GELAR-GELAR KRISTUS YANG LAIN
I.
Pendahuluan
Sebelumnya
kita telah banyak mengetahui sebutan-sebutan Yesus kristus. Tetapi pada sajian
kali ini kita akan mengenal lagi apa-apa saja sebutan yang diberikan oleh orang
banyak kepada Yesus Kristus. Semoga sajian ini menambah wawasan bagi kita,
saran dan kritik kami terima.
II.
Pembahasan
2.1
Arti
Gelar
Di dalam KBBI gelar
adalah sebutan untuk kehormatan, kebangsawanan, atau keilmuwan yang ditambahkan
kepada orang yang biasanya disebut seperi raden, tengku, doktor, insinyur.[1]
2.2
Gelar-gelar
Kristus yang lain
2.2.1
Yesus
sebagai Nabi
Dalam
kepercayaan orang Yahudi, terdapat gagasan yang kuat mengenai seorang nabi yang
akan datang. Hal ini didasarkan kitab Ulangan 18:15 yang menyatakan bahwa nanti
Tuhan akan membangkitkan seorang nabi seperti Musa. Dengan demikian tidaklah
mengherankan bila di dalam kelompok tertentu nabi yang akan datang itu dianggap
sebagai Musa yang hidup kembali. Dan ada juga tentang kepercayaan tentang kembalinya Elia. Dalam kitab-kitab Injil
terdapat gagasan-gagasan umum tentang Yesus yang didasarkan pada pemikiran di atas,
serta suatu gagasan yang lain lagi mengenai nama nabi Yeremia. Dengan mengingat
latarbelakang yang demikian, tidaklah mengherankan jika Yohanes pembaptis
dianggap sebagai nabi, tetapi timbul pertanyaan apakah ia merupakan nabi yang
akan datang pada zaman akhir itu?. Yesus sendiri menyebut Yohanes pembaptis
sebagai Elia yang akan datang itu (Mat 11:7-8); jelaslah bahwa Ia mengangap
Yohanes pembaptis sebagai nabi yang luar biasa. Dalam kasus ini, peranan
Yohanes pembaptis bukan hanya untuk memberitakan kerajaan Allah, tetapi juga
meliputi persiapan kedatangan Mesias.
Dalam
membahas peranan Yesus sebagai nabi yang dinubuatkan itu, kita perlu
memperhatikan beberapa hal yang mendukung pandangan bahwa Ia secara populer
dianggap menggenapi peranan nabi itu. Dia pernah disamakan dengan Yohanes pembaptis,
Elia, Yeremia, atau salah seorang nabi-nabi (Mrk 8:27-28= Mat 16:14-15=Luk
9:18-19). Dalam Luk 4:24 Yesus secara tidak langsung menerapkan gelar “nabi”
pada diri-Nya. Ada banyak hal dalam pelayanan Yesus yang sesuai dengan peranan
seorang nabi. Pengajaran-Nya berpusat pada penyataan kerajaan Allah. dalam
pelayanan pengajaran-Nya, Ia bergerak lebih jauh, tidak hanya sekedar
memproklamasikan Kerajaan seperti yang dilakukan oleh nabi-nabi terdahulu. Dia
sendirilah nabi yang akan datang itu, seorang pembuka zaman baru. Ada banyak alasan
mengapa konsep kenabian Yesus tidak lagi memegang peranan dalam perkembangan
kristologi setelah kebangkitan-Nya. Konsep kenabian tersebut tidaklah merupakan
dasar yang cukup untuk pengertian tentang siapa Dia.[2] Bagi Yesus dan para pengikut-Nya “nabi”
jelas-jelas sama artinya dengan “pembuat mujizat”. Karena itu, pantas Yesus
melakukan banyak penyembuhan atas bermacam-macam penyakit khususnya sakit
dirasuk setan. Ia adalah seorang suci pembuat mujizat. Yesus juga menunjukkan
kepedulian-Nya yang khusus kepada orang-orang tersingkir, yang menderita, yang
hina. Orang-orang yang diperhatikan Yesus disebut dalam Kitab-kitab Injil
dengan bermacam-macam istilah: orang miskin, orang buta, orang timpang, orang
lumpuh, orang berpenyakit kusta, orang yang lapar, orang yang sengsara, orang
yang dirasuk setan, orang berdosa, para tuna susila, pemungut cukai, rakyat
jelata, dll. Kepada merekalah Ysusu memberitakan kabar baik tentang kerajaan
Allah.[3]
2.2.2
Yesus
sebagai Guru
“GURU” kawan
dan lawan menyebut Yesus dengan gelar guru. Misalnya seorang ahli Taurat yang
bertanya kepada Yesus, “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup
kekal?” (Luk 10:25 dan 18:18). Yesus memang tampil sebagai guru, bukan guru
sekolah melainkan seorang guru yang berkeliling dari desa ke desa, selalu
diikuti oleh rombongan murid, yang sellau tinggal bersama dengan gurrunya.
