[5]
M.Ali Haidar, Nahdatul Ulama dan Islam di
Indonesia, ( Jakarta: PT. Gramedia 1999), 41-43
[6]
Nina, M.Armando, dkk, Ensiklopedia Islam ( 5 MAWA-QIBI), ( Jakarta: Djambatan
1992), 724
[8] Nina, M.Armando,dkk,Ensiklopedia Islam ( 5 MAWA-QIBI),
(Jakarta: PT.Gramedia 1999), 162
[9] Abdurahman Wahid, Mengurai Hubungan Agama dan Negara, (
Jakarta: PT.Gramedia Widyasarana Indonesia, 1999), 327
[10] Nina, M.Armando,Dkk,Ensiklopedia Islam ( 5-MAWA-QIBI ),
Jakarta:Indermasa
[11] WWW.Wikipedia. Com dalam “NU, dan sejarah dan
perkembangannya”, diakses 10 September 2013
[12] Abdurahman Wahid, Mengurai Hubungan Agama dan Negara, (
Jakarta: PT. Gramedia Widyasarana Indonesia, 1999), 427,55
[13]
Mujamil Komar, NU “ Liberal” dari
tradisionalisme Ahulssunah ke universalisme Islam, ( Bandung : Mizan,
t.t.), 27
[14]
Katimin, Mozaik pemikiran Islam, (
Bandung : Cipta Pustaka Media Perintis ), 322-323
No comments:
Post a Comment