Memamng mengherankan bagaimana Yesus selalu memakai segala kesempatan untuk
mengajar. Seringkali Yesus mengajar di lapangan terbuka pada suatu tempat yang
datar (Luk 6:17), atau di atas bukit (Mat 5:1) atau dari sebuah perahu, seperti
ketika Ia naik ke dalam perahu Simon Petrus dan menyuruhnya supaya menolakkan
perahu sedikit jauh dari pantai, “lalu Ia
duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu”(Luk 5:3). Sebagai guru
Yesus mempunyai kewibawaan yang besar. Hal itu disebabkan karena semua orang
dapat melihat bahwa perkataan Yesus selalu sama denagn perbuatan-Nya. Yesus
tampil sebagai guru yang menuntun, menguduskan, dan menyelamatkan; seorang guru
yang membuat terharu, yang mnegur, menuduh, ttetapi juga mengampuni; yang
menyertai orang dari hari ke hari di perjalanan hidupnya dan akhirnya akan
datang kembali dengan kemuliaan.
Nabi:
sebagai nabi Yesus hanya diakui oleh orang yang percaya kepada-Nya. Seorang
nabi adalah orang yang dipanggil Tuhan dan diutus oleh-Nya untuk menyampaikan
pesan dari Tuhan. Yesus juga di utus oleh Allah dan berbicara atas nama-Nya.
Namun, lain daripada nabi yang lain, Yesus menyebut Allah sebagai bapa_nya dan diri—Nya
sebagai Putra. Gaya pengajaran Yesus mirip dengan para nabi semasa PL. Ia
menunjukkan dir sangat peka terhadap tanda-tanda zaman (Mat 16:2-3) serta
memaklumkan keruntuhan kota Yerusalem dengan baitu sucinya serta akhir zaman
(Mat 24-25). Yesus tidak segan-segan mengkritik penyakit-penyakit masyarakat
pada zaman-Nya: kemunafikan, formalisme, rasa puas diri, serta penyalahgunaan
kekuasaan oleh golongan pimpinan. Namun para nabi selalu meneguhkan pengajaran
mereka dengan mengatakan “Demikianlah Firman Tuhan,” sedangkan Yesus berani
mengatakan, “sesungguhnya Aku berkata kepadamu (Mat 5:18)”. Bagi orang banyak
Yesus bukan hanya salah seorang nabi, melainkan sang nabi yang telah dijanjikan
dan yang melebihi para nabi sebelumnya. Setelah Yesus melakukan mujizat besar
dengan memberi makan kepada 5000 orang, mereka berseru, “dia ini adalah
benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia” (Yoh 6:14). Juga di
Yerusalem, setelah mendengar pembicaraan Yesus, orang berseru, “Dia ini
benar-benar nabi yang akan datang” (Yoh 7:40). [4]
2.2.3
Yesus
sebagai Alfa dan Omega
Alfa
adalah huruf pertama dari kata abjad Yunani sedangkan Omega adalah huruf
terakhir. Alfa omega merupakan ungkapan kitabbiah yang menggambarkan tahap
sejarah yang pertama dan yang terkemudian, awal dan akhir dari segala yang ada.
Alfa-Omega juga menjadi sebutan atau simbol untuk Yesus Kristus. “Akulah Alfa
dan Omega, yang pertama dan yang terkemudian, yang awal dan yang
akhir”.(Why.22:13). [5]
Dalam suatu percakapan dengan orang-orang Yahudi, dengan tegas Yesus
menjelaskan asal usul-Nya. kataNya : “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas;
kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini”(Yoh.8:23). Kepada nikodemus ia
menjelaskan : “tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada
Dia yang telah turun dari sorga yaitu Anak manusia” (Yoh.3:13). Kalimat ini
tentu saja membuat Nikodemus harus menafsir ulang seluruh pemahamannya tentang
kitab suci, Yesus juga menyatakan kehadirannya di segala tempat dan waktu.
kataNya:“Jika ada dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, disitu Aku ada
ditengah-tengah mereka”(Mat.18:20). Ucapan ini menunjukkan keilahian-Nya yang
tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal yang sama Dia sampaikan kepada Yohanes
di pulau patmos tentang kekuasan-Nya yang tak terbatas. “Aku adalah Alfa dan
Omega firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang,
yang Mahakuasa,” kata-Nya (Why.1:8).[6]
Bagi
Yohanes apa yang menjadi hak Allah adalah hak Yesus Kristus. Pertama-tama harus
dikatakan bahwa gelar Alfa dan Omega, awal dan akhir adalah khas gelar Allah.
Yesaya mendengar seruan ilahi itu demikian (41:4; 44:6; 48:12). Tetapi kemudian
Yesus juga disejajarkan dengan Allah. dan kedua Alfabet ini menunjukkan
keutuhan dan kelengkapan. Alfa dan Omega merupakan kesinambungan tidak ada
pemotongan dan gangguan. hidup Yesus, karya dan kuasa-Nya adalah kesinambungan
karya kuasa ilahi. Ia berkarya dulu, kini dan selanjutnya. Ia abadi. Hidup
Yesus dan pertolongan-Nya trus-menerus dalam hidup kita. Tak ada momon hidup
kita yang terpisahkan dari-Nya. Gelar Alfa dan Omega untuk Yesus bukan hanya
sekedar gelar terhormat bagi-Nya, melainkan juga mengandung dinamika hidup yang
amat mendalam bagi kita. Dengan demikian gelar itu bukan hanya sekedar
pemikiran teologi yang tinggi, melainkan juga mengembangkan sikap ibadah yang
asasi. Gelar itu adalah gelar penyembahan, seperti yang diserukan Thomas,
“Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28).[7]
2.2.4
Yesus
sebagai roti Hidup
Dalam
suatu kesempatan ketika sejumlah
orang mencari Dia untuk mendapatkan roti, Yesus menjelaskan kepada halayak,
bahwa yang mereka perlukan sebenarnya adalah makanan yang mampu bertahan samapi
kepada hidup kekal, bukan makanan yang dapat binasa. Oleh karena itu,
pernyataan pertama yang diucapkan Yesus adalah : “Akulah roti hidup; barang
siapa yang datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barang siapa yang
percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi”(Yoh.6:38). Yesus menyampaikan
pernyataan ini kara Dia mengetahui motifasi orang-orang yang mencari-Nya salah
yakni semata-mata hanya untuk memperoleh kemudahan mendapatkan roti. Roti yang
hanya mampu mengenyangkan perut. Meskipun urusan perut itu penting, nmun Yesus
ingin mengubah paradigma berpikir mereka
untuk tidak melulu berpikir tentang urusan perut semata-mata. Mukjizat memang
menarik banyak orang, tapi jarang mendorong pertobatan dan iman jangka panjang.
Yesus menegaskan, bahwa tujuanNya datang kedunia ini bukan untuk memberikan
makanan yang hanya dapat mengenyangkan tubuh jasmani yang bersifat sementara,
melainkan makanan yang memelihara kehidupan rohani dan memberi kehidupan yang
kekal. Dengan mentransformasikan diri-Nya menjadi roti hidup, Yesus menyatakan
diri-Nya sebagai pusat dan pemilik kehidupan universal. Sebab siapapun yang
memakan daging-Nya dan meminum darah-Nya, pasti mendapatkan hidup yang kekal,
bahkan dibangkitkan pada akhir zaman (Yoh.6:54).[8]
Pernyataan Yesus sebagai roti hidup
berkaitan dengan peristiwa di gurun, ketika manna, “roti sehari-hari”,
disediakan bagi Musa dan umat Israel dalam perjalan mereka di padang gurun. Yesus
mengetahui bahwa kebanyakan orang-orang itu, jika tidak seluruhnya mengenal
kisah tersebut (orang-orang Yahudi yang saleh pasti mengetahuinya). “Janganlah
bingung katanya.” Apa yang kamu semua alami kemarin dilereng gunung ketika
5.000 orang makan janganlah bingung oleh akrena peristiwa itu. Bukan musa yang
member kamu roti dari surge. Bapa-Ku yang memberimu roti sejati. Sebab roti
dari Allah turun dari surge dan member hidup pada dunia. Jadi, tidaklah
mengherankan kalau mereka berkata kepada-Nya : “Tuhan, berikanlah kami roti itu
senantiasa”. Kemudian, datanglah pernyataan : “Aku-lah roti hidup : Barang
siapa dating kepada-Ku ia tidak akan lapar lagi. Dan barang siapa percaya
kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi”. [9]
Dalam
Injil Yohanes masih diegskan bahwa pemberi manna bukan Musa, melainkan Allah
(6:32). Merupakan bagian kepercayaan Yahudi bahwa manna diberikan karena berkat
Musa. Maka sesudah Musa wafat, manna juga berhenti. Yesus menolak keyakinan itu
dan menegaskan bahwa Allahlah yang menganugerahkan manna. Oleh karena itu, bila
Yesus menegaskan roti hidup, Ia mewahyukan diri sebagai utusan Allah yang
menjadi roti hidup.[10]
III. Refleksi Teologis
Di dalam kehidupan Yesus di dunia, Ia
memiliki banyak gelar dari orang-orang yang melihat bagaimana karya-karya
Yesus. Sehingga Yesus memiliki banyak sebutan seperti hal nya pembahasan di
atas yaitu Yesus sebagai nabi, guru, roti hidup dan sebagai Alfa dan Omega. Yesus
adalah seorang tokoh yang memberikan motivasi kepada banyak orang melalui karya-karya-Nya
di dunia. Kita yang mengimaninya sebagai sang jurus’lamat harus bisa
meneladaninya di dalam setiap ruang lingkup kehidupan kita. Agar setiap orang
yang melihat tingkah laku kita dapat melihat ceriminan Kristus yang
meninggalkan banyak karya kepada umat manusia. Seperti halnya yang tertulis di
dalam 1 Petrus 2 : 21 “Sebab untuk
itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah
meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya”. Ayat ini
mengajak kita untuk tetap mengikuti jejak-Nya melalui bentuk-bentuk gelar yang
diberikan kepada-Nya.
III.
Kesimpulan
Banyak
gelar-gelar yang diberikan oleh setiap orang kepada Yesus Kristus dan pemberian
gelar itu diberikan sesuai pekerjaan yang sudah dilakukan Yesus di
tengah-tengah masyarakat. Sekarang yang paling penting ialah bagaimana kita
mengimani hal tersebut dan dapat kita aplikasikan dalam hidup kita sehari-hari.
IV.
Daftar
Pustaka
...,
KBBI, Jakarta: Balai Pustaka, 1991
Donald
Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta:
BPK-GM, 2012
Dunnan,Maxie Akulah, Jakarta : BPK-GM,2001
A.
Roy Eckardt, Menggali Ulang Yesus
Sejarah, Jakarta: BPK-GM. 2000
Pankat
Kas, Ikutilah Aku, Yogyakarta:
KANISIUS, 1986
Ernest
Maranto, Kamus Liturgi Sederhana, (Yogyakarta:
KANSIUS, 2004), 12
Elisa
B.Surbakti, Benarkah Yesus Juru selamat
Universal, Jakarta: BPK-GM, 2005
Darmawijaya,
Gelar-gelar Yesus, Yogyakarta:
KANISIUS, 1987
[1]..., KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), 301
[2] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, (Jakarta:
BPK-GM, 2012), 361-363
[3] A. Roy Eckardt, Menggali Ulang Yesus Sejarah, (Jakarta:
BPK-GM. 2000), 28
[4] Pankat Kas, Ikutilah Aku, (Yogyakarta:
KANISIUS, 1986), 46-48
[5] Ernest Maryanto, Kamus Liturgi Sederhana, (Yogyakarta: KANSIUS, 2004), 12
[6] Elisa B.Surbakti, Benarkah Yesus Juru selamat Universal, (Jakarta:
BPK-GM, 2005),78
[7] Darmawijaya, Gelar-gelar Yesus, (Yogyakarta:
KANISIUS, 1987), 237-239
[8] Elisa B.Surbakti, Benarkah Yesus Juru selamat Universal, 47
[10] Darmawijaya, Gelar-gelar Yesus, (Yogyakarta:
KANISIUS, 1987), 163